Share

Bab 2

Penulis: mic.assekop
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-20 12:20:37

Stefan menghubungi Pak Arya dan kembali membahas soal pekerjaannya di AlfaTech.

“Maaf, Stefan, namamu sudah dicoret dan sudah digantikan oleh orang lain.”

“Saya sudah tanda tangan kontrak kerja, Pak.”

“Betul. Tapi sudah tiga tahun kau tidak memberikan konfirmasi kepada pihak perusahaan. Jadi dengan berat hati kami menyampaikan bahwa kau tidak bisa lagi diterima bekerja di AlfaTech.”

Stefan membuang harapannya untuk bisa bekerja di AlfaTech. Kemudian dia mencari opsi lain, yakni berusaha mencari lowongan pekerjaan. Namun, Stefan tidak akan bisa sebab semua ijazah dan sertifikat serta apapun yang terkait dengan administrasi studinya, dari SD sampai sarjana, semuanya telah dibakar oleh Bobby. Tak menyisakan sedikit pun.

Kecuali apa yang ada di dalam lemari ini saja. Apa yang bisa dipakainya untuk melamar pekerjaan? Stefan ada ide. Bagaimana kalau dia melamar di perusahaan yang dipegang oleh mertuanya sendiri.

Senin pagi. Stefan tahu kalau sebentar lagi mertuanya akan menggedor pintu kamarnya. Sebelum itu, dia sudah bersiap. Dia sudah mandi dan berpakaian rapi. Dilihatnya dirinya sendiri di cermin. Rambutnya yang cepak dan disisir ke kanan. Hidung mancung. Bibir tipis. Dagu lancip. Tinggi badan 180 cm dan berat badan 70 kilogram. Kulitnya kuning langsat mendekati putih. Dengan setelan kemeja biru ini Stefan tampak tampan.

GAR!

GAR!

Stefan buru-buru membukakan pintu. “Selamat pagi, Ayah!” sapa Stefan tanpa terbata-bata sambil senyum.

Bobby kaget, mulutnya agak terbuka. “Kenapa kau rapi sekali? Dasar gila!”

“Aku ingin bekerja di PT. Sanjaya Sawit sebagai programmer. Aku bisa mengelola website, menjaga sistem, dan memperbaiki perangkat komputer.”

Bobby mendengus kesal sambil mendamprat. “Aneh kau ini! Makan dan tidur saja sana!”

“Aku serius, Ayah. Aku punya istri yang harus aku nafkahi.”

“Kau ini masih bermimpi. Dasar!” Bobby melengos, lalu enyah meninggalkan Stefan yang masih saja tertegun.

Tak lama setelah itu Robert dan Luchy secara berbarengan tiba di depan pintu kamar Stefan. Melihat penampilan Stefan yang rapi, mereka berdua terperangah, apa mereka salah lihat?

“Kau perlahan ada kemajuan, ipar sampah! Kemarin-kemarin bisa bawa motor, sekarang sudah bisa berpakaian rapi. Boleh juga,” maki Robert.

“Jangan lupa bawa saputangan untuk mengelap cairan yang akan keluar dari hidungmu itu!” cela Luchy.

Stefan santai mendengar semua hinaan terhadap dirinya. Dengan tenang dan jelas dia menjawab, “Jika kalian mau pergi, silakan, aku mau keluar mencari sarapan.”

Robert menunjuknya sambil meremehkan. “Kau itu hampir tiga tahun penuh jadi benalu di rumah ini. Kau ingat? Baguslah kalau sekarang sudah bisa mencari makan sendiri.”

“Ayam saja tidak disuapi makannya. Benalu!”

“Kau itu lebih rendah dari seekor ayam!”

“Mati saja!”

Robert dan Luchy pun pergi.

