All Chapters of Kontrak Sandiwara Istri sang CEO: Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

Bab 21

Abraham baru kembali ke rumah dan masuk ke kamar dalam keadaan lelah. Ia membuka pintu kamar dan melihat Lily tengah berdiri di balkon kamar sambil memandang gelapnya malam. Abraham menghampiri Lily tanpa bersuara, ia langsung memeluknya dari belakang dan Lily pun terkejut. Saat Lily akan bersuara, ia langsung memeluknya dari belakang dan Lily pun terkejut. Abraham berbisik di telinga seraya menyandarkan dagunya di bahu Lily. "Sayang... aku sangat merindukanmu." “Aroma tubuhmu bagaikan candu di musim dingin,” bisik Abraham. Jantung Lily langsung berdegup kencang mendengar ucapan Abraham. Namun, kalimat terakhir mematahkan hatinya. "Marsanda..." Tubuh Lily menegang seketika. Ia merasa dadanya sesak saat mendengar nama itu keluar dari bibir Abraham. Marsanda. Nama yang selalu menghantui keberadaannya, nama yang mengingatkannya bahwa ia hanyalah bayangan dari wanita yang telah tiada. Perlahan, Lily melepaskan tangan Abraham dari pinggangnya dan berbalik menghadapnya
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 22 Permainan Rani

Mobil terus melaju menuju butik eksklusif di pusat kota, tetapi pikiran Lily dipenuhi oleh ancaman Rani. Ia harus berpikir cepat. Jika benar ada seseorang yang bisa membuktikan bahwa dirinya bukan Marsanda, maka ia harus mencari tahu siapa orang itu dan menghentikannya sebelum semuanya terungkap. Saat ia tiba di butik, para pelayan menyambutnya dengan senyum ramah. Namun, Lily tak berniat berlama-lama di sana. Ia memilih beberapa gaun dengan cepat, lebih sebagai alibi agar tak menimbulkan kecurigaan. Setelah selesai, ia keluar dari butik dan mengeluarkan ponselnya. Ia mengetik pesan cepat untuk seseorang yang bisa membantunya. "Cari tahu siapa yang sedang dihubungi Rani. Aku butuh jawabannya secepat mungkin." Tak butuh waktu lama, balasan datang. "Baik, Nona. Aku akan segera mengabari Anda." Lily menghela napas panjang. Namun, saat ia hendak masuk kembali ke dalam mobil, matanya menangkap sosok yang tak asing di seberang jalan. Seorang pria tinggi, dengan rahang tegas d
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 23 Pesta Ulang Tahun Leonard

Lily melangkah cepat menuju lift, tangannya menggenggam erat amplop coklat itu. Napasnya sedikit memburu, tapi wajahnya tetap tenang. Begitu pintu lift terbuka, ia segera masuk dan menekan tombol ke lantai dasar. Di dalam lift, ia membuka amplop dan menarik beberapa lembar dokumen di dalamnya. Matanya menyusuri isi dokumen dengan cepat. "Tes DNA?" Jantungnya berdegup lebih kencang. Ia membaca lebih lanjut. "Sampel dari Marsanda dan Lily Selena Vantore.. Hasil: Tidak cocok." Lily tersenyum sinis. Jadi, ini yang diandalkan Rani? Bukti yang mengatakan bahwa dirinya bukan Marsanda? "Kau terlalu bodoh, Rani," gumamnya. Tes ini memang membuktikan bahwa ia bukan Marsanda, tapi tidak ada satu pun bukti di dalamnya yang menyatakan bahwa dirinya adalah Lily Selena Vantore. Pintu lift terbuka. Lily dengan tenang melipat kembali dokumen itu dan memasukkannya ke dalam amplop sebelum melangkah keluar dari hotel. Bodyguard Abraham sudah menunggu di luar, membuka pintu mobil
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 24 Bayangan Yang Terus Mengintai

