Langkahku terhenti di anak tangga. Aku berbalik menatapnya, dengan air mata yang tumpah. Bukan karena jatuh miskin, tetapi terkuaknya siapa perempuan yang aku nikahi 18 tahun silam. Inikah balasannya, setelah aku memberinya kebahagiaan, kesetiaan, dan cinta? Hanya sehari waktu yang kuminta untuk menjadi seorang ayah, dan ia benar-benar tak mengizinkan.Kulepas jam mewah yang terpasang di tangan, kuberikan dompet beserta isinya, serta kunci mobil yang biasa kugunakan. “Baju ini pun akan kubuka, jika itu maumu.”Aku melangkah pergi meninggalkan Jovita. “Argh!” Suara teriakan, keramik pecah, dan sumpah serapah menggema di rumah ini. Dengan langkah gontai dan air mata bercucuran, kutinggalkan semua. Menaiki sebuah ojek, aku pergi ke pasar tradisional. Berbekal uang hasil jerih payah selama ini, kubeli satu setel baju yang bahkan harganya tak sebanding dengan sandal jepit yang dipakai Jovita.Berkali-kali aku memilih sebuah cincin untuk Wulan, putriku. Ada rupa, ada harga. Aku kecewa, ha
Terakhir Diperbarui : 2023-05-17 Baca selengkapnya