Tidak ingin dihina pula oleh ibu mertua dan juga istrinya, Stefan beringsut keluar rumah. Tidak ada satu pun yang tidak dia ingat lokasi di sekitar sini, bahkan di kota ini, semuanya diingatnya dengan teramat baik, bahkan dia pun masih ingat nama dokter dan suster yang merawatnya sewaktu di rumah sakit.

Stefan duduk di sebuah warung kopi pinggir jalan di sekitar Bukit Kecil. Dia menikmati secangkir kopi hitam dan beberapa potong roti. Dilihatnya pohon angsana, palem, dan beringin di pinggir jalan. Dia tahu persis nama tanaman penghias jalan itu, Furcraea dan Lantana. Bahkan dia bisa membedakan antara palem botol, palem putri, dan palem segitiga.

Sementara di rumah, Lionny kaget begitu tidak mendapati Stefan di dalam kamar. Lantas dia menanyakan kepada ibunya yang baru saja pulang dari pasar.

“Ke mana menantu benalu itu?” tanya balik Chyntia sembari mengerling ke seisi rumah.

“Aku sudah cari dia, tapi tidak ada.”

“Dia di rumah salah, di luar buat kita susah, memang serba salah punya menantu tidak berguna seperti dia itu.”

“Bu, sepertinya aku harus bicara lagi sama Kakek Sanjaya.”

Lionny mengambil ponselnya, lalu menghubungi kakeknya. Dia menyampaikan berbagai macam keluhan selama Stefan berada di sini. Satu keluarga sepakat ingin mengirimkan Stefan ke rumah sakit jiwa.

“Dia bersikeras ingin menjadi tukang ojek, padahal sudah kami larang, sekarang dia malah keluar dari rumah tanpa berpamitan.”

“Aku masih sayang sama dia. Jika kalian usir apalagi sampai bercerai, kalian semua tidak akan pernah mendapatkan warisan!”

Kakek Sanjaya memberikan ultimatum tegas. Mendengar itu, Chyntia dan Lionny tak mampu berkata apa-apa lagi. Bobby sebagai kepala keluarga saja tidak bisa berkutik ketika diberi peringatan oleh ayahnya.

Tentu satu keluarga ini akan menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Kakek Sanjaya, sebab Bobby merupakan satu-satunya penerus keluarga, maka dari itu semua harta warisan yang berlimpah sudah dipastikan diterima oleh Bobby.

Satu-satunya langkah yang bisa mereka ambil adalah tetap bersabar atas kehadiran Stefan di rumah ini. Jika Kakek Sanjaya sudah memutuskan sesuatu, tak akan ada yang bisa protes. Semua akan berjalan sesuai perintah beliau.

“Assalamu’alaikum.”

Chyntia dan Lionny tersentak, lalu menjawab salam tersebut. Rupanya Stefan. Dia pulang. Buru-buru Lionny mendekat ke pintu depan.

“Dari mana saja kau? Kami khawatir sekali,” tanya Lionny mengerutkan kening.

Jika Stefan tidak pulang, asli Kakek Sanjaya pasti marah besar. Chyntia, meski terlanjur benci, namun tetap berusaha tidak berlebihan memperlakukan Stefan dengan buruk.

“Kami mengkhawatirkan kau!” Chyntia berkacak pinggang sambil menggeleng-geleng.

Stefan senyum. Dengan polosnya dia memberikan bungkusan roti tawar yang tadi dibelinya di mini market. “Maaf tadi aku tidak pamit lagi. Soalnya sudah lapar.”

“Ya iyalah!” Lionny emosi. “Kau dua hari hampir mati karena over dosis.”

Lionny dan ibunya malah heran. Kenapa sekarang Stefan berpenampilan bagus? Kenapa sekarang dia lancar sekali bicara? Bagaimana bisa dia pergi belanja?

Chyntia berang dan berkata, “Masuklah kau ke kamar sana! Akan kami kunci dari luar!”

“Jangan, Bu. Jangan dikunci. Nanti aku mau keluar lagi. Aku mau narik siang ini.”

