Advik yang merasa puas berujar, "Baguslah kalau kamu marah. Itu berarti rasa malumu akan perlahan berkurang."Wira membentak, "Aku sudah bilang, aku nggak mau belajar! Aku mau pergi dari sini!"Advik menimpali, "Nggak masalah. Tapi, aku nggak akan membuka segel titik meridianmu. Apa kamu bisa pergi?"Wira berang setelah mendengar ucapan Advik. Setelah memikirkannya sejenak, Wira memutuskan untuk menyetujui ucapan Advik terlebih dahulu. Jadi, Wira berkata, "Oke ... aku mau belajar. Tapi, kamu buka segel titik meridianku dulu."Advik tertawa, lalu berucap, "Oke, sepakat." Kemudian, Advik membuka segel titik meridian Wira.Setelah itu, Wira langsung melompat dan kembali ke kamar untuk mengganti baju. Wira hendak pergi.Advik bertanya, "Eh, bukannya kamu bilang kamu mau belajar Teknik Tongkat di sini?"Wira mendengus dan menyahut, "Aku membohongimu tadi. Kamu sendiri yang keterlaluan, aku nggak mau belajar denganmu. Kamu membuatmu malu demi memaksaku belajar Teknik Tongkat. Aku nggak perna
Hanya saja, Wira tidak menyangka dirinya akan pingsan setelah meminum arak. Selanjutnya, Wira terus disiksa oleh Advik. Wira tahu Teknik Tongkat ini memang langka. Namun, Wira merasa teknik ini sangat aneh sehingga dia tidak menyukainya. Waktu 3 bulan berlalu. Akhirnya, latihan Teknik Tongkat yang mengerikan pun berakhir.Di sisi lain, Faksi Aswad sudah berdiri di kedalaman hutan Kerajaan Agrel selama bertahun-tahun. Para murid di faksi ini bertindak semena-mena karena dipimpin oleh ketua asterik menengah. Semua wanita yang tinggal di sekitar daerah itu tidak berani keluar dari rumah. Mereka juga tidak merasa tenang saat berada di dalam rumah karena takut dicelakai oleh murid Faksi Aswad.Beberapa hari ini, pengurus Faksi Aswad sengaja menangkap gadis perawan untuk mengambil esensi darah mereka. Dengan demikian, kekuatan ketua faksi bisa meningkat.Pada saat yang sama, Wira yang sudah selesai latihan diutus oleh Hasto untuk menguji hasil latihannya selama 3 bulan di Faksi Aswad. Wira y
Ketua faksi tertegun. Kemudian, dia mengayunkan pedangnya ke arah Wira sehingga daun-daun di pohon bergetar. Namun, Wira berkelebat dan berhasil menghindari serangan ketua faksi lagi. Teknik tubuh ini benar-benar hebat. Wira memang tidak bisa terus menghindari serangan lawan, tetapi dia bisa mengurangi kekuatan serangan ketua faksi.Kekuatan ketua faksi yang awalnya sangat dahsyat perlahan makin melemah. Ketua faksi menyindir, "Dasar penakut. Kamu hanya bisa bersembunyi."Tiba-tiba, Wira menggunakan teknik tubuhnya untuk menghantam punggung ketua faksi. Alhasil, ketua faksi yang tidak menyadari adanya bahaya dari belakang langsung terpental. Pedang pusakanya juga tertancap di lantai. Ketua faksi terjatuh di lantai dan tidak bisa bangkit lagi.Dari awal, ketua faksi memang meremehkan Wira. Dia tidak menyangka jurus Wira yang begitu sederhana bisa menumbangkannya.Wira berujar sambil memandang ketua faksi, "Kamu masih berani bersikap sombong? Hari ini kamu pasti akan mati." Wira sama sek
Dari awal, Hasto menyaksikan cara Wira membereskan Faksi Aswad. Hasto mengusap bajunya, dia merasa sudah saatnya membawa Wira pergi.Wira berucap, "Kak Hasto bilang dia akan mencariku. Kalau begitu, aku cari penginapan dulu untuk istirahat dan makan."Saat tengah malam, Wira yang berbaring di tempat tidur tampak gelisah. Penyebabnya adalah dia makan terlalu banyak. Tiba-tiba, Hasto masuk dari jendela dan berdiri di hadapan Wira.Wira berkata, "Kak Hasto, kamu ...." Apa Hasto mau langsung membawanya pergi? Wira tidak berani menyelesaikan ucapannya setelah mengamati Hasto. Dia juga tersenyum canggung.Hasto menimpali, "Sudahlah. Kamu nggak usah berpura-pura di depanku. Aku sangat memahamimu. Aku datang untuk melihat hasil latihanmu dan ...."Hasto berjeda sejenak, lalu dia mengamati Wira seraya melanjutkan, "Tentu saja ada masalah yang mau aku bicarakan denganmu.""Ada apa Kak Hasto?" tanya Wira. Dia turun dari tempat tidur dan berjalan ke depan meja. Wira menuang secangkir teh untuk Has
