Share

Bab 19 Mencari Kebenaran

Penulis: Rindu_Mentari
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-19 12:14:24

Di dalam mobil, Lily memandang ke luar jendela, melihat lampu-lampu kota yang berpendar dalam gelapnya malam. Rani sudah mencurigainya, dan itu berarti langkah mereka harus lebih hati-hati.

"Rani semakin curiga," ucap Lily tanpa menoleh pada Abraham yang tengah mengemudi.

Abraham tersenyum samar, tangannya yang kuat tetap tenang di kemudi.

"Itu bukan masalah. Rani hanya seseorang yang terbakar cemburu, dia tak akan bisa bergerak tanpa bukti konkret."

Lily menghela napas.

"Tapi jika dia semakin mendesak, kita harus siap."

Abraham melirik ke arahnya sejenak. "Dan kita selalu siap. Ingat, kita bukan hanya dua orang yang bermain peran, kita adalah dua orang yang sedang menuntut balas."

Lily menoleh ke arah Abraham, melihat ketegasan dalam sorot matanya. Ia mengangguk pelan. "Baiklah. Jika Rani ingin bermain, aku akan bermain dengannya."

Sementara itu, di kediaman Crish, Rani duduk di ruang kerja suaminya, menatap layar laptop dengan rahang mengatup rapat.

Di layar, terdapat foto-foto la
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 20 Mencari Bukti

    Rani kian gelisah saat ia tak menemukan cincin pernikahan Lily di kotak perhiasan lama yang Crish simpan di laci.Malam itu, di dalam kamar, Rani menggenggam ponselnya erat. Pikirannya terus berputar, mencoba menyusun strategi. Jika dugaannya benar dan "Marsanda" sebenarnya adalah Lily, maka ini bisa menjadi senjata untuk menghancurkan Crish.Ia menarik napas dalam, lalu mengetik nomor seseorang yang sudah lama tidak ia hubungi."Halo?"Suara di ujung telepon terdengar berat dan serius."Ini aku, Rani. Aku butuh bantuanmu.""Lama tak ada kabar darimu, Nyonya Crish."Suara itu terdengar mengejek di telinga Rani."Jangan mengejekku. Aku serius!" tegas Rani."Bantuan seperti apa?" ucap seseorang yang berada dibalik panggilan telepon Rani.Rani menoleh ke arah cermin, menatap pantulan wajahnya yang dipenuhi tekad."Aku butuh seseorang untuk menyelidiki Marsanda. Aku ingin tahu siapa dia sebenarnya." Ada jeda beberapa detik sebelum suara di ujung sana menjawab."Marsanda... Nyonya Abraha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 21

    Abraham baru kembali ke rumah dan masuk ke kamar dalam keadaan lelah. Ia membuka pintu kamar dan melihat Lily tengah berdiri di balkon kamar sambil memandang gelapnya malam. Abraham menghampiri Lily tanpa bersuara, ia langsung memeluknya dari belakang dan Lily pun terkejut. Saat Lily akan bersuara, ia langsung memeluknya dari belakang dan Lily pun terkejut. Abraham berbisik di telinga seraya menyandarkan dagunya di bahu Lily. "Sayang... aku sangat merindukanmu." “Aroma tubuhmu bagaikan candu di musim dingin,” bisik Abraham. Jantung Lily langsung berdegup kencang mendengar ucapan Abraham. Namun, kalimat terakhir mematahkan hatinya. "Marsanda..." Tubuh Lily menegang seketika. Ia merasa dadanya sesak saat mendengar nama itu keluar dari bibir Abraham. Marsanda. Nama yang selalu menghantui keberadaannya, nama yang mengingatkannya bahwa ia hanyalah bayangan dari wanita yang telah tiada. Perlahan, Lily melepaskan tangan Abraham dari pinggangnya dan berbalik menghadapny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 1 Perselingkuhan

    "Apa yang sedang kalian lakukan di kamar kita, Mas?!" tanya Lily dengan wajah yang memerah akibat marah. Crish yang sedang melakukan hubungan intim dengan seorang wanita di dalam kamar tidur yang biasa di tempati Lily dengan Crish bergegas menghentikan gerakan pinggulnya, ia menoleh ke arah sumber suara dan betapa terkejutnya ia saat melihat Lily tengah menatapnya penuh dengan kemarahan."L-Lily?" ujar Crish gugup. Sementara wanita yang berada di bawah kungkungan tubuh Crish hanya tersenyum penuh kelicikan secara diam-diam.Lily mengepalkan tangannya erat, matanya berkilat penuh amarah dan pengkhianatan. Tubuhnya bergetar, bukan karena lemah, tapi karena menahan diri agar tidak meledak lebih dari ini."Jadi, begini caramu menghargai hubungan kita, Crish?" suaranya rendah, tetapi penuh tekanan.Crish bangkit dari tempat tidur dengan gerakan terburu-buru, mencoba menutupi tubuhnya dengan selimut. "Lily, aku bisa jelaskan—""Jelaskan apa?!" potong Lily tajam. "Apa yang perlu dijelaskan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 2 Kelicikan Crish dan Rani