“Tidak usah kau pergi ngojek, Stefan. Nanti Kakek Sanjaya berpikir kau ditelantarkan di sini. Parahnya nanti kau tidak ingat jalan pulang.”

“Tenang saja. Aku ingat, buktinya aku sekarang sudah di rumah.”

Sore harinya, pas pula Bobby dari pulang bekerja, Stefan berpamitan dengan mertuanya.

“Hei menantu sampah! Mau ke mana kau?”

“Mau cari uang, Ayah,” balas Stefan sambil mengenakan helm.

“Jangan! Otak dan badanmu belum sembuh!”

Stefan melompat-lompat melakukan gerakan jumping jacks dan meregangkan otot-ototnya. “Aku sudah sehat, Ayah. Jika Ayah berubah pikiran, aku akan siap kapan saja bekerja di perusahaan Ayah,” tutur Stefan tanpa terbata-bata sedikit pun.

Bobby membuang muka, lalu melangkah dari ruang tamu ke ruang keluarga. “Minum lagi obat banyak-banyak! Jangan terus-terusan menyusahkan kami!”

Istri dan semua anaknya terheran-heran. Kenapa bisa Stefan dengan gagah dan percaya diri mau keluar rumah terus? Mereka berempat melontarkan kalimat sarkas secara berantai.

“Menantu memalukan kesayangan Kakek Sanjaya, dengarkan kami, jika kau mati atau kabur, nasib kami semua di sini akan berantakan.”

“Ipar yang katanya programmer top, jangan berlagak sok sehat, nanti kau ditabrak lagi, mati kau sekali ini!”

“Ipar menyedihkan. Mending kau melamun saja di dalam kamar sana!”

Stefan tak peduli. Dia akan tetap mencari uang untuk menafkahi istrinya, lalu menyisihkan sebagian uang untuk membeli laptop. Sebab, dengan laptop tersebut nantinya dia akan lebih mudah mendapatkan uang.

Ponsel Stefan berdering.

Orderan pertama sebagai ojek online untuk hari ini!

Bab terkait

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 3

    “Sesuai aplikasi, Mas!” ucap Grace Santika, lalu dia naik ke boncengan belakang.Tujuan dari Kambang Iwak ke Grand Garden, salah satu perumahan top di Palembang. Perjalanan menempuh waktu sekitar lima belas sampai tiga puluh menit. Cukup lama karena biasanya jam-jam seperti sekarang jalanan dipadati kendaraan.“Pulang kerja, Mbak?” tanya Stefan sambil membuka kaca helm. Angin menderu-deru menampar-nampar wajahnya.“Iya pulang kerja. Rencananya mau ketemuan sama seseorang. Tapi tidak jadi. Barusan aku ditipu.”“Kenapa bisa ditipu?”“Cowok itu menguras habis saldo di salah satu dompet digitalku. Sepertinya ponselku habis disadap.”“Nanti akan aku bantu!”Grace tak salah dengar. Si ojol ini bisa bantu apa? Bantu doa atau apa? Grace malah tak menggubris omongan Stefan.Sesampainya di rumah, Grace membayar ongkos delapan belas ribu kepada Stefan. Namun, pria tampan itu belum mau pergi dan malah memberikan tawaran bantuan.“Pasti Mbak memberikan data pribadi. Berapa uang yang dia ambil?”“Lu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 4