Wira yang agak kesal langsung menyergah, "Jadi, apa kita harus berharap kepada para pria tua itu? Benar-benar konyol."Hasto mengisyaratkan kepada Wira untuk tenang, lalu menimpali, "Mereka meragukan kemampuanmu dan menganggap kamu itu orang biasa. Tapi, alasan lain nggak terlalu penting."Wira menyahut, "Mereka repot sekali sampai-sampai harus memikirkan banyak alasan. Kelihatannya, sangat sulit kalau aku mau pergi ke kediaman Keluarga Triaji. Mungkin saja aku bisa dibunuh."Hasto berujar, "Pengumuman untuk mencarimu memang belum dirilis. Tapi, banyak orang sudah diam-diam menyelidikimu. Jadi, kondisinya kurang menguntungkan bagimu. Sekarang, situasinya sudah menjadi seperti ini. Menurutmu bagaimana?"Hasto tidak menceritakan keseluruhan masalahnya. Dia ingin melihat keputusan yang dipilih oleh Wira.Wira berucap, "Sederhana sekali. Ada anggota Sekte Langit yang berkomplotan dengan orang luar." Wira juga tidak bersikap sungkan kepada Hasto lagi. Dia meneruskan, "Sekarang Sekte Langit
Kepala Keluarga Izaz berkomentar, "Kalau kamu begitu pintar, kamu yang lanjut bicara saja. Kamu ini misterius sekali, aku rasa kamu paling mencurigakan."Kepala Keluarga Yazid menimpali, "Kamu itu begitu bodoh, mana mungkin kamu paham? Keluarga Izaz itu menempati urutan terakhir setelah dipimpin olehmu selama bertahun-tahun. Kamu sama sekali nggak memberikan kontribusi apa pun. Kalau terus begini, apa kamu perlu datang ke ruang rapat lagi?"Kepala Keluarga Izaz menanggapi, "Kamu nggak usah sombong. Kalau di Keluarga Yazid ada penerus yang kompeten, kamu nggak harus ...."Juna menyela, "Sudahlah. Ini ruang rapat, apa kalian pikir ini pasar?"Semua orang pun menahan emosi masing-masing saat mengamati ekspresi Juna yang muram. Namun, mereka semua punya rencana sendiri.Juna melanjutkan, "Aku menyuruh kalian datang untuk berdiskusi, bukan saling menyerang. Kalau kalian nggak bisa membantu membereskan masalah Sekte Langit, lain kali kalian kabari saja kalau nggak bisa datang."Seorang pria
Kashif berujar, "Tapi, Chokri, kita harus memikirkan masa depan. Julian harus menghadapi masalah ini. Lebih baik kita bantu Julian urus semuanya, jadi Julian bisa tenang."Chokri menimpali, "Aku tahu. Tapi, Pak Kashif, Julian sudah menjadi wanita suci sejak kecil dan hidupnya sangat menderita. Sekarang, mana mungkin aku tega melihat Julian berakhir seperti ini?"Kashif menyahut, "Aku rasa kamu mulai pikun. Kami semua juga nggak tega, apalagi Julian itu harapan kita di pertarungan Sekte Langit dan Sekte Gunung."Tiba-tiba, seseorang berkomentar, "Omongan Pak Kashif memang benar. Sekarang, kita harus mengikuti aturan leluhur untuk mengadakan sayembara demi mencari suami wanita suci.""Kamu siapa?" tanya salah satu kepala keluarga. Semua orang baru menyadari hari ini ada orang baru yang datang.Pria yang memakai baju hijau berdiri, lalu memberi hormat dan memperkenalkan diri, "Aku perwakilan dari Keluarga Hafuza. Belakangan ini, ayahku sakit. Dia nggak bisa datang untuk mengikuti rapat, j
"Jadi, maksudmu sekarang ini aku hanya memikirkan anakku dan nggak memedulikan kepentingan bersama? Apa kamu menganggapku sudah pikun?" ujar Juna yang kesal. Saat ini, hanya sebagian kecil orang yang memikirkan Julian. Orang lain meminta Juna untuk mempertimbangkan kepentingan bersama sehingga dia dan Julian terkesan seperti orang picik.Keluarga Lainufar yang menyokong Qashid memang menempati posisi tengah di antara 8 keluarga besar. Namun, kondisi keluarga mereka kurang baik. Kalau bukan karena ....Qashid menggertakkan giginya, dia hanya menyampaikan pendapatnya tadi. Jika Juna tidak bersedia, Qashid juga tidak berdaya. Hanya saja, jika Qashid menyinggung .... Kali ini, Qashid tidak boleh ragu-ragu lagi. Dia terpaksa harus mengorbankan Sekte Langit.Qashid berusaha menenangkan dirinya, lalu melanjutkan, "Aku benar-benar cemas mendengar ucapan Pak Juna. Tapi, hari ini aku ingin mengutarakan semua pendapatku.""Qashid, kamu duduk dulu," tegur Kashif dengan tegas.Qashid menyahut, "Ini
