"Mas, ngotak ngatik apa sih? Asyik bener kayaknya?"Aku melongokkan kepala dan mencoba melihat apa yang sedang ditonton suamiku di layar ponselnya."Kerjaan. Nih, tim promosi nanyain tentang kerjaan tadi."Dengan terburu-buru, mas Arif menutup layar ponsel. Sekilas aku sempat melihat kalau dia membuka pesan whatsapp."Yuk, tidur saja." Mas Arif meletakkan ponselnya di atas nakas dan tidur memelukku. Perlahan dia mulai mencium kening dan hidung. "Mas pingin, Nas," bisiknya mendayu di telinga. Aku menahan nafas. Biasanya kalau dia menginginkannya, aku akan langsung memberikan respon yang lebih agresif. Tapi begitu ingat perkataan Ana, tanda merah di leher Mbak Sumi, dan kejadian di dapur tadi, rasanya aku tidak bergai rah. Lagipula aku sedang mendapat tamu bulanan. Ah, lebih baik, mas Arif kupermainkan sedikit. Siapa tahu ada jejak petualangan mbak Sumi di tubuhnya."Hm, tentu saja." Aku tersenyum, mengedipkan sebelah mata dan membuka kaosnya. Sejenak berhenti karena mendadak terbay
Read more