    Lily merasa tubuhnya lemas, kakinya tak sanggup menopang tubuhnya yang tiba-tiba terasa berat. Air mata Lily mengalir turun deras membasahi pipi mulusnya. Ia terjatuh berlutut di lantai, mengepalkan tangannya. Ingin rasanya ia memekik keras, "Tega kalian padaku!""Apa salahku padamu, Mas?" ucapnya dengan penuh lirih.Lily merasa hatinya teriris mendalam, mengetahui bahwa selama ini ia telah dibohongi oleh orang yang sangat ia percayai. "Ternyata selama ini kamu telah membohongiku," ungkap Lily sambil menggigit bibir bawahnya kuat-kuat agar suara isak tangisnya tak terdengar oleh Rani dan Crish yang ada di dalam kamarnya.Sesal yang mendalam menyelimuti hati Lily. Ia merenung, menatap kosong ke arah depan. "Kenapa selama ini aku begitu bodoh?" bisiknya pelan, menyesali kepercayaan yang telah ia berikan kepada orang terdekatnya.Namun, Lily tak ingin terus terpuruk dalam kesedihan. Ia bangkit, berusaha mengumpulkan kekuatan yang tersisa dalam dirinya. Dalam hati, Lily berjanji akan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 3 Menyusun strategi

    Lily berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan tubuh yang tertutup selimut sebagian, kedua matanya menutup rapat dengan luka bakar di bagian wajahnya yang cukup parah sampai tak dapat lagi dikenali oleh orang lain. Seorang pria menghampiri tubuh Lily, ia menatapnya dingin. Sudut matanya memancarkan sebuah kilatan yang sulit di artikan. Perlahan Lily membuka kelopak matanya setelah ia berbaring tak sadarkan diri selama satu tahun lamanya. Lily meremas kedua matanya saat cahaya terang lampu menyilaukannya. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan penglihatannya yang terganggu oleh sinar yang menusuk tajam ke dalam retina. Setelah ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, tatapan mata Lily terpaku pada sosok asing yang tengah berdiri di samping ranjangnya sembari menatapnya dalam diam. "Siapa kamu?" tanya Lily. Pria itu tak menjawab pertanyaan Lily. "Di mana aku?" Lily kembali mengajukan sebuah pertanyaan pada pria itu sambil berusaha bangkit untuk duduk.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 4 Kesepakatan di Antara Luka

    Keesokan harinya, suasana kamar rumah sakit masih dipenuhi aroma antiseptik dan keheningan yang menghimpit. Lily duduk bersandar di tempat tidurnya, menatap keluar jendela. Di luar, langit mendung menggantung rendah, seolah menggambarkan suasana hatinya yang kelabu.Ketukan di pintu membuyarkan lamunannya. Seorang pria bertubuh tegap melangkah masuk dengan tenang. Abraham, pria dengan wajah dingin dan sikap tenang yang selalu membuat orang lain merasa waspada, menghampiri Lily tanpa banyak basa-basi.“Bagaimana keadaanmu?” tanyanya singkat.Lily hanya mengangguk kecil. "Aku masih hidup," jawabnya, suaranya datar.Abraham duduk di kursi di samping tempat tidur, meletakkan sebuah map hitam di meja kecil di sebelahnya. Dengan gerakan terukur, ia mengeluarkan selembar kertas dari dalamnya.“Ini surat kontrak perjanjian kita,” katanya, menyodorkan kertas itu ke arah Lily.Lily menatap kertas itu sejenak sebelum meraihnya. Tangannya sedikit gemetar, entah karena efek obat penghilang rasa sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-26
  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 5 Wajah Baru, Hidup Baru

