Home / Pernikahan / Talak di Malam Anniversary / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Talak di Malam Anniversary: Chapter 51 - Chapter 60

85 Chapters

Bab.51

Sesosok laki-laki yang dikenal dan pernah menorehkan luka dihatiku. Dia datang bersama seorang perempuan yang sampai saat ini masih aku hormati. Mas Adnan dan mantan ibu mertuaku berjalan memasuki pintu gerbang yang memang dibiarkan terbuka. Mereka menatap heran ke arah kami yang duduk lesehan di taman menikmati makan siang.Aku menatap ke arah Mas Akbar. Wajahnya berubah seketika. Sementara Mbak Nisa dan Ustaz Azam terlihat biasa saja. Adeeva yang sedang mengunyah makanan nampak terkejut dengan kedatangan ayah dan neneknya. Sontak dia bangkit dan beranjak meninggalkan tempatnya seraya menghambur menyambut kedatangan mereka.Mas Adnan terlihat memeluk dan menciumi wajah serta tangan putrinya, pun dengan mantan ibu mertuaku. Mereka terlihat saling melepaskan rindu. Wajah Adeeva terlihat begitu bahagia karena bertemu dengan ayahnya. Beberapa hari belakangan, dia memang sering menanyakan keberadaan Mas Adnan."Assalamualaikum, Aisha, Mas Akbar," sapanya seraya menggendong Adeeva daalm pel
Read more

Bab.52

Ternyata sosok yang datang adalah Pak Askara Dirgantara, wakil kepala Polres yang membantu menyelesaikan kasus penculikan Adeeva. Dia turun dari mobil seraya melemparkan senyumnya yang menawan. Kedua tangannya membawa dua buah godie bag berukuran besar."Selamat pagi, Ibu Aisha. Maaf jika kedatangan saya mengganggu waktu istirahat Anda. Saya ingin bertemu dengan Adeeva, putri Anda!" sapa Pak Askara memulai pembicaraan.Aku merasa sedikit kecewa, karena tamu yang datang berkunjung bukanlah Ustaz Asam. Oleh karena itu, aku terdiam seraya menatap heran ke arah Pak Askara."Bu Aisha, Anda baik-baik saja?" tanya laki-laki gagah dihadapanku ini."I-iya, saya baik-baik saja Pak. Maaf, saya sedang melamun. Mari silakan masuk," jawabku gugup.Pak Askara berjalan mengikuti langkahku dari belakang. Dalam hati aku merasa sedikit khawatir jika Ustaz Azam datang dan salah paham dengan Pak Askara. Aku berharap Ustaz Azam datang setelah Pak Askara pulang. Tiba di ruang tamu, aku mempersilakan beliau u
Read more

Bab.53

Sambil memeluk Mas Azam, aku menatap wajah orang yang melakukan kekerasan kepadanya. Ternyata dia adalah Mas Adnan. Dia terlihat ingin kembali melayangkan tinju kepada Mas Azam, namun dengan cepat aku menendang organ vitalnya hingga dia terjerembab ke tanah. Aku membantu Mas Azam untuk bangkit, agar tidak menjadi bulan-bulanan Mas Adnan. Laki-laki tidak waras itu terlihat meringis kesakitan saat organ vitalnya mendapatkan tendangan telak dariku."Mas Adnan, apa kamu sudah gila? pergi dari rumahku sekarang, atau kalau tidak aku akan telepon polisi!!" ancamku.Dia berusaha bangkit walaupun terlihat susah payah. Aku tahu, kelemahan seorang laki-laki ada di organ vitalnya. Namun aku juga tahu batasan dengan menendangnya tidak begitu keras karena takut akan berakibat fatal."Kamu mau menikah dengan laki-laki ini hanya karena dia bergelar Ustaz? kamu jangan salah, itu hanya kedok saja. Aslinya, dia tidak jauh lebih baik dariku!" ujar Mas Adnan dengan suara sedikit tertahan dan wajahnya masi
Read more

