All Chapters of KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN: Chapter 41 - Chapter 50

61 Chapters

Bab 41

"Assalamu'alaikum, Mas," sapaku dengan bibir gemetar. Meski kesal, sesama perempuan aku benar-benar tak tega melihat Maya begitu kesakitan. Mungkin terdengar terlalu naif saat melihat madu menderita, justru tak tega. Entahlah. Aku nggak bisa menjelaskannya, tapi memang inilah yang kurasa."Wa'alaikumsalam, Lin. Kenapa kamu seperti gemetaran? Ada apa?" tanya Mas Gilang kemudian."Maya, Mas. Dia masuk UGD," jawabku cepat. Mas Gilang terdengar begitu kaget. Menanyakan rumah sakit tempat Maya kini dirawat. Dia akan secepatnya datang, begitu katanya.Ada getaran cemburu di sana, saat mendengar suami yang begitu kucintai mengkhawatirkan perempuan lain selain aku. Mesku kutahu, perempuan itu juga istrinya, yang wajib dia khawatirkan juga.Ah! Kenapa rasa kembali muncul di hati? Rasa kesal dan sakit karena harus berbagi hati. Kenapa cemburu itu begitu menyesaki dada? Saat aku sudah mulai melupakannya karena kado terindah darinya di rahimku ini? Begitulah wanita, tetap saja ada sakit manakal
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Bab 42

"Lina, kamu kenapa?" Tante Debby yang sedang asyik menonton sinetron kesukaannya di tivi beranjak menghampiriku yang tiba-tiba datang. Memang tak seperti biasanya aku datang mendadak dengan ekspresi tak mengenakkan, apalagi malam-malam begini. Sahabat baik ibu itu terlihat shock dan kebingungan melihat penampilanku yang agak berantakan. Ada luka kecil di keningku karena Dewi sempat membenturkan kepalaku ke pintu gerbang. Pening masih terasa, tapi aku berusaha mengabaikannya. Ditambah bekas cakarannya di pergelangan kiriku terasa semakin perih. Namun, lagi-lagi aku belum sempat mengobatinya. Dewi memang cukup kasar tadi. Kebiasaannya memanjangkan kuku membuat kulitku terasa begitu perih karena cakarannya. Entahlah, mungkin dia tak tahu, di balik kuku-kukunya yang panjang itu menjadi tempat favorit bersemayamnya jin.Harusnya dia tak perlu memanjangkan kuku seperti itu. Rasul pun pernah bersabda, tertulis dalam hadits Bukhari Muslim bahwa ada lima macam fitrah, yaitu khitan, mencukur
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 43

Pov : Gilang Pagi tadi, Maya diperbolehkan pulang oleh dokter. Dia sudah membaik dan terlihat lebih sehat dibandingkan sebelumnya. Kandungannya pun tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia menceritakan kronologis kecelakaan itu.Berulang kali dia menyudutkan Lina dan berusaha mempengaruhi kepercayaanku padanya. Namun, aku tetap tak percaya apa yang dikatakan perempuan itu. Lina yang kukenal tak seperti yang dia ceritakan.Aku lebih percaya pada cerita Bunda Sintia tadi malam saat dia meneleponku. Bunda Sintia sudah menceritakan kejadian itu sedetail-detailnya. Ceritanya yang justru bertolak belakang dengan pengakuan Maya. Entahlah.Kadang, aku tak paham kenapa Maya sebegitu bencinya pada Lina. Padahal selama ini Lina sudah cukup baik danenghargainya sebagai madu. Aku sering curiga, apa dia terhasut oleh cerita Dewi? Dari dulu, Dewi memang tak pernah menyukai Lina. Apalagi sejak aku memilih Lina sebagai pendamping hidup. Kebencian Dewi padanya begitu ketara. [Hamil juga tetep cantik.
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Bab 44

[Mas, bisa minta tolong nggak?] Sedikit ragu, akhirnya aku mengirimkan pesan itu pada Mas Adam. Dia masih online dan tak selang lama pesanku dibaca olehnya. Di Apun mulai mengetik balasan. [Boleh, Lin. Apa sih yang nggak buat kamu. Minta tolong apa memangnya?] Kubaca balasan laki-laki itu. Seperti biasa, dia memang sering membalas dengan kata-kata gurauan, tapi aku tak pernah menanggapi lebih. Dia memang begitu sedari dulu. Sikapnya tak banyak berubah meski sudah cukup lama tinggal di luar negeri. Mas Adam masih gemar bercanda. Belum sempat kubalas, dia mengirimkan pesan keduanya. [Bercanda, Lin] Ada emot smile di akhir pesannya. Membaca pesan keduanya, tak urung bibirku pun ikut tersenyum. [Aku mau ngikutin Maya, Mas. Aku curiga ada sesuatu yang dia sembunyikan dari aku dan Mas Gilang. Mas Gilang bilang mau suruh orang buat nyelidiki ini semua. Cuma belum tahu kapan. Dia sibuk banget akhir-akhir ini, karena buka cabang baru di kota sebelah.]Ku tekan tombol send. Ceklis biru du
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Bab 45

Hening. Aku masih fokus mengamati dua perempuan yang sedang naik taksi itu. Tak paham juga kenapa mereka justru naik taksi, padahal bukannya Dewi memiliki mobil pribadi? Saat taksi mulai melaju, Mas Adam pun siap-siap mengikuti, sementara Angga kulihat tidur lagi. Mungkin dia teramat mengantuk karena ini masih terlalu pagi untuk mereka yang terbiasa bangun siang. Kulirik ke sebelah, Rania masih sibuk menelepon entah siapa."Sepertinya mereka mau ke mall Anggrek, Lin," ucap Mas Adam memecah keheningan."Mall, Mas? Jadi, Maya mau ikut ke mall dan nggak kuliah?" tanyaku pelan. Mas Adam mengedipkan bahu membalas pertanyaanku yang meluncur begitu saja di bibir.Berbagai pertanyaan mulai menyelinap di benak. Apakah Maya melakukan kebodohan ini setiap hari? Dia jarang masuk kuliah, tapi dia selalu izin pada ibu dan Mas Gilang kuliah tiap pagi? Atau ini cuma kebetulan saja karena hari Jumat dan dia sengaja meliburkan diri menjelang weekend?Kalau memang dia tak kuliah, apa Mas Gilang masih m
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Bab 46

[Foto apa ini, Lin?]Mas Gilang mengirimkan sebuah foto ke aplikasi hijau untukku. Ku unduh fotonya. Yah, ada fotoku dan Mas Adam tadi pagi. Aku yakin si Dewi atau Maya pasti sudah memutar balikkan fakta. Membuat Mas Adam penuh dengan cemburu dan curiga. 'Santai, Lin. Tenang ... jangan sampai terbawa emosi. Nanti suamimu makin curiga dan cemburu buta.' Batinku bergemuruh. [Mas dapet foto itu dari siapa? Dewi atau Maya?]Ku kirimkan balasan untuknya. Aku sengaja tak langsung menjawab, hanya sekedar ingin tahu siapa diantara mereka yang ingin menabuh genderang perang denganku.[Maya dan Dewi. Keduanya mengirimkan foto yang hampir sama]Balasan Mas Gilang membuatku tersenyum kecil. Rupanya mereka memang tukang rusuh. Kakak beradik sama saja.[Oh itu. Tadi pagi ke mall Anggrek sama Rania dan Angga, Mas. Aku kirim foto mereka, ya?] Foto dua perempuan itu, Rania dan Angga yang sempat ku abadikan ku kirimkan ke Mas Gilang. Agar dia tak curiga dan berpikir macam-macam.[Kalian jalan bareng
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 47

[Lin, aku langsung ke rumah sakit, ya? Kata ibu, Maya mau melahirkan. Tadi dibantu tetangga]Pesan Mas Gilang baru saja kubaca. Jam pulang sekolah sebentar lagi. Apa aku harus ikut menengok Maya ke rumah sakit juga? Atau menunggu Mas Gilang di rumah saja? Rasanya ingin segera kuberikan rekaman dari Rania itu padanya. Supaya dia lebih hati-hati menghadapi Maya dan Dewi. Jangan sampai Mas Gilang terjebak kelicikan mereka. Tapi aku cukup tahu diri. Saat ini belum tepat. Karena Maya masih di rumah sakit untuk melahirkan, dia mempertaruhkan nyawa. Nggak mungkin aku menambah bebannya dengan memperlihatkan rekaman itu pada Mas Gilang. Takut ada hal-hal buruk yang akan dilakukan Maya jika sampai mereka berantem. Kenapa Maya tiba-tiba melahirkan? Padahal kemarin saat aku bertemu dengannya di mall itu, dia masih terlihat segar bugar dan garang. Apa dia cukup stres karena rekaman itu? Takut aku akan membocorkan kelicikannya pada Mas Gilang? Hingga membuatnya galau akut dan melahirkan sebelum
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 48

