Semua Bab Adik Angkatku, Istriku: Bab 31 - Bab 40

115 Bab

Bab 31 Hari yang Dinanti

Alisha sangat kesal. Mas Angga benar-benar sudah tak menyayanginya lagi. Saat dicoba memejamkan matanya untuk beristirahat, namun tak berhasil memejamkan matanya. Kenangan mengenai masa lalu melintas. Dahulu Mas Angga sangat perhatian pada Alisha. Tak boleh satu orang pun yang menyakitinya. Namun kini, Mas Angga seakan tak peduli apalagi besok dia akan menikah.. Suara dering telepon membuyarkan lamunannya. Mas Tyo, pasti Mas Angga sudah memberitahu jika dia marah dan mengancamnya. “Iya mas, ada apa?” “Kok galak begitu sih sama calon suami. Sha, temenin mas ambil jas ya. Sepuluh menit lagi mas sampai. Ini sudah di jalan.” “Loh, mas. Alisha belum siap-siap.” “Sudah cantik, pastinya. Habis zuhur langsung berangkat. Kita makan di luar saja ya.” Telepon dimatikan oleh Mas Tyo, diletakkan ponsel di nakas. Duduk sejenak di pinggir tempat tidur, kemudian beranjak ke kamar mandi untuk berwudu. Saat azan berkumandang, diambil mukena dan mulai bersiap salat. Mas Tyo sampai setelah m
Baca selengkapnya

Bab 32 Akad Nikah

Pukul dua pagi, aku sudah tak bisa lagi memejamkan mata. Tubuhku terasa masih lelah, namun pikiran ini sudah tak bisa kukendalikan. Aku bangun dan duduk di tepi tempat tidur. Setelah merasa lebih enak, kulangkahkan kaki menuju kamar mandi. Lebih baik aku salat untuk menenangkan diri dan meminta kelancaran untuk akad nanti. Selepas salat aku ambil ponsel dari nakas. Mengecek pesan yang masuk. Beberapa pesan dan foto dari EO yang mengabarkan kondisi terakhir lokasi ballroom Hotel Ambasador. Hendra juga mengirimkan pesan jika urusan penghulu akan aman bersamanya. John dan Hans akan bersiap di sekitar hotel mulai pagi ini. Rombongan Alisha juga sudah masuk hotel semalam. “Alhamdulillah,” batinku membaca pesan di ponsel. Aku ketik pesan untuk Alisha, menanyakan kabarnya pagi ini. Baru saja tanda terkirim muncul di layar, tulisan sedang mengetik langsung terbaca pada layar ponsel. -Mas tidak bisa tidur juga ya?- Kuputuskan melakukan panggilan telepon. “Sayang juga tidak bisa ti
Baca selengkapnya

Bab 33 Tak Pernah Terganti

Hendra melepas kepergian bosnya dengan tatapan haru. Awalnya Pak Angga tidak ingin hadir, namun kemarin Sherly memberitahukan jika dia diminta Pak Angga memesan tiket ke Jakarta. Kedatangannya ke hotel juga tak memberitahukan keluarganya. Setelah beberapa langkah Angga terhenti. Hendra berlari kecil menghampirinya. Sesaat setelah dia sejajar dengan Pak Angga, terdengar suaranya yang sedikit tertahan. “Hendra, rahasiakan kedatangan saya dari siapa saja!” “Baik Pak Angga.” Angga kembali melangkah meninggalkan ruangan. Sebuah mobil sudah menunggunya, terparkir di depan lobi. Sesaat Pak Angga masuk, mobil melaju meninggalkan hotel. Di dalam ruangan, acara masih berlangsung. Tyo memasangkan cincin di jari manis Alisha dan mencium keningnya. Alisha melakukan hal yang sama dan mencium punggung tangan suaminya sebagai tanda baktinya sebagai istri kelak. Setelah rangkaian acara yang diakhiri dengan sungkeman, para tamu undangan dipersilakan menikmati hidangan yang tersedia. Penganti
Baca selengkapnya

