Home / Pernikahan / Talak di Malam Anniversary / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Talak di Malam Anniversary: Chapter 61 - Chapter 70

85 Chapters

Bab.61

Pak Askara memberikan informasi jika dia berhasil melakukan investigasi di bengkel tempat Mas Azam membawa mobilnya sebelum keberangkatan ke Bali. Melalui rekaman CCTV, diketahui bahwa memang ada seseorang yang masuk ke dalam mobil Mas Azam saat sedang berada di bengkel. Seorang pria yang mengenakan topi serta masker di wajahnya. Namun tetapi orang itu dipastikan bukan karyawan, karena semua penghuni bengkel tidak ada yang mengenalinya. Aku sedikit kecewa mendengarnya, karena itu artinya belum diketahu dengan pasti siapa peneror yang sebenarnya. “Pak Askara, bagaimana dengan nomor ponsel peneror yang kemarin saya kirimkan?” tanyaku tidak sabar.“Setelah dilakukan penelusuran, ternyata peneror itu menggunakan identitas palsu untuk mendaftar kartu SIM di ponselnya.” Pak Askara menjawab pertanyaanku dengan menatap ke arah kami berdua secara bergantian.“Bukannya pendaftaran kartu SIM pada ponsel itu harus dengan identitas yang valid ya, Pak? Lalu bagaimana bisa peneror itu menggunakan id
Read more

Bab.62

“Kamu pulang diantar Pak Askara?” tanya Mas Azam dengan tatapan menyelidik.“Iya, tadi kebetulan dia lewat dan menawarkan tumpangan. Aku terpaksa menerima tawarannya, karena hari sudah malam, sedangkan nomor kamu tidak dapat dihubungi!” jawabku tegas.Aku tidak mau disalahkan hanya karena pulang bersama Pak Askara. Andai saja suasana tidak genting seperti saat ini, pasti lebih memilih menantinya datang menjemput. “Terpaksa katamu? Apa kamu tahu alasanku tidak menjemputmu?” tanya Mas Azam lagi, kali ini netranya memancarkan kilatan amarah.“Mana aku tahu, Mas! Sementara nomor ponselmu saja tidak dapat dihubungi sejak pukul setengah lima sore tadi,” jawabku tidak mau kalah.“Mobilku mogok, jadi terpaksa kembali masuk bengkel. Sementara ponselku mati karena lupa mengisi dayanya.”“Lalu, menurutmu aku harus menunggumu sampai datang? Sedangkan keadaan sedang genting begini? Kalau peneror itu nekat berbuat jahat kepadaku bagaimana?” cecarku kini kepada Mas Azam yang terlihat semakin menekan
Read more

Bab.63

“Ngomong yang bener kamu, Al. Mas Azam kenapa?” tanyaku tidak sabar.“Anu … mungkin aku salah lihat, Sha!” jawab Alma semakin membuatku penasaran.“Memangnya kamu lihat apa? Jangan bikin aku penasaran, Al!” ucapku sedikit dengan penekanan. Aku ingin tahu, apa yang sudah dilihatnya.“A-ku me-lihat Ustaz Azam ber-duaan de-ngan wa-nita di restaurant,” jawab Alma dengan terbata.Jantungku rasanya seperti berhenti berdetak saat mendengar jawaban Alma. Rasanya tidak percaya, tetapi tidak mungkin Alma berbohong. Dia sahabat yang paling aku percaya. “Memangnya kamu tidak bekerja?Kenapa jam segini berada di restaurant?” tanyaku seolah menepis kenyataan yang baru saja didengar. “Aku memang sengaja mengajukan cuti selama 2 hari, karena masih belum siap bekerja tanpamu. Kebetulan hari ini suamiku ngajak lunch di restaurant langganannya. Aku juga awalnya tidak percaya, sampai menanyakan langsung kepada suamiku. Ternyata memang benar, itu Ustaz Azam.”“Kamu punya photonya tidak? Aku mau lihat bukt
Read more