Saat ini, semua orang sudah tahu Adjie yang sebelumnya memimpin para perampok dari Desa Riwut untuk mengepung kemah pasukan utara, sehingga mereka mengakui kemampuannya. Justru karena alasan inilah, mereka ingin melihat bagaimana pendapat Adjie tentang masalah ini.Melihat banyak orang yang menatapnya, Adjie tersenyum dan berkata, "Hehe. Sebenarnya pemikiranku tentang masalah ini juga sama, nggak terlalu sulit. Kalau diperhatikan dengan saksama, pasukan utara sangat bergantung pada kavaleri. Jadi, kalau kita berhasil menghancurkan kavaleri ini, hal pertama yang akan dipikirkan mereka adalah bagaimana mencegah kehancurannya lebih lanjut."Semua orang langsung tertegun karena mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Beberapa saat kemudian, seseorang berkata dengan terkejut, "Yang kamu katakan sepertinya memang benar. Tapi, kelihatannya strategi ini juga tidak begitu menguntungkan bagi kita."Semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga setuju dengan perkataan orang itu.Saat
Di dalam lereng bukit yang jaraknya tidak jauh dari kemah pasukan utara di Pulau Hulu, Wira dan yang lainnya sudah menyiapkan penyergapan dan kini sedang menunggu pasukan musuh mendekat.Saat semua orang sedang menunggu dengan cemas, beberapa orang di barisan depan mengernyitkan alis. Beberapa saat kemudian, salah seorang dari mereka berlari ke arah Wira dan berkata, "Tuan, mereka sepertinya sudah mundur, kini kita sudah bisa bergerak. Tapi, dilihat dari situasinya, mereka memang cukup kuat."Mendengar kabar musuh sudah mundur, Wira pun mengernyitkan alis. Menurutnya, musuhnya ini terlalu lemah, malah tidak berniat untuk menyerang.Beberapa saat kemudian, Adjie yang berdiri di samping tersenyum dan berkata, "Tuan, sepertinya Zaki ini mulai cerdik, nggak langsung menyerang kita. Menurutku, sekarang mereka mulai membuat strategi."Wira tersenyum saat mendengar perkataan itu dan berkata, "Hehe. Ternyata begitu, tapi yang paling penting sekarang adalah kita bisa menangkap mereka. Kalau mer
Melihat Zaki dan Joko begitu tidak sabar, Darsa tersenyum dan berkata, "Hehe. Cara ini memang bisa berjalan, kita hanya perlu memindahkan medan perang ke arah selatan. Dengan begitu, kita bisa langsung menahan pasukan musuh di sana."Mendengar perkataan itu, kedua orang itu tertegun sejenak. Mereka merasa rencana ini mungkin bisa berjalan dengan baik, tetapi mereka harus memastikan rencana ini tidak bermasalah terlebih dahulu.Semua orang menganggukkan kepala.Setelah berpikir sejenak, Darsa yang sepertinya teringat sesuatu pun menoleh dan berkata pada Zaki dan Joko, "Kalian pergi siapkan tali perangkap kuda sebanyak mungkin, kita akan membalas musuh dengan cara yang sama."Zaki dan Joko langsung merasa sangat bersemangat saat mendengar perintah itu. Mereka segera merespons perintah itu dan segera pergi menyiapkan tali perangkap kuda.Saat ini, hanya tersisa Darsa dan para wakil jenderal yang berada di dalam tenda. Setelah mengumpulkan mereka, Darsa berkata, "Sekarang hanya sisa kalian
