All Chapters of Biar Kubayar Cincin Untuk Jalangmu: Chapter 71 - Chapter 80
97 Chapters
72
“Indira, tunggu!” Mas Alvin berusaha menghentikanku yang mengemudikan mobil meninggalkan dirinya dari depan lokasi parkir rumah sakit, dia terlihat masih mengejar dan akhirnya menyerah setelah aku keluar dari gerbang utama lantas meluncur ke jalan raya.“Papa kenapa Bunda?”“Entahlah,” jawabku.“Kenapa dia ngejar?”“Belum puas ngomong kali ya,” jawabku sambil tertawa. “Aku dengar Bunda tengah dekat dengan seseorang, apakah itu benar?” anakku yang sulung menyelidiki dengan wajah penasaran.“Iya, itu cuma teman, nanti juga bunda pertemukan dengan kalian,” jawabku. Kedua wajah bocah itu saling pandang dan kupandangi pantulannya dari kaca.“Tapi kami belum tentu suka,” jawab Rina.“Paling juga jelek, gak lebih baik dari papa…” Gema menggumam dengan wajah cemberut dan dia menyilangkan tangannya ke dada. Aku tergelak melihat sikap anakku “Uhm, dan gimana kalau ternyata orangnya baik banget, lebih baik dari papa?”“Emang ada yang kayak gitu Bund?” kedua bocah itu bertanya dengan wajah
Read more
73
“indira, jadi kau di sini dengan anak anak, tidakkah kau sadar ini sudah malam dan sudah waktunya beristirahat karena besok anak anak harus sekolah!” nampaknya sikap sentimen dan iri suamiku tidak tertahankan, i mean dia mantan suamiku.“Ya,aku di sini, ini masih jam tujuh malam Mas, lagipula anak anak sedang berbahagia menikmati waktu dan hadiah dari Mas eko,” jawbku sambil melirik pria yang ada disampingku itu, Mas ekojuga nampak tersenyum ramah dan mengulurkan tangan pada mantan suamiku untuk menyapanya.“Perkenalkan saya eko, saya teman indira,” ujar Mas Eko dengan ramah.Mas alvin menatap wajah pria itu dengan seksama, menatap uluran tangannya dan mimik wajahku yang mengangkat alis menunggu responnya, apakah dia akan bersikap ramah atau kesal aku tak tahu.“Tidak usah berkenalan atau menjabat tanganku, aku tidak membutuhkannya,” ucap mas alvin.“Oh baiklah, senang berjumpa dengan ayah anak anak manis ini,” ujar Mas eko yang tetap berusaha sabar dan mengendalikan dirinya.“Tapi
Read more
74
Akhirnya, dia yang kutatap dengan mata nanar dan kuberi ucapan paling tegas memilih mengalah dan bersurut menjauh dengan wajah kecewa. Ya, kurasa dia tak punya alasan lagi untuk menahanku dan anak anak. Jarak yang membentang di antara kami sudah demikian jauh, dia suami orang sementara aku hanya janda bekas istrinya, hidup kami sudah tidak terhubung lagi.*"Thank you ya Mas, udah nganterin," ucapku pada Mas Eko, saat kami turun dari mobilnya."Hmm, Indira, sebentar ...." Pria itu turun dari mobilnya dan mendekatiku."Kenapa Mas?" Aku seakan melihat dia ingin mengatakan sesuatu yang penting."Aku merasa tak tenang setelah melihat tempramen mantan suamimu, aku khawatir tentangmu dan anak-anakmu. Aku ingin melindungi kalian," ucapnya."Insya Allah aamin, Mas.""Aku ingin kita langsungkan saja pernikahan."Hahahaha.Aku tergelak, mendekat dan berpacaran saja tidak, bagaimana kami akan menikah dalam waktu dekat. lagi pula aku terkejut dengan obsesinya yang memintaku untuk menikah secar
Read more
75