Bab.64

"Mbak Nisa kenapa, Mas?" tanyaku penasaran."Mbakmu, selingkuh...." Aku terkejut mendengar kabar dari Mas Akbar tentang Mbak Nisa. Rasanya tidak mungkin dia berselingkuh, karena setahuku dia bucin kepada Mas Akbar. Walaupun sebenarnya kata Mas Akbar kini sikap Mbak Nisa berubah, tetapi aku mengira itu hanya ujian dalam rumah tangganya. Mungkin Mbak Nisa merasa bosan dengan pernikahan yang sudah berusia puluhan tahun. Aku sama sekali tidak menyangka jika dia berselingkuh."Mas enggak boleh sembarangan menuduh kalau tanpa bukti!" ucapku berusaha menepis kabar dari Mas Akbar."Mas enggak nuduh, Dek. Mbakmu sendiri yang mengakuinya.""Dia mengakui kalau telah berselingkuh, Mas?" tanyaku tidak percaya."Dia tidak blak-blakan mengakui berselingkuh, tetapi dia bilang kalau sudah enggak cinta lagi sama Mas.""Mas percaya apa yang dikatakan Mbak Nisa? Mungkin dia hanya ingin menguji kesabaran Mas, atau mungkin ingin mengerjai Mas." Aku masih bersikukuh meyakinkan jika kakak iparku itu tidak se
Read more

Bab. 65

Aku merasa heran, karena Mas Azam hanya terpaku menatap layar ponsel tanpa menerima panggilannya. Aku memberikan kode kepadanya agar mengangkat panggilan itu. Akan tetapi, dering ponselnya sudah tidak terdengar. “Kenapa enggak diangkat, Huby?” tanyaku heran. “Udah keburu mati,” jawabnya singkat. Mas Azam kembali melajukan mobil yang dikendarainya menuju pondok pesantren Aldi. Hampir dua jam menempuh perjalanan, akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Aku menemani Aldi masuk ke pondok, sementara Mas Azam terlihat sedang memarkirkan mobilnya. Suasana pondok pesantren kali ini sangat ramai, mengingat semua santri telah kembali dari liburan mereka.Setelah mengantar Aldi dan berpamitan, aku mencari Mas Azam yang belum juga menyusul ke dalam pondok pesantren. Aku melangkah menuju parkiran tadi, tetapi tidak menemukan Mas Azam disana. Aku berjalan mengitari ke seluruh area parkiran, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya aku berkeliling mencari keberadaan Mas Azam dan berhasil menemukannya. Ternyat
Read more

Bab.66

"Mas Azam beberapa hari yang lalu kepergok sedang makan bersama wanita lain oleh Alma.”“Kamu ada buktinya, enggak?”“Enggak ada, Mas. Aku percaya kepada Alma, enggak mungkin dia bohong. Alma sahabat baikku, Mas!" jawabku dengan penuh keyakinan.“Dek, zaman sekarang ini kita tidak boleh percaya kepada siapapun tanpa ada bukti yang nyata. Termasuk kepada orang yang dekat dengan kita sekalipun. Kita enggak pernah tahu hati seseorang seperti apa. Kalau kata pepatah, dalamnya laut masih bisa diselami, tetapi dalamnya hati manusia belum tentu bisa diselami, Dek.”Aku semakin tertampar oleh ucapan Mas Akbar, karena begitu mudahnya percaya kepada Alma tanpa meminta bukti yang nyata darinya. Padahal, itu menyangkut kelangsungan rumah tanggaku.“Menurut Mas, sebaiknya apa yang harus aku lakukan,?”“Kamu sebaiknya lebih berhati- hati dengan kabar atau berita yang diterima apalagi jika menyangkut rumah tanggamu. Jangan mudah percaya tanpa ada bukti yang jelas. Kalau perlu, kamu sendiri yang menca
Read more

Bab.67

Mbak Nisa tertegun mendengar pertanyaanku. Tangan yang tadinya hendak meraih cangkir berisi kopi pun, ditariknya kembali. Dia menatap ke arahku dengan tatapan sinis. Sungguh aku merasa Mbak Nisa yang sekarang berbeda dengan yang dulu.“Rumah tangga Mbak dan Mas Akbar sebenarnya tidak ada masalah, kami baik-baik saja. Hanya saja….”Mbak Nisa menggantung ucapannya sehingga membuatku penasaran.“Hanya saja apa, Mbak?”“Hanya saja, Mbak sudah tidak mencintainya lagi.”Mbak Nisa berucap dengan begitu santai, sementara aku terkejut dibuatnya.“Mbak enggak becanda, kan? Setelah enam belas tahun mengarungi bahtera rumah tangga, dengan mudahnya Mbak mengatakan tidak cinta lagi kepada Mas Akbar?” tanyaku dengan penuh penekanan. Aku tidak setuju dengan jawaban yang dilontarkan kakak ipar yang dulu disayangi ini.“Untuk apa Mbak becanda, Sha? Mbak serius. Bukankah tidak baik jika pernikahan dijalani tanpa ada rasa cinta?” Mbak Nisa malah melontarkan pertanyaan kepadaku. Seolah apa yang diperbuatn
Read more