Bab.54

Aku berjalan menyusulnya ke kamar. Nampak suamiku sedang terduduk ditepian tempat tidur seraya membuka kaos kaki yang dikenakannya."Hubby, kamu kenapa? Kamu baik-baik aja, kan?" tanyaku penasaran seraya duduk bersisian dengannya.Laki-laki yang sudah membuatku jatuh cinta ini menatap wajahku lekat. Kedua netra kami saling bertemu, namun tidak terucap sepatah kata pun."Aku baik-baik saja, Hubby. Tubuhku terasa lelah setelah melalui perjalanan panjang. Sebaiknya aku mandi dulu supaya lebih segar!" ucapnya seraya beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.Aku masih menatapnya heran, hingga sosoknya menghilang dibalik pintu kamar mandi. Ada perasaan curiga, karena saat beliau berangkat sikapnya begitu hangat. Naluriku mengatakan ada yang beliau sembunyikan. Aku harus mencari tahu, apa yang membuat sikap suamiku berubah drastis seperti itu?Aku meraih koper yang tergeletak di pojokan kamar. Perlahan membukanya dan memisahkan pakaian bersih dan yang kotor. Memeriksa barang-barang yang
Read more

Bab.55

“Kamu kenapa, By?” tanya Mas Azam heran melihatku yang sedang melamun.“Eng-gak apa-apa. Aku cuma lagi liatain cuaca di luar, kok udah mendung ya. Sebaiknya kita pulang sekarang, biar sampai di rumah enggak kemalaman,” jawabku berbohong.Aku tidak ingin Mas Azam curiga kalau aku sedang mengawasi sikap Mbak Nisa yang sedikit aneh.“Ayo, kalau mau pulang sekarang. Adeeva juga kelihatannya sudah mengantuk itu!” ucap Mas Azam sembari menunjuk ke arah Adeeva yang sedang menguap di atas sofa.Kami segera berpamitan kepada Mas Akbar dan Mbak Nisa. Ketika kami sudah berada di dalam mobil, Mbak Nisa terlihat melambaikan tangan seraya tersenyum genit. Entah kepada siapa dia memberikan senyum itu. Apa mungkin kepada suamiku?Mobil yang dikendarai Mas Azam segera meluncur meninggalkan rumah Mas Akbar. Di sepanjang perjalanan, aku masih memikirkan sikap Mbak Nisa yang sedikit berbeda kepada Mas Azam. Dari cara menatap dan melambaikan tangan, serta senyumnya yang terkesan genit. Padahal sebelumnya,
Read more

Bab.56

"Darimana saja kamu, jam segini baru pulang?" tanya Mas Azam dengan wajah tidak bersahabat.Aku meraih punggung tangannya dan menciumnya dengan takzim, tetapi Mas Azam membuang pandangannya. Aku menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Rupanya beliau sedikit marah, karena aku pulang terlambat hari ini."Maaf, By. Mobilku tadi mogok, jadi terpaksa diperbaiki dulu. Sementara ponselku kehabisan daya," ucapku berhati-hati, tidak ingin semakin membuatnya marah."Memangnya tidak ada teman yang bisa kamu pinjam ponselnya untuk mengabari?" tanya Mas Azam dengan tatapan menyelidik."Aku tadi mencoba beberapa kali menghubungimu, tetapi tidak ada jawaban!" jawabku jujur."Nomor siapa itu?" tanya Mas Azam.Aku terdiam mendapatkan pertanyaan itu, karena Mas Azam sedikit cemburu dengan Pak Askara. Aku tidak tahu bagaimana reaksinya saat mengatakan nomor yang digunakan untuk menghubunginya dan yang membantu memanggil orang bengkel juga Pak Askara."Kenapa diam?" tanya Mas Azam, masih dengan
Read more

Bab.57

Aku terkejut setelah membaca isi pesan yang berisi ancaman dari nomor tak dikenal tersebut. Namun aku tidak menghiraukannya. Mungkin saja ada orang yang salah kirim pesan, atau kemungkinan lainnya. Tidak mau kebahagiaanku terganggu hanya karena pesan tidak jelas itu.Setelah mengecup punggung tangan Mas Azam, aku pun segera berpamitan untuk berangkat bekerja. Namun di sepanjang perjalanan, aku kembali teringat dengan isi pesan dari nomor tidak dikenal itu.Aku merasa tidak pernah merebut milik orang lain, yang ada malah kebalikannya. "Apakah nomornya sama dengan nomor tak dikenal yang mengirim photo ke Mas Azam?" Tanyaku dalam hati.Setibanya di kantor, aku disibukkan oleh pekerjaan sehingga melupakan si pengirim pesan misterus tersebut. Hingga tak terasa jam istirahat tiba. Ponselku kembali berbunyi menandakan ada pesan di aplikasi berlogo hijau."Kamu tidak takut karma? tunggu kedatangannya, kamu pasti akan menjadi abu!" isi pesan berisi ancaman kembali berasal dari nomor yang sama.
Read more

