Hasto menjawab, "Senjata."Begitu mendengarnya, Wira langsung mengerti. Benar juga, tidak peduli sekuat apa pun dirinya, dia tidak akan bisa menang dari senjata.Akan tetapi, Wira tidak pernah takut senjatanya kalah dari yang lain. Dia punya pistol, siapa yang bisa melawan pistolnya?"Jadi, selanjutnya kita akan mempelajari senjata. Aku mengenal seorang ahli senjata yang luar biasa hebat. Tapi, dia paling ahli dalam teknik tongkat. Tekniknya sangat terkenal di seluruh Sekte Gunung dan Sekte Langit. Jadi, kamu harus mempelajarinya. Paham?" jelas Hasto.Wira tidak keberatan. Apabila dikuasai dengan baik, teknik tongkat ini tidak kalah dari teknik pedang. Selain itu, kekuatan membunuhnya juga dahsyat. Apalagi, Wira memiliki metode khusus menempa senjata, dia tentu tidak takut.Namun, Wira tetap bertanya, "Omong-omong, Kak Hasto, apa senjata kalian hanya terbuat dari baja? Apa setajam Pedang Treksha?"Hasto menggeleng sambil menjawab, "Senjata biasa tentu nggak sehebat Pedang Treksha, tapi
Hasto segera mengajak Wira meninggalkan hutan belantara ini. Awalnya, Wira mengira bahwa mereka akan pergi ke tempat yang tersembunyi. Namun, kali ini mereka malah mengunjungi sebuah sekte. Dari kejauhan, tempat ini tampak seperti sebuah benteng pegunungan. Ada sebuah papan besar bertuliskan tiga kata di depannya, yaitu Sekte Tongkat Sakti!Wira tertegun sejenak. Kalau bukan karena sudah tahu bahwa mereka datang untuk belajar Teknik Tongkat, dia mungkin akan mengira bahwa mereka sedang berada di wilayah seorang peramal. Wira mengedipkan mata sambil bertanya, "Inikah tempatnya?"Mendengar itu, Hasto mengangguk sebelum menjelaskan, "Tempat ini memang terlihat kumuh, tapi Sekte Tongkat Sakti pernah menjadi salah satu bagian dari Sekte Langit. Teknik Tongkat mereka adalah yang terbaik di dunia. Benar-benar luar biasa.""Tapi, ketua sekte mereka ... sudah lumpuh. Teknik Tongkat mereka juga mulai punah. Sampai pada generasi ini, hampir nggak ada orang yang bisa bergabung dengan Sekte Tongkat
Kemudian, Advik langsung melemparkan sebuah bungkusan kepadanya. Wira tidak berpikir terlalu banyak. Dia secara refleks membuka bungkusannya, lalu tertegun sejenak. Di dalamnya, memang ada zirah. Hanya saja, kenapa zirah ini begitu aneh? Ada sebuah helm dan celana besi. Namun, selain itu tidak ada apa-apa lagi?Wira yang kebingungan pun bertanya, "Ini ... apakah ini zirah?"Begitu mendengar kata-kata ini, Advik sontak tertawa, lalu menjawab, "Tentu saja ini adalah zirah. Bagaimana? Zirah ini bagus, 'kan? Anak Muda, supaya kamu nggak cedera, cepatlah dipakai. Jangan tanya alasannya."Melihat Advik yang terkekeh-kekeh, Wira benar-benar makin bingung. Namun, setelah berpikir sejenak, dia tetap mengenakannya. Celana besi ini benar-benar ketat, tetapi cukup nyaman dipakai, sama sekali tidak seperti yang Wira bayangkan. Begitu pula dengan helmnya, ukurannya sangat pas.Kemudian, Advik membawa kemari dua batang tongkat yang tampak keras, tetapi sebenarnya terbuat dari serat katun dan rami. Di
Meskipun Wira baru saja memasuki dunia bela diri, dia paham tentang cara berkelahi. Hanya wanita yang akan menggunakan trik licik seperti ini saat berkelahi dengan pria, di mana terus menyerang bagian bawah tubuh. Teknik ini benar-benar cabul!Wira sungguh kehabisan kata-kata. Apabila dia tahu akan seperti ini sebelumnya, dia tidak akan pernah mempelajari Teknik Tongkat. Sekalipun mempelajarinya, dia tetap tak akan bisa menggunakannya dalam pertarungan nyata. Hanya orang tebal muka yang berani mempraktikkannya!Wira terlihat sangat murung. Advik sebenarnya menyadari hal tersebut, tetapi sama sekali tidak peduli. Dia hanya berkata, "Hehe. Kamu agak malu-malu, ya? Nggak apa-apa, adaptasi perlahan saja."Advik menyimpan tongkatnya sambil terkekeh-kekeh. Awalnya, Wira ingin memberi tahu Hasto bahwa dia tidak ingin belajar lagi di sini. Namun, tidak disangka Hasto yang masih berada di sana tadi, sudah pergi terlebih dahulu.Wira merasa sangat frustrasi. Setelah berpikir sejenak, dia akhirny