Hari ini, jadwal kontrol kandungan. Aku sudah daftar beberapa hari yang lalu agar bisa mendapatkan antrian awal. Mas Gilang juga belum memberi kabar. Kupikir dia akan mengirim pesan atau sekedar telfon sebentar tapi ternyata nggak. Bolak-balik ku cek ponsel, nggak ada pesan darinya.Sesibuk itukah dia dengan anak laki-lakinya? Yang nyatanya bukan darah dagingnya. Apa harus ku katakan sekarang saja soal rekaman itu? Daripada terus menunggu, aku takut dia terlena. Benar kata Mas Adam, boleh jadi Maya akan merencanakan sesuatu yang tak terduga. Astaghfirullah ... kenapa lagi-lagi aku dipenuhi buruk sangka? Ku telfon saja Mas Gilang daripada otakku makin nggak jelas berpikir. Panggilan ku sudah masuk, tapi belum juga diangkat. Ku ulang beberapa kali, sempat frustasi namun saat akan ku matikan ada suara kresek-kresek dari seberang. "Mas ... kamu nggak pulang?" tanpa salam kutanyakan langsung saja apa yang ada di pikiran. Ku dengar suara Maya teriak-teriak nggak jelas. Mas Gilang belum j
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Bab 49

Aku menanti panggilan dari suster di ruang tunggu dengan Bi Minah. Bibi menikmati siaran televisi yang ada di ruangan itu. Sinetron kesayangannya. Ku buka kembali ponsel, berharap Mad Gilang sudah membuka pesan yang ku kirimkan dan membalasnya. Namun lagi-lagi aku hanya bisa menghembuskan napas kasar. Pesanku tetap ceklis satu. Dia sepertinya tak online dari pagi. Sesibuk itukah dia dengan dunia barunya? Harusnya kemarin sebelum dia pulang, langsung ku buka saja rekaman itu dan menceritakan semuanya agar Mas Gilang tak terlalu sibuk dengan bayi Maya. Tapi ... semua sudah terlanjur. Aku telat melaporkan masalah itu padanya. Ponselnya keburu tak aktif. Ku telfon berulang kali tetap saja hanya terdengar jawaban sang operator, bahwa nomor yang kutuju sedang diluar jangkauan. Rasanya, detik ini aku ingin menangis sekencang-kencangnya. Agar hatiku bisa lebih lega. Sekeliling, banyak ibu muda yang diantar suaminya memeriksa kandungan. Wajah mereka begitu berbinar penuh kebahagiaan.Aku,
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

Bab 50

Mobil Mas Adam melaju pelan membelah kemacetan kota. Perasaan khawatir dan takut kembali menyergap. Hampir empat hari Mas Gilang dan tak juga memberi kabar. Ibu juga sama saja, padahal beberapa minggu terakhir ibu mulai sering menanyakan kabarku. Ah bukan! Lebih tepatnya menanyakan kehamilanku. Sepertinya, ibu mulai mau menerima bahwa aku memang hamil. Buah hati yang kelak akan menjadi cucunya. Namun, sejak Maya masuk rumah sakit hingga detik ini, ibu belum juga mengirimkan pesan padaku lagi. Entah kenapa mereka seolah seperti bekerja sama untuk membuatku sekacau ini. Menelepon Dewi? Sangat tak mungkin, meski aku yakin dia pasti tahu keadaan dan di mana mereka semua berada. Aku malas berhubungan dengan perempuan setengah waras sepertinya. Memasuki komplek perumahan Maya hatiku makin berdebar. Mungkin aku aja bertanya pada tetangga terdekatnya. "Rumahnya yang mana, Lin?," tanya Mas Adam pelan, memperlambat laju mobilnya."Itu Mas, yang bercat biru," jawabku kemudian. Mas Adam men
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status