“Makan malam, ya?” Lily mengulang ucapan Crish dengan nada bertanya, matanya menatap pria itu dengan penuh arti. Di seberangnya, Rani yang sejak tadi sudah menaruh curiga, merasakan kemarahan yang semakin membara di dadanya. Jemarinya meremas kuat roknya hingga kusut, tetapi ia tetap berusaha mempertahankan ekspresi netralnya. Crish tersenyum, tatapannya tidak lepas dari Lily. “Ya, aku pikir akan lebih nyaman mendiskusikan detail kerja sama ini tanpa tekanan suasana kantor.” Lily berpura-pura berpikir, memainkan ujung cincinnya—cincin yang bukan sekadar perhiasan, tetapi simbol perjanjiannya dengan Abraham. “Oh?” bibirnya melengkung kecil. “Aku tidak keberatan, asalkan Tuan Crish tidak keberatan dengan kehadiran suamiku.” Rani menahan napas, matanya melebar seketika. Sementara itu, senyum Crish sedikit memudar, meskipun hanya sesaat. “Oh tentu, tentu. Aku hanya berpikir ini adalah pertemuan bisnis biasa.” Lily tersenyum manis. “Bisnis, tentu saja. Tapi aku dan suamiku selalu be
Last Updated : 2025-02-14 Read more