Bergegas mendengar itu aku segera masuk ke dalam, ibu mertua juga nampak tegang dan segera teralihkan, menyusulku untuk melihat apa yang terjadi.Dari dalam situasi sudah menegangkan, ada Gema yang terlihat takut, Mona yang masih berantakan dengan rambut tergerai nampak berusaha menenangkan tangisan bayinya yang kencang. Bocah kecil itu seakan kehabisan napas oleh menangis."Gema, ada apa?" Tanyaku pada anakku."Bund, aku cuma mau cium adek," jawab Gema dengan mimik cemas."Kamu memukul putraku, buktinya keningnya merah dan dia yang sedang tidur pulas langsung terbangun.""Enggak Tante," sanggah putraku dengan bola mata berkaca kaca."Kamu ya Mbak, kenapa sih kamu gak didik anak kamu dengan baik sehingga tidak membuat kekacauan seperti ini baru saja aku hendak mandi dan mengganti pakaian tiba-tiba dia yang sudah susah payah aku tidurkan langsung menangis lagi," ucap Mona sambil berusaha mengayunkan bayinya di tangan, ia nampak kesal sekali."Gema hanya ingin mencium ....""Anakku sed
Read more
76
Setelah Elina sedikit tenang dan tertidur kuletakkan dia di box bayi yang kebetulan diletakkan di ruang keluarga, mungkin tujuannya agar Mona bisa bersantai sambil nonton TV sekaligus bisa menjaga bayinya. Kulit akar bayi itu laluku selimuti sementara Mona masih di posisinya duduk dengan tatapan kosong dan menangis."Kau sepertinya butuh konseling dan dokter jadi pergilah temui orang yang terkait dan rawat dirimu," ujarku saat hendak pergi."Apa peduliku, heh?" tanyanya menyeringai."Aku peduli tentang anakmu seorang anak akan terancam jika orang-orang yang menjaga mereka tidak dalam kondisi mental yang waras, tekanan pikir dan kelelahanmu membuat kau akan melampiaskannya kepada Elena, tolong pikirkan anakmu. Aku akan pergi dulu.""Alvin pasti sangat mengagumi apa yang kau lakukan hari ini.""Aku tidak pernah punya target agar dikagumi olehnya bahkan aku tidak mau berjumpa dengan Alvin lagi," jawabku."Sebaliknya, Mas Alvin terobsesi untuk selalu memperhatikan keadaanmu dan melihatmu
Read more
77
Niatku tersenyum pria itu hanya bisa menghalalkan sambil menggiringkan kepala dan memijat keningnya. Sepertinya dia malu padaku tapi terlalu sulit untuk mengatakannya. Mungkin juga merasa sangat menyesal dan menyadari betapa bodohnya dia sudah menelantarkan kami."Kenapa kau menjadi seperti itu setelah memintaku untuk menikmati semua penderitaan ini?""Kau ingat aku mendampingimu dan melayanimu sepenuh hati, tapi kau malah memilih wanita itu dibandingkan kenyamanan yang sudah ada di dalam rumah dan keluarga kita. Jadi aku harus bicara apa lagi selain memintamu untuk menikmati pilihanmu sendiri?""Ah, pulanglah, berhati hatilah," jawabnya degan helaan napas putus asa. Sepertinya bicara denganku tidak akan membuat dia mendapatkan titik temu, jadi alih alih melanjutkan pembicaraan ia malah menyuruhku pulang."Baiklah, jaga dirimu, kami pulang dulu.""Sejujurnya aku masih rindu anak anak, tapi ucapanmu membuatku kesal," keluhnya dengan wajah putus asa."Yang kuucapkan kenyataan kan, seh
Read more
78
Keesokan hari setelah kejadian semalam, aku terbangun agak kesiangan karena malam tadi aku nyaris tidak tidur, gelisah memikirkan tentang sikap Mas ALvin yang berlebihan.Kukerjabkan mata sambil melirik waktu yang tertera di ponselku. Rasanya tubuh ini lelah sekali untuk memaksakan diri bangun dan beraktivitas, lebih nyaman berguling di bawah selimut hangat dan dinginnya hawa air conditioner ini."Ah, andai hidup ini tidak perlu perjuangan panjang aku pasti akan jadi orang yang paling bahagia di waktu rebahan," gumamku sambil menghela napas dan mengumpulkan kekuatan untuk beraktivitas.Tring....Kuangkat segera ponselku yang berdering, di sana tertera nama Mas Eko."Halo, Mas?""Bagaimana keadaanmu pagi ini apakah Alvin mengganggumu?""Tidak Mas, Alhamdulillah tidak ada gangguan.""Baiklah aku lega.""Terima kasih atas perhatiannya, Mas.""Jadilah istriku agar aku bisa melindungimu, memberimu kehidupan yang layak dan sebuah keluarga yang bahagia. Aku jujur saja, selalu membayangkan b