Bab 34 Malam Resepsi

Selepas salat magrib MUA kembali merias aku dan Mas Tyo, kami sempatkan mengisi perut agar tidak keroncongan saat acara resepsi nanti. Mas Tyo sudah selesai dan sekarang asyik membalas pesan masuk di W****App. Aku masih harus bersabar, riasan wajah baru saja selesai kini masih harus menggantinya dengan gaun pengantin. Mama yang memilihkan modelnya. Warna putih gading dengan model kemben yang ditutup tile pada bagian pundak dan punggung yang sedikit terbuka. Acara akan dimulai pukul setengah delapan malam, kami bersiap turun dari kamar. Berjalan perlahan menuju lift, ujung gaun sudah dipegang Dania. Malam ini teman kampus, karyawan kantor serta relasi papa dan ayah adalah tamu undangan kami. Setelah dibuka oleh pembawa acara dan prosesi rombongan pengantin memasuki pelaminan, acara ramah tamah dan pemberian ucapan selamat berlangsung. Sahabatku sudah berkumpul di mejanya. Mereka asyik berbincang. Ingin sekali ikut ke sana dan melepas kangen. Sesekali mataku melirik ke arah mereka.
Baca selengkapnya

Bab 35 Rutinitas

Aku dan Mas Tyo kini tinggal di apartemennya. Setelah cuti selama tiga hari kerja, besok kami akan kembali ke rutinitas. Malam ini kami sengaja tidur lebih cepat, agar nanti bisa maksimal menyelesaikan pekerjaan yang tertunda selama tiga hari ini. Selepas subuh aku berkutat di dapur membuat sarapan. Pagi ini sengaja kubuat sarapan agak berat, nasi goreng seafood. Sebentar lagi akan siap. Saat aku fokus mengaduk nasi goreng di wajan, sepasang tangan melingkar memelukku. “Mas, ini sudah mau matang, nanti gosong loh.” “Kalau makannya berdua, gosong juga enak kok.” “Mas lebay deh. Sudah tunggu di meja saja kalau sudah lapar.” Aku sudah mencium bau citrus, artinya Mas Tyo sudah berpakaian kerjanya. Bukannya melepas pelukannya, malah sebuah kecupan mendarat di pipiku. “Mas..., nanti baunya nular ini, bau nasi goreng.” “Tidak apa sayang, wangi nasi goreng gosong juga enak.” Aku biarkan Mas Tyo tetap di sana. Aku matikan kompor dan memindahkan nasi goreng pada piring yang sudah
Baca selengkapnya

Bab 36 Bulan Madu

“Siapa mas? Buat aku penasaran saja.” “Dania.” “Serius mas! Sejak kapan? Kok tidak cerita sih. Dania, awas ya harus traktir nanti gajian pertamanya.” Alisha sangat antusias mengetahuinya. Aku tersenyum sendiri mendengarnya yang berbicara sendiri setelah mendengar nama Dania kusebut. *** Sampai di apartemen, sudah menjelang magrib. Setelah membersihkan diri dan salat magrib berjamaah, Alisha langsung menuju dapur menyiapkan makan malam. Sedangkan aku mengecek beberapa email di laptop. Alisha meminta lemari pendingin dipenuhi dengan bahan makanan dan sayuran. Jika dia ingin masak tak perlu repot membeli bahannya jika sudah lengkap. Menu makan malam kali ini capcay, teriyaki, dan sambal bawang. Aku keluar dari kamar setelah selesai mengecek email. Aku menarik kursi di meja makan dan menghempaskan tubuhku. Sambil menunggu makan malamnya siap, kubuka media sosial. Sebuah postingan yang viral hari ini. Dua foto terpampang di akun tanpa nama. Sosok lelaki yang berdiri di balik
Baca selengkapnya

Bab 37 Pertemuan Tak Terduga

Makan malam bersama keluarga ayah sedikit membuat aku melupakan sikap Mas Tyo yang tak biasa. Obrolan dengan Haikal dan Deandra serta canda mereka membuat aku tersenyum. Ayah dan mami juga sangat menyayangiku seperti putri pertama mereka. Mas Tyo hanya menanggapi jika ayah atau mami bertanya. Semenjak keberangkatan sikap Mas Tyo tidak seperti biasanya. Padahal awalnya dia yang bersemangat untuk berbulan madu. Apakah ada masalah di kantor sebelum berangkat. Akan kutanyakan pada Dania nanti malam. Kami kembali ke kamar setelah ayah, mami, dan kedua adikku pamit. Besok mami mengundang kami ke rumah mereka. Agenda jalan-jalan dari agen wisata baru dimulai lusa. Setelah mengganti pakaian dengan kimono katun aku sempatkan mengirim pesan pada Dania. Rasa penasaran dan khawatir menjadi satu di benakku. -Dania, apakah ada kendala pekerjaan kantor hari ini?- -Aku tunggu jawabannya ya, maaf mengganggu- Aku menghampiri Mas Tyo yang sudah berbaring di kasur, merebahkan tubuhku di sampin
Baca selengkapnya