Mengingat tali jebakan kuda, Zaki langsung mengumpat, "Tuan, aku menderita kerugian besar di tangan Wira sebelumnya juga karena tali perangkap kuda ini. Kali ini aku harus membuat mereka membayar perbuatan mereka."Darsa tersenyum karena dia juga tahu kerugian yang sudah dialami Zaki, lalu berkata, "Hehe. Aku sudah mendengar tentang hal itu. Musuh memang terlalu licik. Bukan hanya memasang tali perangkap kuda, mereka juga menebar paku kuda di jalur mundur. Benar-benar licik dan kejam."Zaki menganggukkan kepala karena situasi kali ini memang cukup sulit untuk dihadapi. Jika bukan karena tali perangkap kuda, dia tidak akan kehilangan ratusan kuda perang begitu saja. Oleh karena itu, saat mendengar Darsa akan menggunakan tali perangkap kuda, dia langsung menganggukkan kepala dengan sangat bersemangat.Joko yang berada di samping berkata, "Kalau hanya mengandalkan tali perangkap kuda, dampaknya nggak terlalu besar. Musuh akan menyerang dari atas bukit dan melewati pintu masuk lembah. Kala
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih
Zaki menambahkan, "Benar. Tuan, setelah memenangkan pertempuran ini, Wira pasti akan langsung pergi. Dia mana mungkin melancarkan serangan kedua."Mendengarkan perkataan keduanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Aku tentu saja sangat yakin. Apa kalian tahu kenapa Wira bisa menyerang kita?"Kedua orang itu langsung tertegun sejenak karena sebelumnya mereka memang tidak memikirkan alasan di balik serangan itu.Zaki langsung tercengang sejenak, lalu berkata, "Tuan, bukankah mereka menyerang karena ingin merebut Pulau Hulu ini? Apa mereka punya tujuan lain?"Mendengar pertanyaan itu, Darsa tersenyum. Namun, dia tidak langsung menjawab, melainkan menatap Joko dan berkata sambil tersenyum, "Menurut kalian?"Joko juga tertegun karena dia tidak menyangka Darsa akan melemparkan pertanyaan ini padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Menurutku, Wira memang ingin merebut Pulau Hulu ini. Tapi, apa mereka ada rencana di balik ini, aku masih belum terpikirkan."Semua orang juga langsung
Mendengar Darsa memuji dan bahkan memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap orang yang bernama Adjie ini, Zaki mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan, kenapa kamu malah memuji musuh kita? Menurutku, nggak peduli siapa pun dia, tombakku ini pasti akan membunuhnya."Semua orang sudah terbiasa dengan temperamen Zaki yang buruk, sehingga kebanyakan dari mereka hanya tersenyum.Beberapa saat kemudian, Joko yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Orang ini memang pandai menyusun strategi. Kalau tebakanku nggak salah, rencana membuka saluran air ini pasti ide dari Adjie, 'kan?"Joko menatap Guntur yang sedang berlutut saat mengatakan itu, jelas sedang bertanya pada Guntur.Setelah tertegun sejenak, Guntur baru berkata, "Benar, dia juga yang mengatur strategi penyerangan kami tadi. Tapi, kami benar-benar nggak menyangka dia bisa begitu keterlaluan sampai menjadikan orang-orang dari Desa Riwut sebagai umpan."Zaki mendengus, lalu langsung menendang Guntur dan berteriak dengan
Mendengar perkataan Darsa, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, apa yang dikatakan Darsa memang masuk akal.Pada saat itu, pintu tenda tiba-tiba terbuka dan Joko berjalan masuk. Setelah memberi salam pada Zaki, dia menatap Darsa dan berkata, "Aku sudah menangani semua perintah Tuan Darsa, sekarang tinggal menunggu laporan dari mata-mata. Kami sudah mengerahkan banyak mata-mata. Kalau ada informasi, mereka pasti akan segera melaporkannya."Mendengar laporan itu, Darsa merasa sangat puas. Dia menatap semua orang dan berkata, "Baiklah. Karena semuanya sudah diatur, sekarang kita akan menyusun rencana perang. Bisa dipastikan para perampok di Desa Riwut sudah bergabung dengan pasukan Wira. Apa kita berhasil menangkap salah satu dari mereka?"Tepat pada saat itu, salah seorang wakil jenderal yang bertugas untuk membersihkan medan perang memberi hormat dan berkata, "Tuan, sebelumnya kami memang berhasil menangkap satu tahanan. Orang ini tadinya berpura-pura mati, tapi untungnya p
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k