Read more
79
Tak bisa kubayangkan betapa tersinggungnya dia mendengar ucapanku. Aku yakin dia menyimpan dendam yang amat sangat dan rasa kecewa yang tidak bisa digambarkan.Apa boleh buat aku harus mengatakan itu agar dia tidak lagi datang dan menggangguku. Kalau pria sudah sakit hati mereka biasanya tak akan sedih lagi menemui orang yang membuat mereka sakit hati. Aku berharap betul bahwa Mas ALvin tidak lagi berusaha menemuiku kecuali berusaha menemui anak-anak.*"Mas bisa kita bicara aku ingin menyampaikan hal penting," kataku kepada Mas Eko ketika aku hubungi dia setengah tiga sore ini."Iya tentu, aku juga menunggu moment kau menghubungiku dan mengajakku untuk bertemu, aku juga rindu denganmu," jawab Pria itu dengan jujur, aku tersentuh mendengar perkataannya dan senyumku mengembang hangat di pipi. Aku merasa mendapatkan sisi optimis setiap kali bicara dengannya."Baiklah, kutunggu kamu di restoran seafood Amora. Kuharap kita bisa berbincang-bincang yang lebih banyak dan menghabiskan waktu b
Read more
80
"Aku tidak merasa mengirimkan undangan untukmu memangnya siapa yang akan mengirimnya, kau pikir kau penting, untuk apa aku mengundang pengacau ke pesta kebahagiaanku?" tanyaku yang emosi sekali melihat kardus barang dirusak olehnya."Kalau bukan kau, siapa lagi selain pria kurang ajar itu kalian berdua sepertinya kompak ingin mengolok-olokku sehingga sampai mengundang ke acara kalian. Kau liat nama yang tertera, itu namaku.""Kenapa kau begitu tersinggung. Mungkin orang punya niat baik dengan itu. Dengan mengajakmu datang ke pesta kami, mungkin Mas Eko berniat berdamai dan ingin melanjutkan hidup dengan baik, kenapa kau selalu berpikiran negatif tentang sikap orang lain?""Bagaimana aku bisa berpikiran positif setelah apa yang dia lakukan padaku tempo hari! aku benar-benar muak padanya," Jawab Mas alvin sambil menggeram, ia menahan napasnya yang memburu oleh emosi yang membuncah."Kau ini penuh dendam ya Mas?" gumamku sambil menggeleng."Bagaimana tidak, ia mencurimu dariku!" Jawabny
Read more
81
Mendengarnya, emosiku membuncah, bukan main sakit hati dan geramnya diri ini mendengar Mona ingin mengambil alih hak anak anak. Masih tidak sampai di akalku bagaimana dengan beraninya dan tanpa rasa sungkan sedikit pun bertanya tentang hal itu.Kupandangi wajahnya, wanita itu tersenyum tipis sambil mengalihkan pandangan pada anaknya, sikapnya yang defensif dan mencoba mencari perlindungan dengan cara memandangi bayi itu, berharap bahwa aku jatuh Iba padanya, hanya berujung kekesalan yang semakin murkanya diri ini."Apa katamu?" Aku mendekat, dia mundur dengan wajah cemas, sementara aku semakin maju untuk memberinya pelajaran.Kuraih bagian leher baju wanita itu, mencengkeram lalu menariknya lebih dekat denganku, dia ketakutan, menahan napas sambil mencoba menyeimbangkan anak yang ada di pelukannya."A-apa yang ingin Mbak lakukan?""Dengar ya, aku tahu seberapa banyaVk gaji mantan suamiku, sejauh apapun dia pergi, tanggung jawabnya tetap melekat pada anak anak kami, beraninya kau, Jala
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status