Aku ikut berjalan tergesa mengikuti langkah Mas Gilang menuju kamar dahlia nomor tujuh. Sebelumnya, kami sudah menjemput ibu di kontrakan Maya. Ibu terlihat kecapekan karena jalan lumayan cepat menuju kamar menantunya itu. "Pelan-pelan saja, Bu. Biar Mas Gilang yang duluan," pintaku pada Ibu, disertai anggukan pelan. Kuminta Mas Gilang menuju kamar Maya lebih dulu, aku dan ibu menyusul belakangan. Wajah ibu tampak begitu tirus, lebih tepatnya kurus. Semenjak dia tinggal bersama Maya, sepertinya dia kurang terurus. Beberapa kali kudengar ibu mengeluh pada Mas Gilang di telepon. Dia bilang capek, pusing, kurang tidur dan lainnya. Kadang aku merasa kasihan pada ibu, tapi ya sudahlah toh semua keinginannya sendiri. Mas Gilang sempat meminta ibu untuk kembali ke rumahku, tapi dia menolak. Dia bilang, Maya masih labil. Dia sering marah-marah nggak jelas, terkadang memukul-mukul sendiri perutnya. Ibu takut Maya kelewat batas, hingga membahayakan janin yang ada di dalam perutnya.Ibu tak i
Terakhir Diperbarui : 2023-05-18 Baca selengkapnya