    Di sebuah ruang operasi rahasia yang tersembunyi di pinggira kota, suasana terasa mencekam. Lampu-lampu terang menyinari meja operasi yang sudah dipersiapkan. Lily berbaring di sana, menatap langit-langit putih yang dingin. Tangannya mengepal erat, sementara di sudut ruangan, Abraham berdiri diam seperti patung, memperhatikan setiap gerakan dokter yang sedang bersiap. “Ini keputusanmu, Lily,” kata Abraham, suaranya rendah tapi tegas. Lily menoleh perlahan, menatap pria itu dengan sorot mata penuh tekad. "Aku tahu ini bukan keputusan biasa, Abraham. Tapi jika aku harus menyerahkan diriku untuk menyelesaikan ini, aku akan melakukannya." Abraham mengangguk, matanya gelap. "Wajah ini… adalah wajah seseorang yang sangat berarti bagiku. Ini bukan hanya tentang dendam. Ini juga tentang memberiku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang pernah aku buat." Wajah yang dimaksud adalah wajah mendiang istrinya, Marsanda. Wanita yang meninggal dalam kecelakaan tragis setahun yang lalu. Abr

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 6 Lily Kembali

    "Bi, siapkan makan malam!" perintah Rani dengan tegas pada Surti, pembantu yang baru ia rekrut beberapa waktu lalu. Surti, seorang wanita paruh baya, mengangguk patuh sambil tersenyum lembut. "Baik, Nya," ucap Surti sambil berlalu menuju dapur. Rani tersenyum puas, merasa berkuasa dalam rumah peninggalan Lily. "Huh! Enaknya jadi Nyonya rumah, kenapa tidak dari dulu aku menyingkirkan Lily?" dengus Rani, menyesali kesalahan yang sudah ia perbuat. Rani menghela napas panjang, seraya memikirkan keberuntungan yang baru saja ia nikmati. "Ternyata begini rasanya jadi orang kaya, tinggal tunjuk sana tunjuk sini memberi perintah, semua pekerjaan rumah pun beres," ujarnya bergumam dalam hati, sambil memainkan kuku-kukunya yang telah ia beri warna merah menyala, lalu Rani melipat kedua tangannya di atas meja makan sembari menunggu terhidangnya makanan dengan lauk pauk yang lezat. Merasa bosan karena menunggu lama, Rani berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya yang dulu milik Lily. Ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10

Bab terbaru

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 21

    Abraham baru kembali ke rumah dan masuk ke kamar dalam keadaan lelah. Ia membuka pintu kamar dan melihat Lily tengah berdiri di balkon kamar sambil memandang gelapnya malam. Abraham menghampiri Lily tanpa bersuara, ia langsung memeluknya dari belakang dan Lily pun terkejut. Saat Lily akan bersuara, ia langsung memeluknya dari belakang dan Lily pun terkejut. Abraham berbisik di telinga seraya menyandarkan dagunya di bahu Lily. "Sayang... aku sangat merindukanmu." “Aroma tubuhmu bagaikan candu di musim dingin,” bisik Abraham. Jantung Lily langsung berdegup kencang mendengar ucapan Abraham. Namun, kalimat terakhir mematahkan hatinya. "Marsanda..." Tubuh Lily menegang seketika. Ia merasa dadanya sesak saat mendengar nama itu keluar dari bibir Abraham. Marsanda. Nama yang selalu menghantui keberadaannya, nama yang mengingatkannya bahwa ia hanyalah bayangan dari wanita yang telah tiada. Perlahan, Lily melepaskan tangan Abraham dari pinggangnya dan berbalik menghadapny

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 20 Mencari Bukti

    Rani kian gelisah saat ia tak menemukan cincin pernikahan Lily di kotak perhiasan lama yang Crish simpan di laci.Malam itu, di dalam kamar, Rani menggenggam ponselnya erat. Pikirannya terus berputar, mencoba menyusun strategi. Jika dugaannya benar dan "Marsanda" sebenarnya adalah Lily, maka ini bisa menjadi senjata untuk menghancurkan Crish.Ia menarik napas dalam, lalu mengetik nomor seseorang yang sudah lama tidak ia hubungi."Halo?"Suara di ujung telepon terdengar berat dan serius."Ini aku, Rani. Aku butuh bantuanmu.""Lama tak ada kabar darimu, Nyonya Crish."Suara itu terdengar mengejek di telinga Rani."Jangan mengejekku. Aku serius!" tegas Rani."Bantuan seperti apa?" ucap seseorang yang berada dibalik panggilan telepon Rani.Rani menoleh ke arah cermin, menatap pantulan wajahnya yang dipenuhi tekad."Aku butuh seseorang untuk menyelidiki Marsanda. Aku ingin tahu siapa dia sebenarnya." Ada jeda beberapa detik sebelum suara di ujung sana menjawab."Marsanda... Nyonya Abraha