Bab.68

Aku menoleh ke arah sumber suara. Mas Azam sudah berdiri di belakangku. Refleks aku terbangun dari tempat duduk. Sementara Pak Askara, terlihat sama terkejutnya denganku."Istri macam apa kamu, pergi tanpa berpamitan dan ternyata sedang bersama laki-laki lain? Apa jangan-jangan kamu pergi bersama polisi ini?" hardik Mas Azam dengan wajah yang terlihat garang. Kedua netranya memancarkan kilatan emosi yang membara."Mas, kamu salah paham. Aku tidak pergi bersama Pak Askara, semalam aku menginap di rumah Mas Akbar." Aku berusaha meluruskan kesalah pahaman ini. Memang salahku karena pergi tanpa berpamitan lebih dahulu kepadanya."Jangan banyak alasan. Kamu tega mengkhianatiku, Aisha? Bukankah kamu sendiri yang mengatakan jika membenci yang namanya pengkhianatan. Akan tetapi kenapa kamu sekarang melakukannya?" cecar Mas Azam masih dengan emosi yang tertahan. Urat lehernya hingga timbul, sementara giginya terdengar gemeretak. Aku tahu dia sedang diliputi emosi yang hampir tidak terbendung.
Read more

Bab.69

Aku sedikit terkejut saat membaca nama Alma di layar ponsel. Ada perlu apa dia menelpon pada pagi hari begini?“Assalamualaikum, Alma. Bagaimana kabarmu?” tanyaku dengan antusias. Rindu rasanya tidak bertemu dengannya beberapa lamanya. Biasanya setiap hari aku bertemu dan berkomunikasi dengannya.Namun tidak ada jawaban dari Alma, yang terdengar hanya isak tangis. Aku sedikit heran. Siapakah yang menangis? Apakah Alma?“Al … kamu kenapa? Kamu nangis?” tanyaku penasaran.Masih belum ada jawaban. Aku kembali memanggil namanya hingga beberapa kali, barulah kemudian terdengar suara Alma yang terdengar serak dan berat seperti orang yang sedang terkena flu.“A-i-sha. Mas-An-ton….” jawab Alma dengan terbata-bata.“Mas Anton kenapa, Al?” tanyaku tidak sabar.“Mas An-ton… me-ning-gal….”“Apa? Mas Anton meninggal? Kamu enggak bercanda, kan?" Aku tidak percaya dengan jawaban Alma. Dia pasti bercanda.“Aku serius….” Alma kembali terisak dan tangisannya semakin keras.“Kenapa? Bukannya semalam kam
Read more

Bab.70

Mas Azam menghampiriku dan tersenyum ke arah Alma serta Shania. Alma membalas senyuman Mas Azam lalu kemudian berpamitan. Sepertinya dia sengaja memberikan ruang agar aku bisa berbicara dengan Mas. Setelah kepergian Alma, tiba-tiba aku merasa gugup.Aku seperti anak gadis yang akan bertemu dengan kekasih hati yang sudah lama dirindukan. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Sebaiknya aku segera meminta maaf kepada Mas Azam."Apa kabarmu, Mas?" tanyaku malah bertanya kabar, padahal tadinya ingin meminta maaf kepadanya."Kabar aku baik," jawab Mas Azam singkat.Aku jadi semakin gugup dan salah tingkah melihat sikap Mas Azam yang masih terlihat dingin Tenggorokanku rasanya tercekat ingin mengatakan sebuah kata maaf."A...," baru saja aku akan meminta maaf, Mas Azam secara bersamaan memotong ucapanku."Aku ada undangan tausiyah ke luar daerah selama satu minggu. Jadi tolong jangan hubungi aku!" Mas Azam akhirnya mengucapkan apa yang akan disampaikannya, lalu kemudian berlalu pergi
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status