Bab.58

Salah satu suster itu keluar dari ruang perawatanku. Tak lama kemudian kembali dengan membawa sebuah kursi roda. Mereka membantu aku untuk menaikinya. Setelah berada di atas kursi roda, salah satu dari perawat mendorongnya. Berjalan melewati beberapa ruang perawatan menuju lorong rumah sakit. Tepat di ujung ruangan rumah sakit, tibalah kami di depan pintu sebuah ruangan yang bertuliskan ruang jenazah. Jantung berdebar hebat serta lututku terasa lemas. Aku belum siap menerima kenyataan harus kehilangan salah satu anggota keluargaku. Salah satu perawat membuka pintu dan seketika udara dingin menyeruak menusuk kulit. Tercium juga bau kimia yang sangat menusuk hidung.Tubuhku gemetar, melihat beberapa jasad yang terbujur kaku tertutup kain berwarna putih. Perawat membawaku ke salah satu jasad yang juga tertutup kain berwarna putih."Ibu sudah siap melihat salah satu anggota keluarga Ibu yang telah berpulang?" tanya salah satu perawat dengan tatapan sendu.Aku hanya menjawab dengan anggukk
Read more

Bab.59

Aku terdiam mendengar pertanyaan Pak Askara. Musuh? Aku merasa tidak punya musuh. Satu-satunya orang yang menganggap musuh mungkin Mas Adnan, karena dia tidak menerima keputusan perceraian, ditambah kini aku sudah menikah lagi."Apa mungkin Mas Adnan mantan suami saya yang melakukan ini semua, Pak?" Aku malah balik bertanya kepada laki-laki yang semakin terlihat gagah sat memakai seragam kebesarannya."Segala kemungkinan bisa saja terjadi, Bu Aisha. Akan tetapi, perlu bukti untuk membuktikan itu semua. Apakah selain mantan suami, adakah yang dicurigai, Bu Aisha?" tanya Pak Askara lagi.Mas Akbar menoleh ke arahku. Dia seperti ingin menyampaikan sesuatu, namun terlihat sungkan dengan kehadiran Pak Askara. Aku jadi teringat dengan peneror tempo hari, yang mengirimkan pesan berupa ancaman. Begitupun dengan pengirim photo ke nomornya Mas Azam."Pak Askara, sebenarnya beberapa minggu terakhir ini saya dan suami pernah mendapatkan teror dan kiriman photo dari seseorang yang tidak dikenal.”P
Read more

Bab.60

Aku terkejut mendapatkan kembali pesan ancaman dari nomor yang tidak dikenal. Pasti pengirimnya masih sama dengan peneror sebelumnya. Aku merasa heran, darimana dia tahu nomor kontak yang baru? Padahal seingatku, nomor kontak baru hanya diberikan kepada teman dekat dikantor, atasan dan keluarga. Selebihnya tidak ada.Aku segera mengirimkan screen shoot pesan beserta nomor kontak peneror itu ke Pas Askara. Pesan berlogo hijau itu sudah terkirim, tetapi belum terbaca oleh Pak Askara.Aku menantikan pesan balasan darinya, akan tetapi hingga setengaj jam lamanya menunggu tidak kunjung ada. Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Rasa cemas dan takut kembali menghampiriku. Tak lama berselang, Mas Azam masuk ke dalam kamar setelah sebelumnya menonton televisi di ruang keluarga.“Hubby, kamu kenapa? Kok wajahmu tegang begitu?” tanya suamiku heran.“Peneror itu kembali mengirimkan pesan ancaman, By. Aku takut!” jawabku seraya terisak.Mas Azam menghampiri dan merengkuhku dalam p
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status