Home / Fantasi / Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius / Chapter 1401 - Chapter 1410

All Chapters of Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius: Chapter 1401 - Chapter 1410

2722 Chapters

Bab 1401

Tanpa ragu sedikit pun, pria tua itu segera berucap, "Beri tahu aku tujuanmu datang kemari dan siapa kamu."Wira tertegun sejenak, lalu membalas, "Pak Tua, ini bukan satu pertanyaan!" Ini 2 pertanyaan yang digabungkan olehnya menjadi satu. Apa pria tua ini sedang mengerjainya?"Diam, kamu harus menjawab jujur kalau berada di sini. Hal ini sangat penting!" ujar pria tua itu dengan serius. Mendengar ini, Wira tidak terlalu peduli. Bagaimanapun, pria tua ini kadang sadar kadang tidak. Mungkin, dia akan melupakan Wira sebentar lagi.Wira merasa pria tua ini belum tentu bisa mengingat ucapannya, bahkan belum tentu paham. Jadi, tanpa ragu sedikit pun, dia menyahut, "Namaku Wira, aku dari Dusun Darmadi. Aku sudah bertani sejak kecil dan pernah lolos ujian. Aku sudah punya istri, kehidupanku sangat bahagia."Sesudah mendengar perkenalan ini, pria tua itu termangu. Dia bertanya, "Heh? Kamu bertani sejak kecil? Kamu bukan orang Sekte Langit atau Sekte Gunung?"Pertanyaan pria tua ini lagi-lagi m
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 1402

"Teknik Matahari Besar ini jelas sangat bernilai bagi mereka. Banyak yang akan mengincarmu atau berwaspada terhadapmu. Kamu mungkin akan mati. Jadi, kamu yakin ingin berkorban sebesar itu hanya demi seorang teman?" tanya pria tua itu.Wira tersenyum, lalu mengedikkan bahu sembari menyahut, "Aku memang selalu memperlakukan teman dengan baik. Aku akan berusaha membantu mereka yang butuh bantuan. Selain itu, aku juga ingin melihat seperti apa dunia persilatan. Makanya, aku memilih untuk berlatih."Jawaban Wira membuat mata pria tua itu sontak berbinar-binar. Pemuda ini memiliki kesetiaan dan keberanian, sungguh luar biasa."Bagus, kamu jauh lebih baik daripada mereka yang munafik," puji pria tua itu sambil menatap Wira dengan puas."Pak Tua, karena kamu sudah sadar, apa bisa mengembalikan paha ayam itu kepadaku? Aku sudah nggak makan daging berhari-hari ...," ujar Wira segera.Pria tua itu mendengus dingin dan membalas, "Aku sudah mengambil paha ayam ini, mana mungkin dikembalikan lagi!"
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 1403

Wira awalnya tidak mengerti. Akan tetapi, setelah dipikir-pikir, mungkin pria tua ini sangat ingin menerima murid selama ini. Itu sebabnya, dia menjadi sangat emosional karena bertemu murid yang sesuai keinginannya.Wira bertanya dengan penasaran, "Guru, kenapa kamu memilihku? Jangan-jangan karena kamu telah makan banyak makanan lezat beberapa hari ini?"Namun, jika benar seperti itu, mungkin pria tua ini sudah punya murid yang tak terhitung jumlahnya!Pria tua itu terkekeh-kekeh, lalu menimpali dengan tenang, "Alasannya sederhana. Pertama karena kamu anak baik dan setia kawan, aku sangat suka. Kedua karena kamu punya nyali besar dan tegas.""Ketiga karena kamu bukan anggota Sekte Langit atau Sekte Gunung, Teknik Matahari Besar itu juga bukan milik mereka. Teknik ini adalah warisan Sekte Insan setelah hancur. Tidak ada yang sanggup mempelajarinya."Wira tertegun mendengarnya. Sekte Insan? Sekte macam apa ini? Dia bertanya, "Guru, masih ada Sekte Insan? Apa sekte ini sama dengan Sekte L
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 1404