    Siang ini di kantor PT Sanjaya Sawit.“Kemarin saya ditolong oleh seorang teman, Pak," ungkap Grace. Bobby berkata, “Baiklah. Bilang pada temanmu itu kalau Bapak butuh bantuan dia.”Ada beberapa orang di kantor ini mengaku bahwa ponsel dan media sosial mereka telah diretas oleh hacker. Sebagian dari mereka juga mengaku telah kehilangan sejumlah uang, bahkan sampai puluhan juta. Bau-baunya perusahaan akan berdampak juga.Sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, makanya Bobby sudah mengambil ancang-ancang terlebih dahulu.“Baiklah, nanti akan coba saya bicarakan lagi dengan teman saya, Pak Dirut,” pungkas Grace, kemudian melanjutkan pekerjaannya.Sore harinya ketika pulang kerja, Grace menelepon Stefan dan bilang kalau dia minta antar ke rumah secara offline tanpa aplikasi. Sesampainya di depan kantor PT Sanjaya Sawit, Stefan kaget. Ini adalah kantor milik mertuanya sendiri.Ini adalah kesempatan emas. Sebaiknya nanti pas pulang narik saja dia bilang kepada mertuanya bahwa dia bis

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 5

    Mau sembuh atau belum, sang ibu mertua tidak peduli, yang penting sekarang dia punya ide. Pagi-pagi buta Chyntia menggedor-gedor pintu kamar Stefan. Anehnya, bukan cacian dan lontaran sarkas yang dilempar, melainkan panggilan persuasif layaknya pemeran antagonis menusuk lawannya dari belakang, penuh kelembutan dan rayuan.“Stefan, kau sudah bangun?”Lantas Stefan membukakan pintu, lalu menjawab, “Sudah dari jam empat tadi aku bangun, Bu.”Chnytia mengangguk sembari mengunggah senyum sebelah yang tidak begitu mengenakkan. Senyum dipaksa. Senyum ada maksud. Jika bisa membaca matanya, asli mata itu adalah mata jahat.Chyntia menatap licik dan berkata, “Ada tugas untukmu sebelum kau pergi narik nanti, Stefan.”“Tugas apa, Bu? Aku siap kapan saja.”“Piring, gelas, kuali, semua yang kotor itu cepat kau cuci!”“Baik, Bu. Segera aku kerjakan.”Stefan sigap menuju dapur. Tak ada satu pun yang dilewatkannya, semua kinclong.Chyntia memanggil suami dan ketiga anaknya.“Sekarang kita punya pembant

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 6

    Robert dan Luchy masih saja tidak percaya kalau Stefan sudah bisa beraktivitas normal seperti orang pada umumnya. Dua orang itu sibuk saling tanya, kira-kira keajaiban apa yang datang sehingga ipar menyedihkan itu bisa berbicara lancar dan disuruh-suruh.“Apa dia kemasukan jin penunggu di rumah ini?” tanya Luchy sambil cengengesan.“Bisa jadi, Dik. Dia kan sering melamun.”“Bagaimana kalau kita kerjain dia, Kak?” ajak Luchy yang sedang menikmati sarapannya di ruang makan.“Boleh juga. Sudah beberapa hari ini kita kurang hiburan di rumah,” Robert menyepakati.Robert dan Luchy beranjak, lalu pergi halaman samping rumah. Mereka lihat Stefan sedang menyiram tanaman.“Monyet, tolong ambilkan jambu itu!” perintah Luchy yang sudah siap dengan pakaian sekolahnya.Stefan termangu-mangu. Dilihatnya ke atas. “Luchy, buahnya belum matang. Masih hijau," elak Stefan ragu.“Serius kau tahu buah matang atau belum matang? Kau bisa membedakan antara warna merah dan hijau?”Stefan manggut. “Nanti kau sak

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 7

    Stefan menutup kupingnya rapat-rapat malam ini karena meskipun sudah larut malam, jeritan hinaan masih saja terdengar sampai ke kupingnya, tapi dia tak mengindahkannya. Sebab, Stefan sedang begadang dan sibuk mengutak-atik ponselnya merancang sebuah program canggih untuk melancarkan orderan. Nama programnya : SJ-Gacor. S adalah namanya sendiri dan J adalah John.[10% ...][35% ...][60% ...][100% ...]Meskipun punya kecerdasan dan ingatan di atas manusia normal, bukan berarti Stefan lantas bisa melakukan segalanya sesuka hatinya. Seandainya memang bisa, tentu dia sudah kaya raya sekarang, bukan malah hanya menjadi seorang ojol dan pesuruh di rumah. Stefan manusia biasa yang tetap punya banyak kekurangan dan keterbatasan.Kisah hidupnya bukan seperti mendapat sistem canggih, atau masuk ke pintu ajaib doraemon, lantas tiba-tiba kaya mendadak. Tidak, sama sekali tidak. Stefan menjalani kehidupan normal seperti orang pada umumnya. Di atas realitas yang logis. Menjalani kehidupan yang susa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-07
  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 8