Lily melangkah dengan anggun meninggalkan area pertemuan di mana ia baru saja berbincang singkat dengan Rani. Di antara kerumunan tamu yang masih bergemuruh dengan tawa dan percakapan, ia menyelinap keluar tanpa menarik perhatian. Di balik senyum dan pesonanya, Lily tahu bahwa malam itu telah ia menangkan—setidaknya untuk saat ini. Di sisi lain ballroom, Rani berdiri terpaku dengan wajah kesal dan mata yang menyala penuh kemarahan. Ia merasa gagal; usahanya untuk mengungkap identitas asli Lily sebagai Marsanda telah berakhir sia-sia. Dalam benaknya, segala rencana untuk memanfaatkan rahasia itu untuk menghancurkan Lily. Dan dengan demikian, Crish akan sepenuhnya beralih padanya. "Kenapa dia harus begitu lihai?" gumam Rani pelan sambil mengepalkan tangannya. Setiap kata yang keluar dari bibirnya seolah terbungkam oleh rasa kecewa dan rasa kehilangan yang mendalam. Ia melihat ke arah pintu keluar ballroom, berharap mendapatkan jawaban atas teka-teki yang terus menghantuinya. Di lu
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 25 Batas Kepalsuan

Leonard menyesap anggurnya dengan tenang, tetapi matanya terus mengawasi Lily dari kejauhan. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya—sesuatu tentang menantunya itu yang semakin hari terasa semakin mencurigakan. Lily tampak begitu anggun malam itu, dengan gaun hitam keemasan yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Senyumnya ramah, matanya bercahaya, tetapi bagi Leonard, ada yang janggal di balik keceriaan itu. Ia menangkap sekilas bagaimana Lily berbisik kepada Abraham, putranya, dengan gerakan tubuh yang seolah menggambarkan kedekatan dan keintiman. Namun, bagi Leonard, ada nuansa ketegangan yang terselip di antara mereka. "Rani telah mengancamku kembali dengan tes DNA," ucap Lily dengan suara rendah, tetapi cukup bagi Leonard untuk menangkapnya di tengah denting gelas dan percakapan para tamu lainnya yang masih tersisa. "Tes DNA?" Leonard langsung menajamkan pendengarannya. Ia menatap Lily dan Abraham tanpa menunjukkan perubahan ekspresi. "Apa kau berhasil mengatasinya?" suara
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 26 Tatapan Hangat Albert

Pagi di mansion keluarga Sinclair terasa lebih sunyi dari biasanya. Cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela-jendela besar, menerangi ruang makan yang telah tertata rapi dengan hidangan mewah. Lily dan Abraham turun bersama. Langkah mereka tenang, seolah semuanya baik-baik saja. Namun, bagi Lily, suasana ini terasa aneh. Sejak pertemuan di pesta tadi malam, ada begitu banyak hal yang masih mengganggu pikirannya. Saat mereka memasuki ruang makan, tatapan Lily langsung bertemu dengan sepasang mata cokelat yang hangat. Albert, adik tiri Abraham, duduk dengan santai di kursinya, tetapi matanya terpaku pada Lily. Tatapan itu tidak hanya sekadar menyapa, tetapi penuh dengan sesuatu yang lain—kehangatan, kasih sayang, dan sesuatu yang Lily tidak bisa pahami. "Tatapan Albert begitu hangat. Ada hubungan apa antara Marsanda dan Albert?" gumam Lily dalam hati. Sebelum pikirannya melayang lebih jauh, Abraham menarik kursi untuknya. Lily terpaksa mengalihkan perhatiannya dan duduk d
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 27 Getaran yang tak diundang

Mobil melaju perlahan memasuki halaman luas mansion Abraham. Bangunan megah itu berdiri dengan anggun di bawah langit pagi yang mulai cerah. Begitu kendaraan berhenti tepat di depan pintu utama, Lily langsung membuka pintu dan keluar tanpa menunggu Abraham. Tanpa menoleh sedikit pun, ia melangkah dengan cepat melewati tangga menuju pintu masuk. Gaun yang ia kenakan sedikit berkibar tertiup angin, memperlihatkan betapa teguhnya langkahnya saat ini. Abraham masih duduk di dalam mobil, matanya mengikuti gerakan Lily. Alisnya sedikit berkerut saat melihat sikap wanita itu yang jelas-jelas sedang marah. "Dia marah?" gumamnya pada dirinya sendiri. Ia tak terbiasa melihat Lily seperti ini—tegas, penuh sikap, dan tidak ragu menunjukkan ketidaksukaannya. Biasanya, wanita itu selalu penuh perhitungan, selalu tenang dalam setiap situasi. Tapi kali ini berbeda. Menghela napas, Abraham akhirnya keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam mansion. Begitu ia melewati pintu utama, suas
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 28

