Home / Pernikahan / Talak di Malam Anniversary / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Talak di Malam Anniversary: Chapter 41 - Chapter 50

85 Chapters

Bab.41

Pagi harinya, aku berangkat bekerja seperti biasa. Cuaca hari ini sedikit mendung, membuatku membayangkan rebahan di kamar bersama Adeeva. Sementara itu arus lalu lintas pun hari ini cukup padat, membuatku tidak bisa bersantai mengemudikan mobil. Aku tidak mau datang terlambat ke kantor. Beruntung aku hafal jalan alternatif untuk menghindari kemacetan, sehingga bisa tiba di kantor tepat waktu. Saat berjalan dari parkiran, tak sengaja berpapasan dengan Alma yang juga baru tiba. Dia berjalan menunduk, sehingga tidak melihatku.Aku pun berpura-pura tidak melihatnya, karena jam masuk kantor tinggal beberapa menit lagi. Sudah biasa jika bertemu dengan sahabatku yang satu itu membuat lupa waktu. Kami menuju meja kerja masing-masing dan memulai aktifitas seperti biasa.Baru saja mengerjakan sebagian pekerjaan, tiba-tiba ponselku bergetar. Selama jam kerja, ponselku memang di seting dengan mode getar. Aku meraih ponsel yang tergeletak di meja kerja dan membaca nama yang tertera di layar. Umi M
Read more

Bab.42

Nama Umi Mus tertera di layar ponselku. Ada apa gerangan beliau menelpon? tanpa fikir panjang segera menerima panggilannya."Assalamuaalikum. Mba Aisha, ini saya Ustaz Azam," ucap laki-laki yang suaranya sangat Aku kenal."Us-taz Azam. Iya, ada apa Ustaz?" tanyaku sedikit gugup. Saking terlalu gugupnya, hingga lupa menjawab salam beliau."Mbak Aisha, saya minta maaf karena sudah mengganggu waktu liburnya. Tetapi ini keadaan darurat. Apakah Mbak Aisha bisa datang ke Rumah Sakit Azra sekarang?" tanya Ustaz Azam ragu."Apa Ustaz? ke Rumah Sakit? Siapa yang sakit? apakah Umi Mus?" Aku memberondong beliau dengan beberapa pertanyaan sekaligus."Iya, Mbak. Kondisi istri saya sekarang cukup parah. Semoga saja dengan kehadiran Mbak, dapat membuat kondisi istri saya sedikit membaik."Aku terhenyak mendengar kabar Umi Mus dalam keadaan parah. Apa mungkin penyebabnya karena jawabanku tempo hari?"Baik, Ustaz. Saya segera kesana." Setelah berpamitan, Ustaz Azam mengakhiri pembicaraan denganku. Aku
Read more

Bab.43

"Umi, jangan dulu banyak bicara. Fokus dulu dengan kesembuhan Umi," ucapku dengan lembut. Dalam keadaan seperti ini, Umi Mus masih saja memikirkan tawarannya menjodohkanku dengan suaminya."Iya, Humaira. Benar yang dikatakan Mbak Aisha. Kamu harus fokus dengan kesehatan yang saat ini sedang menurun!" ucap Ustaz Azam kepada istrinya.Kalau tidak salah dengar, tadi beliau memanggil Umi Mus dengan sebutan humaira? bukankah humairoh itu artinya pipi yang kemerahan. Panggilan kesayangan yang juga digunakan oleh baginda nabi Muhamad SAW untuk istrinya Sayidina Aisyah. Hatiku sedikit berdesir melihat sikap Ustaz Azam yang begitu manis kepada Umi Mus."Abi, Umi merasa waktu Umi sudah hampir habis. Umi ingin Abi menikah dengan Mbak Aisha sebelum kepergian Umi. Umi mohon, talak Umi sekarang juga. Agar Umi bisa tenang kembali kepangkuan ilahi," ucap Umi Mus dengan suara sedikit berat. Air mata telah menggenang di kedua sudut matanya.Aku menjadi salah tingkah melihat sikap Umi Mus yang bersikukuh
Read more