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 19 Mencari Kebenaran

    Di dalam mobil, Lily memandang ke luar jendela, melihat lampu-lampu kota yang berpendar dalam gelapnya malam. Rani sudah mencurigainya, dan itu berarti langkah mereka harus lebih hati-hati."Rani semakin curiga," ucap Lily tanpa menoleh pada Abraham yang tengah mengemudi.Abraham tersenyum samar, tangannya yang kuat tetap tenang di kemudi. "Itu bukan masalah. Rani hanya seseorang yang terbakar cemburu, dia tak akan bisa bergerak tanpa bukti konkret."Lily menghela napas. "Tapi jika dia semakin mendesak, kita harus siap."Abraham melirik ke arahnya sejenak. "Dan kita selalu siap. Ingat, kita bukan hanya dua orang yang bermain peran, kita adalah dua orang yang sedang menuntut balas."Lily menoleh ke arah Abraham, melihat ketegasan dalam sorot matanya. Ia mengangguk pelan. "Baiklah. Jika Rani ingin bermain, aku akan bermain dengannya."Sementara itu, di kediaman Crish, Rani duduk di ruang kerja suaminya, menatap layar laptop dengan rahang mengatup rapat.Di layar, terdapat foto-foto la

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 18 Strategi dalam menghadapi Crish dan Rani

    Lily masih bersandar di kursi CEO Crish, ruangan yang dulunya adalah miliknya. Tangannya perlahan menggenggam lengan kursi, matanya kosong namun dipenuhi berbagai emosi yang berputar di dalam pikirannya. “Bagaimana cara Abraham akan mengambil kembali asetku?” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Di sudut ruangan, Abraham yang sedang berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku jasnya mendengar gumaman itu. Ia berjalan mendekat, menatap Lily dengan sorot mata tajam. “Kau meragukan rencanaku?” tanyanya dengan nada rendah namun mengandung ketegasan. Lily menoleh, menatap pria yang kini menjadi sekutunya dalam balas dendam. Ia menggeleng pelan dan sedikit terkejut. "Sejak kapan kau berada di sana?" tanya Lily. Abraham tidak menjawab, ia hanya terus berjalan mendekati Lily. “Bukan meragukan… hanya ingin tahu bagaimana caranya," lanjut Lily. Abraham tersenyum tipis, lalu menarik kursi di hadapan Lily dan duduk. “Kontrak kerja sama ini adalah awal dari segalanya,” katanya

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 17 Kecurigaan Yang Kian Menajam

    "Aku merasa sangat gugup tadi. Apalagi saat Rani mencoba mencari tahu tentang cincin ini," ucap Lily.Abraham melirik Lily yang duduk di sampingnya, jari-jarinya dengan gelisah memainkan cincin di tangan kirinya. Mobil mereka melaju dengan kecepatan stabil menuju mansion, namun pikirannya masih tertinggal di meja makan malam tadi.“Kau berhasil mengendalikan situasi,” ujar Abraham tenang. “Tidak ada yang perlu kau khawatirkan.”Lily menghela napas panjang. “Aku tahu, tapi Rani tidak akan diam saja. Aku bisa merasakan tatapannya yang penuh kecurigaan. Jika dia menemukan celah, dia pasti akan mencoba menjatuhkanku.”Abraham tersenyum miring. “Biarkan saja dia mencoba. Kita sudah memperhitungkan segalanya.”Lily menoleh ke arah Abraham, menatapnya dengan mata penuh pertanyaan. “Kau yakin?”“Tentu saja.” Abraham menyesuaikan posisi duduknya, lalu meraih tangan Lily, ibu jarinya dengan lembut mengusap punggung tangannya. “Lihatlah siapa yang ada di pihakmu sekarang. Aku tidak akan membiark

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 16 Perjamuan Yang Menegangkan