    Pagi ini di kantor PT Sanjaya Sawit, Palembang.Seorang hacker memberikan ancaman kepada Bobby bahwa si hacker berencana akan meretas sistem keamanan perusahaan, mencuri data-data berharga, mengacaukan atau memanipulasi apa saja yang terkait dengan IT perusahaan, seperti database, website, media sosial dan semacamnya.Layar-layar komputer di dalam kantor yang berjumlah lebih dari lima puluh menampilkan sebuah tulisan : “Itulah akibatnya kalau arogan di hadapan karyawan”. Si hacker mengaku sebagai mantan pekerja PT Sanjaya Sawit yang diberhentikan secara sepihak oleh Bobby, maka dari itu si hacker ingin balas dendam.Programmer perusahaan tidak mampu mengatasi masalah. Begitu juga orang yang waktu itu memberikan bantuan kepada karyawan perusahaan yang sedang disadap ponsel dan media sosialnya. Bobby selaku direktur utama perusahaan dibuat pusing oleh si hacker.Grace Santika mengetuk pintu ruang kerja Bobby, lalu dipersilakan masuk dan duduk.“Pak Bobby, bagaimana kalau saya menyuruh te

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-08
  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 9

    Stefan kagek begitu melihat istrinya sedang mencuci piring. "Sayang, biar aku saja yang mengerjakannya.” Stefan menarik lengan istrinya.“Mumpung yang lain belum pada bangun. Biar aku saja yang mencuci piring dan pakaian.”Tak lama kemudian Chyntia dengan rambut masih berantakan tiba di dapur, melihat anaknya yang mencuci piring, wanita tua tapi cantik karena perawatan ini menyeringai.“Astaga Lionny! Ke mana babu itu?” “Biar aku saja yang mengerjakannya, Bu. Kasihan Stefan. Sekarang dia sedang bersih-bersih halaman.”Chyntia marah kepada Stefan. “Kau ini kan sudah dibilang. Tiap pagi kau harus cuci piring dan pakaian. Kenapa kau malah menyuruh istrimu?” bentak Chyntia. Matanya melotot.Stefan membalik badannya. “Aku tidak menyuruhnya, Bu. Sudah aku bilang padanya biar aku saja, tapi Lionny masih memaksakan diri.”“Alasan sekali. Makin hari kau melunjak. Sepertinya cap benalu akan terus ada pada dirimu ini. Cepat selesaikan pekerjaanmu itu. Buang sampah jangan lupa!”Halaman belakang,

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 10

    Bobby dan Robert menggeret Stefan ke kamarnya secara paksa, membantingnya ke atas kasur. Stefan jatuh berdebam, tak bisa berkutik sama sekali.“Tingkahnya mulai aneh lagi, Ayah. Bagaimana bisa dia memperbaiki laptoku? Asli ni orang memang aneh.”“Stefan, kau sudah mengada-ada dan parahnya kau bisa dapat duit sebanyak itu dari mana?”Stefan mengatur napasnya, lalu menjawab tenang, “Aku tidak berbohong pada kalian semua. Aku melakukan dan mengatakan apa adanya. Tapi kalian tidak pernah percaya padaku.”Bobby dan anaknya malah meninggalkan Stefan, lalu mengunci pintu kamarnya.“Sampah!”Stefan menyandarkan punggungnya, memejamkan matanya. Entah apa lagi yang harus diperbuat untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar sudah sehat, normal, dan seperti manusia pada umumnya. Segenap usaha telah dilakukannya.Namun, mertua dan iparnya masih saja tidak senang terhadap dirinya. Sementara istrinya berada dalam kebimbangan. Di saat Lionny menunjukkan cinta dan sayangnya pada suaminya, keluarganya