"Aku nggak kenal Hasto, tapi tahu Keluarga Lioris. Keluarga mereka berteman baik dengan ayahku. Pantas saja, aku bisa hidup sampai sekarang. Ternyata, karena bantuan mereka," ujar pria tua itu sembari tersenyum mengejek diri sendiri."Muridku, aku mungkin akan menjadi gila di siang hari. Tapi, aku akan mengajarimu Teknik Awan di malam hari." Selesai mengatakan itu, pria tua itu mulai mengajari Wira."Totalnya ada 9 langkah. Dengan kultivasimu yang sekarang, kamu hanya bisa mempelajari langkah pertama, yaitu Langkah Eksplosif. Pusatkan kekuatan pada kakimu, lalu menyerbu ke depan. Tapi, ini bukan ledakan biasa. Ini lembut, tapi juga kuat. Lihatlah," jelas pria tua itu.Kemudian, pria tua itu mendemonstrasikannya untuk Wira. Sosoknya sontak berkelebat, tetapi tidak ada suara sedikit pun."Ini Langkah Eksplosif?" tanya Wira. Jelas-jelas tidak ada ledakan apa pun, yang ada hanya kesunyian. Saat berikutnya, pria tua itu kembali, lalu tersenyum dan menyuruh Wira menyentuh tempat yang diinjak
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 1405

Selama setengah bulan terakhir, Wira berlatih Langkah Eksplosif setiap hari. Perkembangannya sangat pesat, kecepatannya mengalami banyak peningkatan. Wira bahkan bisa menggunakannya di atas ranting pohon.Besok adalah hari ke-30, Wira tahu dirinya sudah harus pergi. Meskipun pria tua ini selalu menggila pada siang hari, dia akan normal pada malam hari dan mengajarinya Teknik Awan dengan sungguh-sungguh. Hal ini membuat Wira sangat tersentuh."Guru, kamu mau pergi bersamaku atau tetap tinggal di sini?" tanya Wira.Pria tua itu tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja di sini, memangnya apa yang bisa kulakukan di luar sana? Selain itu, jangan beri tahu siapa pun tentangku, termasuk Hasto. Paham?"Meskipun tidak memahami tujuan gurunya, Wira tetap mengangguk dan mengiakan. "Aku mengerti, Guru."Pria tua itu pun terkekeh-kekeh dan berucap, "Wira, kini kamu sudah terlibat dalam kekacauan ini. Kamu mungkin nggak akan mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi, aku ingin mengatakan bahwa
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 1406

Hasto menjawab, "Senjata."Begitu mendengarnya, Wira langsung mengerti. Benar juga, tidak peduli sekuat apa pun dirinya, dia tidak akan bisa menang dari senjata.Akan tetapi, Wira tidak pernah takut senjatanya kalah dari yang lain. Dia punya pistol, siapa yang bisa melawan pistolnya?"Jadi, selanjutnya kita akan mempelajari senjata. Aku mengenal seorang ahli senjata yang luar biasa hebat. Tapi, dia paling ahli dalam teknik tongkat. Tekniknya sangat terkenal di seluruh Sekte Gunung dan Sekte Langit. Jadi, kamu harus mempelajarinya. Paham?" jelas Hasto.Wira tidak keberatan. Apabila dikuasai dengan baik, teknik tongkat ini tidak kalah dari teknik pedang. Selain itu, kekuatan membunuhnya juga dahsyat. Apalagi, Wira memiliki metode khusus menempa senjata, dia tentu tidak takut.Namun, Wira tetap bertanya, "Omong-omong, Kak Hasto, apa senjata kalian hanya terbuat dari baja? Apa setajam Pedang Treksha?"Hasto menggeleng sambil menjawab, "Senjata biasa tentu nggak sehebat Pedang Treksha, tapi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 1407

Hasto segera mengajak Wira meninggalkan hutan belantara ini. Awalnya, Wira mengira bahwa mereka akan pergi ke tempat yang tersembunyi. Namun, kali ini mereka malah mengunjungi sebuah sekte. Dari kejauhan, tempat ini tampak seperti sebuah benteng pegunungan. Ada sebuah papan besar bertuliskan tiga kata di depannya, yaitu Sekte Tongkat Sakti!Wira tertegun sejenak. Kalau bukan karena sudah tahu bahwa mereka datang untuk belajar Teknik Tongkat, dia mungkin akan mengira bahwa mereka sedang berada di wilayah seorang peramal. Wira mengedipkan mata sambil bertanya, "Inikah tempatnya?"Mendengar itu, Hasto mengangguk sebelum menjelaskan, "Tempat ini memang terlihat kumuh, tapi Sekte Tongkat Sakti pernah menjadi salah satu bagian dari Sekte Langit. Teknik Tongkat mereka adalah yang terbaik di dunia. Benar-benar luar biasa.""Tapi, ketua sekte mereka ... sudah lumpuh. Teknik Tongkat mereka juga mulai punah. Sampai pada generasi ini, hampir nggak ada orang yang bisa bergabung dengan Sekte Tongkat
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 1408