Bab. 44

Ibu meraih jemariku seraya menatap dengan kedua netra yang telah basah oleh air matanya.“Adnan berada di tahanan. Sementara Irwan, menjadi buronan Polisi karena dugaan penipuan. Sekarang Ibu hidup menumpang di rumah salah satu saudara Ibu, Aisha.”Aku terhenyak mendengar penuturan mantan ibu mertua. Beliau kini sudah tidak memiliki tempat tinggal, karena rumah satu-satunya terpaksa dijual untuk menutupi hutang Mas Adnan. Sungguh miris hidupnya kini. Aku baru paham maksud perkataannya barusan, bahwa beliau mengakui tidak dapat mendidik kedua putranya dengan baik karena nasib kedua putranya kini menyedihkan.“Lalu untuk kebutuhan ibu sehari-hari darimana, Bu?” tanyaku penasaran. Beliau terdiam dan menundukkan wajah. Namun kemudian beliau berkata lirih, “Ibu hidup dari belas kasihan saudara. Jika kondisi kesehatan Ibu cukup baik, Ibu bekerja mencari barang bekas untuk dijual ke pengepul.”“Maksud Ibu, bekerja jadi pemulung?” tanyaku seolah tidak percaya dengan pengakuannya. Tiba-tiba r
Read more

Bab.45

"Ustaz, maafkan saya. Bukannya saya mencari alasan untuk tidak melanjutkan perjodohan kita. Namun saya butuh waktu untuk mengenal Ustaz lebih jauh. Ditambah saya telah memiliki dua orang anak yang harus dimintakan pendapat untuk menerima calon ayah baru bagi mereka," ucapku memberikan alasan."Baiklah saya setuju, Mbak Aisha. Kita perlu mengenal satu sama lain terlebih dahulu. Saya juga perlu memperkenalkan diri kepada kedua anak Mbak Aisha. Semoga semua proses perkenalan kita dilancarkan oleh Allah SWT," ucap Ustaz Azam menyetujui alasanku.Tak lama kemudian, Ustaz Azam berpamitan pulang. Aku mengantarnya sampai teras depan rumah. Setelah sosoknya tidak terlihat dari pandangan, aku melangkah kembali ke dalam rumah.Saat akan masuk ke dalam kamar, aku berpapasan dengan Bik Darmi. Dia tersenyum malu-malu ke arahku."Kenapa senyum-senyum, Bik?" tanyaku penasaran. "Bibik ikut senang mendengar Ibu akan menikah lagi," ucap Bik Darmi seraya tersipu. "Darimana Bibik tahu?" tanyaku heran."M
Read more

Bab.46

Aku membuka kaca jendela mobil dan menganggukkan kepala ke arah mantan Ibu Mertua. Setelah pintu gerbang terbuka, aku melajukan mobi dan memasukkannya ke dalam garasi. Setelahnya, berjalan menuju ruang tamu menemui Ustaz Azam dan mantan Ibu Mertua yang sudah menunggu.“Aisha, habis darimana? Bukankah ini hari libur?” tanya Ibu penasaran.“Aisha dari Kantor Polisi, habis mencabut laporan. Ibu tenang saja, sebentar lagi Mas Adnan akan segera bebas,” jawabku.“Alhamdulillah. Terimakasih Aisha, kamu memang menantu Ibu yang terbaik!” ucapnya.“Maaf, Bu. Mantan menantu. Saya sudah berpisah dengan Mas Adnan,” potongku.Wajah Ibu bersemu kemerahan mendengar ucapanku. Sementara Ustaz Azam hanya menjadi pendengar setia.“Mbak Aisha, dimana anak-anak?” Ustaz Azam akhirnya membuka suaranya.“Mungkin di belakang, Ustaz. Nanti saya panggilkan,” jawabku seraya tersenyum.“Aisha, siapa laki-laki ini?” tanya mantan Ibu Mertua.“Oh iya, Aisha lupa memperkenalkan. Ini Ustaz Azam, calon suaminya Aisha,” j
Read more

Bab.47

Kami serentak menoleh ke arah suara. Sesosok yang aku kenal, telah berdiri di ambang pintu. Sosok itu tak lain adalah Umi Mus. Penampilannya sangat berbeda dari sebelumnya. Tubuhnya terlihat lebih berisi dan wajahnya kini nampak lebih segar dengan riasan yang sedikit tebal. “Kalian kenapa menangis?” tanya Umi Mus dengan wajah tanpa dosa.Aku terdiam seraya menghapus sisa air mata yang menggenang. Sementara Ustaz Azam bangkit dari tempat sebelumnya dan kembali duduk di atas sofa.“Abi belum jawab pertanyaan Umi, kenapa kalian menangis?” tanya Umi Mus untuk yang kedua kalinya.“Aku menangis karena Mbak Aisha menolak menikah denganku.”Wajah Umi Mus terlihat pias seketika saat mendengar jawaban Ustaz Azam.“Apakah abi masih ingin menikahi Mbak Aisha, padahal Umi sekarang sudah sembuh dan tengah mengandung buah hati kita?” tanya Umi Mus dengan tatapan menyelidik.“Aku mencintai Mbak Aisha. Bukankah kamu sendiri yang dulu memaksaku menikah dengannya padahal aku menolak? Sekarang setelah ak
Read more