Ketika Wira masih kebingungan, Advik hanya tertawa terbahak-bahak, tanpa memedulikannya. Pada saat yang sama, beberapa gadis itu sudah telanjang. Mereka langsung masuk ke dalam air dan mulai mandi sambil bercanda tawa.Melihat situasi itu, Advik pun terkekeh-kekeh. Dia mengangkat Wira, lalu segera melemparkannya ke dalam danau. Wira sangat terkejut. Kini, dia sepenuhnya telanjang, sementara para gadis itu sedang mandi di sini. Ini ... Ini adalah serangan ganda. Sayangnya ... tidak ada gunanya dia berpikir terlalu banyak sekarang. Seiring terdengarnya suara, Wira langsung jatuh ke dalam danau.Di momen itu, para gadis amat tercengang. Mereka mulai berteriak panik dan segera naik ke darat."Dasar cabul!""Dasar tukang intip!""Beraninya kamu mengintip kami mandi!"Para gadis itu sangat panik dan segera mengenakan pakaian mereka. Wira sungguh tak berdaya. Padahal, dia sama sekali tidak mengintip. Sebab, dia terus memejamkan matanya.Pada saat ini, salah satu wanita tiba-tiba berkata, "Ada
Beberapa wanita cantik itu berkomentar."Memangnya omonganmu bisa dipercaya?""Benar!""Tapi, kita nggak boleh meninggalkannya di sini. Bisa gawat kalau dia ditemukan oleh binatang buas.""Huh! Kita harus meminta penjelasan kepada Advik dari Sekte Tongkat Sakti itu!"Kemudian, beberapa wanita cantik itu langsung mengikat Wira dan membawanya ke Sekte Tongkat Sakti. Wira tidak pernah dipermalukan seperti ini! Dia sangat membenci Advik. Siapa sangka, Advik mencelakainya.Sesampainya di Sekte Tongkat Sakti, Wira langsung dilempar ke lantai. Para wanita cantik itu berteriak-teriak."Advik! Dasar pria tua sialan! Cepat keluar!""Iya, cepat keluar!"Advik yang mengantuk pun berjalan keluar. Dia bertanya, "Eh, bukannya ini wanita-wanita cantik dari Sekte Teja? Ada apa kalian mencariku?"Advik pandai sekali berpura-pura sehingga Wira benar-benar kesal. Salah satu wanita cantik menunjuk Wira sembari bertanya, "Siapa dia?"Advik memandang Wira, lalu terdiam sesaat. Kemudian, dia menyahut, "Aduh,
Advik yang merasa puas berujar, "Baguslah kalau kamu marah. Itu berarti rasa malumu akan perlahan berkurang."Wira membentak, "Aku sudah bilang, aku nggak mau belajar! Aku mau pergi dari sini!"Advik menimpali, "Nggak masalah. Tapi, aku nggak akan membuka segel titik meridianmu. Apa kamu bisa pergi?"Wira berang setelah mendengar ucapan Advik. Setelah memikirkannya sejenak, Wira memutuskan untuk menyetujui ucapan Advik terlebih dahulu. Jadi, Wira berkata, "Oke ... aku mau belajar. Tapi, kamu buka segel titik meridianku dulu."Advik tertawa, lalu berucap, "Oke, sepakat." Kemudian, Advik membuka segel titik meridian Wira.Setelah itu, Wira langsung melompat dan kembali ke kamar untuk mengganti baju. Wira hendak pergi.Advik bertanya, "Eh, bukannya kamu bilang kamu mau belajar Teknik Tongkat di sini?"Wira mendengus dan menyahut, "Aku membohongimu tadi. Kamu sendiri yang keterlaluan, aku nggak mau belajar denganmu. Kamu membuatmu malu demi memaksaku belajar Teknik Tongkat. Aku nggak perna
Hanya saja, Wira tidak menyangka dirinya akan pingsan setelah meminum arak. Selanjutnya, Wira terus disiksa oleh Advik. Wira tahu Teknik Tongkat ini memang langka. Namun, Wira merasa teknik ini sangat aneh sehingga dia tidak menyukainya. Waktu 3 bulan berlalu. Akhirnya, latihan Teknik Tongkat yang mengerikan pun berakhir.Di sisi lain, Faksi Aswad sudah berdiri di kedalaman hutan Kerajaan Agrel selama bertahun-tahun. Para murid di faksi ini bertindak semena-mena karena dipimpin oleh ketua asterik menengah. Semua wanita yang tinggal di sekitar daerah itu tidak berani keluar dari rumah. Mereka juga tidak merasa tenang saat berada di dalam rumah karena takut dicelakai oleh murid Faksi Aswad.Beberapa hari ini, pengurus Faksi Aswad sengaja menangkap gadis perawan untuk mengambil esensi darah mereka. Dengan demikian, kekuatan ketua faksi bisa meningkat.Pada saat yang sama, Wira yang sudah selesai latihan diutus oleh Hasto untuk menguji hasil latihannya selama 3 bulan di Faksi Aswad. Wira y
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan