Mau sembuh atau belum, sang ibu mertua tidak peduli, yang penting sekarang dia punya ide. Pagi-pagi buta Chyntia menggedor-gedor pintu kamar Stefan. Anehnya, bukan cacian dan lontaran sarkas yang dilempar, melainkan panggilan persuasif layaknya pemeran antagonis menusuk lawannya dari belakang, penuh kelembutan dan rayuan.“Stefan, kau sudah bangun?”Lantas Stefan membukakan pintu, lalu menjawab, “Sudah dari jam empat tadi aku bangun, Bu.”Chnytia mengangguk sembari mengunggah senyum sebelah yang tidak begitu mengenakkan. Senyum dipaksa. Senyum ada maksud. Jika bisa membaca matanya, asli mata itu adalah mata jahat.Chyntia menatap licik dan berkata, “Ada tugas untukmu sebelum kau pergi narik nanti, Stefan.”“Tugas apa, Bu? Aku siap kapan saja.”“Piring, gelas, kuali, semua yang kotor itu cepat kau cuci!”“Baik, Bu. Segera aku kerjakan.”Stefan sigap menuju dapur. Tak ada satu pun yang dilewatkannya, semua kinclong.Chyntia memanggil suami dan ketiga anaknya.“Sekarang kita punya pembant
Last Updated : 2023-03-20 Read more