Bab.48

Kami berdua serempak menengok ke arah suara berasal. Aku terkejut saat mengetahui sosok yang memanggil. Nampak Reno sudah berdiri di belakang kami dengan wajah merah padam. Matanya menatap nyalang ke arah Pak Askara, sahabatnya."Reno, apa maksudmu bertanya seperti itu?" tanya Askara heran."Apa yang kamu lakukan bersama Aisha?" tanyanya kali ini dengan suara meninggi.Sementara aku hanya menjadi pendengar setia perdebatan diantara mereka."Aku kebetulan bertemu dengan Bu Aisha saat sedang membeli kue, itu saja. Kenapa kamu terlihat emosi kepadaku?" tanya Pak Askara lagi."Sebaiknya kamu jangan dekat dengan Aisha, karena dia...." Reno tidak melanjutkan ucapannya."Karena apa? karena dia mantan yang pernah kamu kecewakan?" sindir Askara kemudian."Bukan. Aisha sudah mempunyai calon suami. Jadi jangan pernah membuat masalah dengan merebut yang sudah menjadi milik orang lain!" Aku mendengarkan ucapan Reno seraya tersenyum sinis. Bukankah itu sama saja menyindir dirinya sendiri? merebut m
Read more

Bab.49

Ustaz Azam turun dari mobil saat aku melihat ke arahnya. Pandangan kami saling bertemu. Aku tercekat melihat kedatangannya. Andai saja tadi Bik Darmi yang datang, pasti dia bisa beralasan kalau aku sedang tidak berada di rumah. Mau tidak mau, aku membukakan pintu gerbang untuk beliau. Wajahnya terlihat sedih. Aku jadi penasaran dengan kabar yang dibawanya.“Maaf, Ustaz ada apa ya?” tanyaku tanpa berbasa-basi.“Mbak Aisha, saya minta maaf kalau mengganggu waktunya. Kedatangan saya kesini ingin menyampaikan pesan Umi Mus, yang ingin bertemu Mbak Aisha. Saat ini beliau sedang dalam perawatan Rumah Sakit,” jawab Ustaz Azam dengan suara bergetar. Aku sedikit terkejut mendengar kabar darinya, namun berusaha terlihat biasa saja.“Lalu, apa hubungannya dengan saya?” tanyaku dingin.“Beliau ingin menyampaikan permohonan maaf kepada Mbak Aisha,” jawabnya lagi.“Umi Mus tidak punya salah sama saya, jadi untuk apa meminta maaf? Saya hanya bisa berdoa untuk kesembuhan Umi Mus. Maaf Ustaz, jika tida
Read more

Bab.50

Aku terdiam mendengar pertanyaan Mas Akbar. Sebenarnya tak menyangka, jika kakakku itu akan bertanya seperti itu. Nampaknya sikap beliau sudah berubah sejak Ustaz Azam berstatus sendiri. Aku menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan."Adek nggak tahu, Mas!" jawabku lirih. Mas Akbar menatap wajahku lekat."Mas tahu, kalau kamu masih memendam perasaan untuk Ustaz tampan itu. Adek jangan khawatir, jika memang kalian berjodoh, kelak akan menemukan jalannya."Kali ini gantian aku yang menatap wajah Mas Akbar. Rasanya tak percaya beliau memanggil Ustaz Azam dengan panggilan Ustaz tampan. Apa mungkin ini suatu pertanda beliau sudah merestui hubunganku dengan Ustaz Azam? Aku segera menepisnya, takut kembali kecewa karena terlalu banyak berharap.Aku setuju dengan ucapan Mas Akbar, jika kami berjodoh kelak akan menemukan jalannya. Sekarang yang terpenting, aku harus sabar menjalani semua takdir-Nya. Aku yakin, akan ada pelangi setelah hujan. Aku juga sangat yakin, bahwa semua akan indah
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status