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11

Bab terbaru

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 124

    Bobby Sanjaya duduk berhadapan dengan Stefan. Martin dan David berdiri di belakang Bobby. Sedangkan Lionny duduk di kursi tak jauh dari mereka.Stefan berkata, “Martin, David, saya selalu mempercayakan banyak urusan kepada kalian berdua. Hingga menjadi saksi pernikahan saya pun, kalian tetap menjadi yang terpercaya.”Martin dan David mengangguk penuh patuh.Tiba-tiba suasana di dalam ruangan cukup tegang.Stefan memandang Bobby dengan tatapan sungguh-sungguh. “Saya dan Lionny saling mencintai, Tuan Sanjaya. Berikan kami izin agar kiranya kami berdua bisa kembali menjalin hubungan sah suami istri kembali serta membangun rumah tangga yang baik.”Stefan bilang juga pada Bobby bahwa untuk ke depannya dia tidak ingin hubungan rumah tangganya diganggu lagi apalagi sampai dipisahkan seperti tempo lalu. Stefan sudah memberi ruang agar Sanjaya Group bisa bangkit, bahkan memberikan berbagai bantuan. Oleh karena itu, penyesalan Bobby harus dibayarkan segera, dan kata maaf jelas tidak cukup jika

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 123

    Jika saja Bobby tidak tolol dan egois, tentu bisnis Keluarga Sanjaya tidak akan terpuruk. Ribuan rasa penyesalan tertampak jelas di wajahnya yang mengendur. Bobby berkata lembut penuh penyesalan, “Ayah gagal menjadi pemimpin bagi kalian.”Lionny menyeka air mata di pipinya, lalu berkata, “Lupakan semua kesedihan, Ayah. Sekarang Ayah harus berbenah. Lanjutkan perjuangan mendiang kakek Sanjaya.”Stefan memotong segera, “Cukup. Kita tidak banyak waktu. Sekarang, mulai lagi!” titahnya tegas.Robert mendekat ke meja Stefan. Dia menunduk hormat dan berkata, “Aku salah. Maafkan aku.” Diteruskan pula oleh Luchy dan Chyntia.Lalu giliran Bobby. Sembari membungkuk sedikit Bobby berkata lirih, “Stefan, maafkan semua kesalahanku. Maafkan aku dan keluargaku.”Lionny tertegun. Melihat kedua orang tua beserta adiknya sangat merendah di hadapan Stefan seperti tidak ada harga diri, Lionny sangat tidak tega. Namun, langkah Stefan sudah tepat, dengan itu semoga mereka berempat sangat jera.Tuan Stone me

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 122

    “Kau tahu apa konsekuensi jika menolak, Tuan Stone?” ancam Stefan.Tuan Stone sedikit mendongakkan kepala dan menjawab lirih, “Bagaimana kalau dikurangi separuh, Tuan CEO? Cukup lima belas juta saja. Saya masih bisa kalau segitu.” Tetap ada keraguan terpancar di raut wajah Tuan Stone. Bibirnya bergetar tatkala mengucapkannya karena di dalam kepalanya sedang bertengkar sendiri, lebih baik menolak jika bisa.Stefan mengalihkan pandangnya ke Bobby. “Cukup untuk satu perusahaan Sanjaya Group saja. Atau mungkin nanti suatu saat Tuan Stone akan kembali memberikan penawaran. Kita tahu bahwa Tuan Stone bukanlah orang asal-asalan yang gampang memberikan keputusan.”Lima belas juta dollar? Sebuah perjudian besar bagi Tuan Stone, jika judi 50:50, tidak untuk investasi nanti, baginya kemungkinan profit hanya dua puluh persen. Tuan Stone siap rugi.Tuan Stone ketar-ketir dan berharap agar kiranya Stefan tidak berbicara panjang lagi terkait investasi. Dia tidak mau hari-harinya makin buruk. Jika bi