Lily masih berusaha mencerna kenyataan yang baru saja ia dengar. Selama ini, ia mengira hanya salah satu dari mereka—Cecillia atau Leonard—yang bukan orang tua kandung Abraham. Namun, ternyata kenyataannya lebih rumit dari yang ia bayangkan. "Jadi, Cecillia itu ibu tirinya Abraham? Dan Leonard ayah tirinya juga?" tanyanya sekali lagi, memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Pembantu yang sudah berusia lebih dari lima puluh tahun itu mengangguk pelan. "Dulu, saat ayah kandung Tuan Abraham meninggal, ibunya memutuskan untuk menikah lagi ketika Tuan masih kecil. Namun, tak berselang lama setelah pernikahan itu, ibunya meninggal. Ayah tirinya, Tuan Leonard, kemudian menikah lagi dengan Nyonya Cecillia." Lily mengangguk-angguk, mencoba menghubungkan semua kepingan informasi yang ia miliki. "Jadi begitu?" gumamnya pelan. Sekarang semuanya terasa lebih masuk akal—sikap dingin Abraham, caranya menjaga jarak dari orang-orang di sekitarnya, dan bagaimana ia tampaknya tidak memiliki hu
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 29

Lily merasakan genggaman tangan Abraham yang kokoh saat mereka melangkah bersama memasuki ballroom. Dari luar, mereka terlihat seperti pasangan sempurna—harmonis, serasi, dan penuh wibawa. Setiap mata tertuju pada mereka dengan kekaguman, bahkan mungkin sedikit iri. Namun, di balik semua itu, hanya Lily dan Abraham yang tahu bahwa hubungan mereka hanyalah kesepakatan. Begitu mereka tiba di tengah ruangan, dua sosok yang sudah tak asing lagi menyambut mereka. "Selamat datang, Tuan dan Nyonya Abraham," sapa Crish dengan senyum sopan yang terdengar palsu di telinga Lily. Abraham tidak membalas dengan kata-kata. Ia hanya mengangguk kecil dengan ekspresi dinginnya, sementara Lily—meski merasa muak—mencoba menampilkan senyum terbaiknya. Lalu ada Rani. Wanita itu berdiri tegak di sisi Crish, dengan tatapan angkuhnya yang penuh kemenangan. Seolah ingin menunjukkan bahwa ia telah mendapatkan segalanya, sementara Lily hanyalah bayangan dari masa lalu. Lily merasakan amarah menyeli
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 30

Crish menatap layar komputernya dengan rahang mengatup kuat. Email pengumuman pemenang tender yang baru saja masuk seakan menjadi tamparan keras baginya. Nama yang tercantum di sana bukan perusahaannya, melainkan salah satu kompetitornya—orang yang bahkan tidak ia anggap sebagai ancaman sebelumnya. "Sialan!" Crish menghantam meja kerjanya hingga beberapa berkas berserakan. Rani, yang sejak tadi duduk di sofa di sudut ruangan, langsung berdiri. Ia melangkah mendekat dengan hati-hati, sudah terlalu sering menyaksikan temperamen suaminya yang meledak-ledak. "Ada apa?" tanyanya lembut, meskipun sebenarnya ia sudah bisa menebak jawabannya. Crish mendengus, matanya masih terpaku pada layar. "Tender itu! Seharusnya aku yang menang! Aku sudah membayar Leonard dengan harga tinggi untuk memastikan itu. Tapi dia malah memberikannya pada orang lain!" Rani menghela napas. Ia melirik layar komputer, membaca sekilas pengumuman yang terpampang di sana. “Crish, jangan terlalu kau pedulikan
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status