    Rani memperhatikan setiap gerakan Lily dengan penuh kewaspadaan. Namun, ada satu hal yang terus mengusiknya sejak siang tadi—cincin di jari manis kiri Lily. Cincin itu bukan milik Marsanda. Dan itu berarti ada sesuatu yang tidak beres. Rani menyusun rencana di dalam kepalanya. Jika Lily benar-benar bukan Marsanda, maka ia akan menangkap basah wanita itu dan mempermalukannya di depan semua orang. Saat kesempatan datang, Rani berpura-pura tersenyum ramah. Ia menyodorkan tangannya ke arah Lily. “Nyonya Marsanda, bolehkah aku melihat cincinmu lebih dekat? Sepertinya sangat indah,” ujar Rani dengan nada penuh kelembutan yang dibuat-buat. Lily sempat tertegun, tetapi ia tetap tersenyum tenang. Ia tahu Rani sedang mencoba sesuatu. Namun, ia tidak boleh menunjukkan celah. Rani menggenggam tangan kiri Lily dengan lembut, namun ada kekuatan tersembunyi dalam genggamannya. Ia memperhatikan cincin berlian itu dengan seksama, berusaha mencari sesuatu yang janggal. “Sepertinya aku pernah m

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 15 Bara Di antara Kita

    Lily berdiri di depan cermin besar, memandangi refleksi dirinya dalam gaun hitam keemasan yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Namun, sebelum ia sempat mengagumi lebih lama, ia merasakan kehadiran Abraham yang mendekat dari belakang.Tanpa suara, pria itu mengambil kalung berlian yang berkilauan di tangannya.Lily bisa merasakan hawa tubuhnya yang hangat begitu dekat. Detik berikutnya, Abraham melingkarkan kalung itu di lehernya, jemari kokohnya dengan cekatan mengaitkan pengunci di belakang tengkuknya.Saat itu juga, hembusan napas Abraham menyentuh kulitnya—halus, hangat, dan tanpa ia sadari, cukup untuk membuat bulu kuduknya meremang.Lily terpejam sejenak. Ada sesuatu yang begitu intim dalam momen itu, meskipun mereka berdua tahu bahwa hubungan mereka hanya didasarkan pada perjanjian dan tujuan yang lebih besar.Tapi, mengapa dada Lily terasa berdegup lebih cepat?Abraham memperhatikan wajahnya melalui pantulan cermin. "Sempurna," gumamnya, suaranya rendah dan berat.Lily membu

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 14 Api Cemburu

    “Makan malam, ya?” Lily mengulang ucapan Crish dengan nada bertanya, matanya menatap pria itu dengan penuh arti. Di seberangnya, Rani yang sejak tadi sudah menaruh curiga, merasakan kemarahan yang semakin membara di dadanya. Jemarinya meremas kuat roknya hingga kusut, tetapi ia tetap berusaha mempertahankan ekspresi netralnya. Crish tersenyum, tatapannya tidak lepas dari Lily. “Ya, aku pikir akan lebih nyaman mendiskusikan detail kerja sama ini tanpa tekanan suasana kantor.” Lily berpura-pura berpikir, memainkan ujung cincinnya—cincin yang bukan sekadar perhiasan, tetapi simbol perjanjiannya dengan Abraham. “Oh?” bibirnya melengkung kecil. “Aku tidak keberatan, asalkan Tuan Crish tidak keberatan dengan kehadiran suamiku.” Rani menahan napas, matanya melebar seketika. Sementara itu, senyum Crish sedikit memudar, meskipun hanya sesaat. “Oh tentu, tentu. Aku hanya berpikir ini adalah pertemuan bisnis biasa.” Lily tersenyum manis. “Bisnis, tentu saja. Tapi aku dan suamiku selalu be

  • Kontrak Sandiwara Istri sang CEO   Bab 13 Menjebak Sang Musuh

    Pagi itu, sinar matahari masuk melalui jendela besar di ruang makan mansion Abraham. Lily duduk di seberang pria itu, sesekali mengaduk kopi hitamnya tanpa minat. Pikirannya masih melayang pada kejadian semalam—tatapan Crish yang nyaris menelanjangi identitasnya, dan kecemburuan yang terpancar jelas dari Rani. Abraham meletakkan sendoknya dan menatap Lily tajam. “Aku sudah menyiapkan rencana untukmu,” katanya dengan nada serius. “Pergilah ke perusahaan Crish sebagai klien yang akan bekerja sama dengannya.” Lily mengangkat alis, lalu tersenyum miring. “Dan kau yakin dia akan langsung percaya?” “Crish itu serakah. Jika ada peluang bisnis yang menguntungkan, dia tidak akan berpikir dua kali,” jawab Abraham tenang. “Yang perlu kau lakukan hanyalah membuatnya tertarik.” Lily bersandar ke kursinya, memainkan pinggiran cangkir kopinya. “Dan setelah itu?” Abraham menyilangkan tangan di dadanya. “Kita akan perlahan menjatuhkannya dari dalam.” Lily tertawa pelan, tetapi tidak ada ke

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status