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 121

    Sanjaya Group saat ini memang sedang sangat terpuruk. Salah satu cara untuk mengembalikan keadaan seperti dahulu meskipun dalam waktu yang tidak sebentar adalah dengan menerima suntikan dana dari investor.Pasca perseteruan antara Sanjaya Group dan Stefan tempo lalu, jelas berdampak sangat serius bagi perusahaan milik Bobby. Jika Sanjaya Group ingin kembali bangkit, jelas mereka harus segera melakukan sesuatu.Namun, sejauh tidak ada ada satu pun investor yang datang serta tidak ada juga satu pun bank yang mau meminjamkan uang kepada mereka. Alasannya, karena Sanjaya Group diprediksi sulit akan kembali membaik. Sudah separah itu.Stefan punya ide. Penawaran gila yang biasanya diberikan oleh Tuan Stone, coba Stefan berikan kepada Bobby, kira-kira, apa reaksi Bobby ketika mendengar tawaran tersebut? Jika Tuan Stone memberikan penawaran kepada Luchy atau bahkan Chyntia, demi memperbaiki perusahaan, apakah Bobby merelakannya? Lihat nanti, apa Bobby masih waras?Bobby, Chyntia, Robert, dan

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 120

    “Martin, kunci pintunya!” titah Stefan. Lalu, Stefan beranjak dan langsung mencekik leher Tuan Stone. Saking kuatnya, Tuan Stone sampai berdiri dari duduknya. “Kita bertemu lagi ha?! Kau pikir, aku dan calon istriku bakal lupa dengan dirimu?!” Stefan sangat marah.Stefan dengan sangat tegas tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone. Dia juga akan memberi tahu kepada perusahaan-perusahaan di Jakarta dan lainnya untuk tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone.Martin sudah siap seandainya Tuan Stone memberikan perlawanan kepada Stefan. Sedikit saja Tuan Stone menyenggol, pecah kepala Tuan Stone, biar otak busuknya keluar.Stefan memberi kode kepada Lionny agar segera beranjak. Setelah Stefan melepaskan cekikannya, Lionny langsung melepaskan sebuah tamparan keras.PLAK!“Sebuah balasan dari Lionny Fransisca Sanjaya!” Lionny menyeringai marah. Meski emosi, tetap cantik.Terasa pedas di pipi Tuan Stone. Dia mengerang. Lalu ada darah segar mengalir di bibirnya. Saat ini, Tuan

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 119

    Tuan Stone gelagapan. “Stefan? Kau?” Seketika wajahnya memucat pasi. Bergidik badannya begitu yakin bahwa CEO Nano-ID saat ini yang dilihatnya merupakan pria yang kemarin di taman itu.Di dalam ruangan hanya ada Tuan Stone, Stefan, Martin, dan Lionny. Sementara Mike berada di luar. Dia sibuk memperhatikan para wanita dan mulai menyeleksi.Stefan menegakkan bahu, tersenyum, dan berkata ramah, “Silakan duduk, Tuan Stone. Bukankah Anda ke datang ke mari untuk membicarakan soal bisnis? Ayo kita mulai!”Lionny juga tersenyum ramah seolah-olah kemarin sore tidak terjadi apa-apa. Padahal di hatinya, Lionny sangat benci dengan orang tua tidak tahu diri ini. Jika mencongkel biji mata orang tidak berdosa dan tidak kena hukum pidana, sudah dari tadi dia akan mencocol kedua biji mata Tuan Stone agar segera berhenti memilih-milih wanita yang bakal ditidurinya.Stefan tidak gegabah dan seolah-olah dia dan Tuan Stone belum pernah bertemu sebelumnya. Stefan menyambut kedatangan Tuan Stone dengan begi