Bab 38 Perjalanan Hati

“Alisha mau mampir ke The Centrepoint, lihat kuliner di sana,” ucap Mami Jessy. Aku mengangguk menyetujui keinginan Alisha. Sebelum kembali ke hotel mereka akan mampir ke sana. “Mas, boleh sekalian undang Mas Angga dan Sherly?” “Coba tanyakan dulu ya, Sha. Mereka kan harus bekerja.” Alisha mengangguk dan berjanji akan menanyakan terlebih dahulu pada Mas Angga dan Sherly. Aku hanya bisa mengiyakan sambil menarik napas panjang. Semoga perasaan Angga sudah berubah dengan adanya Sherly. *** Kami berempat akhirnya di sini, The Centerpoint. Awalnya Angga menolak namun akhirnya tak tega karena Alisha terus merajuk. Kami sudah memesan makanan di Chicken Up. Alisha dan Sherly mengunjungi toko busana di dekat restoran. Kini hanya aku dan Angga duduk menunggu pesanan datang. “Kapan kembali ke Jakarta?” tanyaku membuka percakapan. “Setelah semua terapi selesai. Juga membereskan beberapa hal terkait pekerjaan.” “Anugerah memerlukan bos besarnya. Alisha lambat laun harus menarik
Baca selengkapnya

Bab 39 Semakin Cinta

Angga masuk ke dalam ruangan setelah mengucapkan salam. Pak Yudha dan mami sedang memeluk Alisha. Angga menghampiriku dan menanyakan kondisi Alisha. Aku tersenyum dan menjawab jika kemungkinan besar Alisha hamil. Kupeluk Angga karena luar biasa senang. Setelah memastikan kondisi kandungannya di bagian obstetricians, Alisha tetap bermalam di rumah sakit. Besok pagi baru berencana keluar dan kembali ke hotel. Aku ingin memastikan jika kondisi Alisha dan calon anak kami baik-baik saja. Menurut hasil USG usia kandungannya memasuki minggu ketujuh. Setelah berita kehamilannya sampai di Jakarta, bunda dan mama melakukan panggilan video. Mereka mengucapkan selamat dan meminta untuk lekas kembali ke Jakarta. Aku sampaikan akan kembali menunggu kondisi Alisha dan kandungannya semakin membaik. “Mas, hari ini kita kembali ke hotel kan?” “Iya kita ke hotel. Jika nanti kondisinya belum memungkinkan melakukan penerbangan, kita perpanjang ya liburan di sini.” “Nanti tanyakan ke dokter saja m
Baca selengkapnya

Bab 40 Rahasia Hendrawan

“Sha, mas berangkat dahulu ya. Besok baru mas cuti. Nanti kalau mau ada yang dibeli minta Bik Arum yang belikan,” ucapnya sambil mengenakan dasi di depan kaca. “Kalau dede mau yang belikan Daddynya bagaimana?” Didekatinya aku yang duduk dipinggir tempat tidur. “Dede... kalau mau Daddy yang beli harus sabar ya. Tunggu Daddy pulang kerja,” ucapnya pelan sambil mengusap perutku. Aku tersenyum senang. Mas Tyo sangat perhatian pada dede dan ibunya. Saat aku tersenyum sebuah kecupan singkat dicurinya dari bibirku. Aku merengut karena kaget. “Manis, Daddy suka,” ucapnya. Dilangkahkan kakinya sambil menarik tanganku ke luar kamar. Aku ambilkan tas kerja yang biasa dibawanya. Di meja makan sudah ada papa dan mama yang akan memulai sarapan. “Alisha tidak berangkat kan?” “Tidak ma, sekarang kan sudah ada Mas Angga. Jadi aman di kantor,” jawab Tyo memastikan. Mama mengambilkanku beef sandwich ke piringku. Segelas susu khusus ibu hamil sudah tersedia di samping piring. Mama sangat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status