"Itu Bos di perusahaan tempat saya bekerja," jawabku seraya menggaruk pundak yang tak gatal."Baiklah, saya pamit pulang dulu ya." Reyno langsung pamit. Aku jadi tidak enak kepadanya."Terima kasih oleh-olehnya ya, Pak," ucapku.Aku lihat wajah Reyno seketika berubah kecut. Dia menaiki kendaraan roda duanya kemudian melaju dengan kencang tanpa menyapa Yusuf padahal mereka berpapasan."Bukankah jam delapan, Pak?" Aku basa-basi pada Yusuf yang sudah berdiri di hadapanku."Jam delapan terlalu malam. Jadi, saya ubah jadi jam tujuh," jawabnya datar. Dia masih berdiri dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celana."Baik, Pak. Silahkan duduk. Saya akan siap-siap terlebih dahulu," ucapku yang kemudian masuk dan menutup pintu.Aku sih tidak yakin kalau Yusuf akan duduk di kursi lapuk di depan teras. Aku mengintai terlebih dahulu dari celah gorden dan benar saja dugaanku. Yusuf tetap memilih berdiri. Mungkin dia jijik dengan kursi bututku.Aku punya ide. Apa dia akan kuat berdiri lama-lama
Last Updated : 2023-05-12 Read more