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 118

    Nama perusahaan milik Tuan Stone adalah SG9 Enterprise. Setelah dilakukan pendalaman tentang profil SG9 Enterprise beserta Dave Stone sendiri, ternyata bermasalah. Sejumlah perusahaan di dalam negeri sempat membatalkan sejumlah tawaran dari Tuan Stone karena syarat yang dia beri terbilang aneh.Contoh kasus, Tuan Stone akan memberikan dana investasi apabila wanita yang disukainya, misalkan sekretaris ataupun staf biasa yang menarik perhatiannya, mau diajaknya tidur satu malam. Jika bos perusahaan tersebut bersedia, barulah Tuan Stone akan memberikan suntikan dana investasi. Tuan Stone licik. Dia sengaja mencari perusahaan yang baru didirikan atau yang baru saja berkembang, terutama perusahaan yang memang sedang kekurangan dana, dengan alasan investasi yang dia tawarkan akan lebih cepat diterima. Namun, tidak semua bos perusahaan setuju dengan syarat gila yang ditawarkan oleh Tuan Stone.Pernah suatu ketika, ada sebuah start up di Thailand yang sedang membutuhkan dana sebanyak 10 jut

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 117

    Dada Tuan Dave Stone tiba-tiba berdebar. “Stefan, apa profesimu?”Stefan segera beranjak meninggalkan tempat ini. “Sebentar lagi akan malam. Awas, kami mau pulang,” Stefan menatap Tuan Stone cukup lama.Tatapan itu semakin membuat Tuan Stone bertanya-tanya. “Hm. Aku menarik lagi omonganku barusan, Stefan. Maafkan aku,” tiba-tiba Tuan Stone melempem seperti kerupuk kena air. “Kami tadi hanya bercanda.Stefan memasukkan dua kartu sakti miliknya ke dalam dompet kembali. “Minta maaflah pada calon istriku!” berang Stefan. Melihat adanya perubahan ekspresi dan sikap dari lawan bicaranya, Stefan bisa menguasai panggung. “Cepat!”Tuan Stone tidak berani menatap Lionny karena saking kikuk. “M-maafkan aku, Nona Lionny. Tadi aku cuma berpura-pura. Maafkan aku dan anak buahku.”Lionny menatap heran. Ada apa dengan Tuan Stone? Dia menjawab ragu, “Ya sudah, aku maafkan. Pergilah dari sini!”Terus Stefan membaca ratu wajah Tuan Stone. Sepertinya ada yang aneh setelah Tuan Stone tahu namanya. Karena

  • Bangkitnya sang Menantu Benalu   Bab 116

    Tuan Stone merupakan pria dominan sejati. Asal orang lain tahu, Bugatti miliknya tersebut baru dibeli beberapa hari yang lalu di Jakarta hanya untuk berkeliling kota, bersenang-senang mencari wanita, dan terakhir mengurus beberapa bisnisnya.Meski bisnisnya merupakan prioritas, wanita baginya tetap nomor satu. Itulah uniknya orang kaya. Dia menatap sangar ke arah Stefan dan berkata, “Jika kau punya penawaran, silakan katakan. Mari kita bicarakan dan akan aku pertimbangkan dengan bijak.” Kemudian, Tuan Stone menyombongkan kekayaannya. Dia bercerita panjang soal bisnis investasinya yang cukup mengagumkan. Katanya, dia akan memperluas bisnisnya tersebut di Jakarta. “Aku akan berinvestasi di dua perusahaan besar di Indonesia. Aku orang kaya. Ha-ha.”Asap cerutu pun mengepul dan membumbung ke langit. Lalu Tuan Stone tersenyum sangat lebar hingga tampaklah emas di giginya yang berkilau. Dia merupakan orang yang tipikal, jika di letakkan di kerumuan orang, semua orang pasti akan memusatkan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status