Kemudian, Advik langsung melemparkan sebuah bungkusan kepadanya. Wira tidak berpikir terlalu banyak. Dia secara refleks membuka bungkusannya, lalu tertegun sejenak. Di dalamnya, memang ada zirah. Hanya saja, kenapa zirah ini begitu aneh? Ada sebuah helm dan celana besi. Namun, selain itu tidak ada apa-apa lagi?Wira yang kebingungan pun bertanya, "Ini ... apakah ini zirah?"Begitu mendengar kata-kata ini, Advik sontak tertawa, lalu menjawab, "Tentu saja ini adalah zirah. Bagaimana? Zirah ini bagus, 'kan? Anak Muda, supaya kamu nggak cedera, cepatlah dipakai. Jangan tanya alasannya."Melihat Advik yang terkekeh-kekeh, Wira benar-benar makin bingung. Namun, setelah berpikir sejenak, dia tetap mengenakannya. Celana besi ini benar-benar ketat, tetapi cukup nyaman dipakai, sama sekali tidak seperti yang Wira bayangkan. Begitu pula dengan helmnya, ukurannya sangat pas.Kemudian, Advik membawa kemari dua batang tongkat yang tampak keras, tetapi sebenarnya terbuat dari serat katun dan rami. Di
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 1409

Meskipun Wira baru saja memasuki dunia bela diri, dia paham tentang cara berkelahi. Hanya wanita yang akan menggunakan trik licik seperti ini saat berkelahi dengan pria, di mana terus menyerang bagian bawah tubuh. Teknik ini benar-benar cabul!Wira sungguh kehabisan kata-kata. Apabila dia tahu akan seperti ini sebelumnya, dia tidak akan pernah mempelajari Teknik Tongkat. Sekalipun mempelajarinya, dia tetap tak akan bisa menggunakannya dalam pertarungan nyata. Hanya orang tebal muka yang berani mempraktikkannya!Wira terlihat sangat murung. Advik sebenarnya menyadari hal tersebut, tetapi sama sekali tidak peduli. Dia hanya berkata, "Hehe. Kamu agak malu-malu, ya? Nggak apa-apa, adaptasi perlahan saja."Advik menyimpan tongkatnya sambil terkekeh-kekeh. Awalnya, Wira ingin memberi tahu Hasto bahwa dia tidak ingin belajar lagi di sini. Namun, tidak disangka Hasto yang masih berada di sana tadi, sudah pergi terlebih dahulu.Wira merasa sangat frustrasi. Setelah berpikir sejenak, dia akhirny
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 1410

Ketika Wira masih kebingungan, Advik hanya tertawa terbahak-bahak, tanpa memedulikannya. Pada saat yang sama, beberapa gadis itu sudah telanjang. Mereka langsung masuk ke dalam air dan mulai mandi sambil bercanda tawa.Melihat situasi itu, Advik pun terkekeh-kekeh. Dia mengangkat Wira, lalu segera melemparkannya ke dalam danau. Wira sangat terkejut. Kini, dia sepenuhnya telanjang, sementara para gadis itu sedang mandi di sini. Ini ... Ini adalah serangan ganda. Sayangnya ... tidak ada gunanya dia berpikir terlalu banyak sekarang. Seiring terdengarnya suara, Wira langsung jatuh ke dalam danau.Di momen itu, para gadis amat tercengang. Mereka mulai berteriak panik dan segera naik ke darat."Dasar cabul!""Dasar tukang intip!""Beraninya kamu mengintip kami mandi!"Para gadis itu sangat panik dan segera mengenakan pakaian mereka. Wira sungguh tak berdaya. Padahal, dia sama sekali tidak mengintip. Sebab, dia terus memejamkan matanya.Pada saat ini, salah satu wanita tiba-tiba berkata, "Ada
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
139140141142143
...
273
DMCA.com Protection Status