Home / Romansa / RAHASIA IBU / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of RAHASIA IBU: Chapter 61 - Chapter 70

90 Chapters

Bab 61

Andai kejadian ini di desa, sudah pasti akan membuat warga berkerumun. Namun karena di perumahan elite yang kebanyakan warganya sibuk, jadi tak mengundang perhatian. Perempuan itu menarik napas, menenangkan debaran di dada. Sorot matanya memandang tajam pada Ayah dan Ibu bergantian, hingga terhenti pada perut Ibu. “Jangan-jangan ... anak yang dikandung dia bukan anak Dokter Arya.”“Jovita!” teriak Ayah.Perempuan ini sudah keterlaluan. Pagi-pagi bikin ribut, dan sekarang memfitnah. Karena geram, aku pun angkat bicara, “Nyonya, silakan pergi dari rumahku! Anda sungguh tak beradab.”Kevin yang tak suka dengan sikap maminya, menarik Nyonya Jovita pergi. Sumpah serapah dan makian terus terucap dari bibir, hingga perempuan itu menghilang dari pandangan.Ayah terpaku, menatap keduanya yang berlalu. Kudekati Ayah dan menggenggam tangannya. Ia terlihat tak bersemangat.“Ayah pergi dulu. Terima kasih sudah mengundang Ayah ke sini.” Laki-laki itu menyentuh pipiku. Sorot matanya sendu dan berka
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Bab 62

Ibu dan Ayah Arya mendukung keputusanku. Aku meminta mereka untuk menyembunyikan dari Mas David, karena ini akan menjadi kejutan yang akan aku persiapkan untuknya. Menurut Ayah, keadaanku baik-baik saja, apalagi usia pernikahan kami yang baru beberapa bulan. Perlu waktu untuk menghabiskan waktu bersama. Pil kontrasepsi yang rutin kuminum, segera kuhentikan. Rasanya tak sabar menunggu bulan depan untuk melihat hasilnya dan memberikan kebahagiaan ini pada Mas David.“Kenapa?” tanya Mas David curiga, ketika aku mengajaknya pulang lebih awal. Biasanya aku yang malas pulang, karena ingin bersama Ibu dan bayinya. Namun, sekarang justru kebalikannya.“Wulan ingin sama, Mas,” bisikku sambil menggandeng tangannya memasuki rumah kami.“Kan, kita sudah bersama.”Kucubit pinggangnya, karena tak mengerti juga maksudku. “Bilang, dong, kalau mau. Dengan senang hati, akan aku kabulkan,” jawabnya dengan seringai mesum. Tak apalah jika ia beranggapan aku agresif. Selama ini selalu dia yang memulai,
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more

Bab 63

Keadaan Ayah sudah membaik. Aku sengaja menempatkannya di kamar tamu yang pemandangannya menghadap jalan. Ini lebih baik, daripada kamar sebelumnya yang pemandangannya ke rumah Ibu. Pasti sangat sakit berhadapan dengan cinta yang tak akan bisa diraih kembali. “Ayah akan bekerja,” ucapnya, ketika kami sedang menikmati sarapan pagi.Aku mengerti, Ayah enggan ditinggal sendiri di rumah ini saat aku dan Mas David tak di rumah, apalagi bertetangga dengan Ibu. Rumah yang telah bersatu ini pasti akan membuat mereka mudah bertemu. Aku percaya Ayah tak akan menggoda Ibu, dan Ibu tak akan mengkhianati pernikahan mereka. Namun jika keduanya sering bertemu, bisa menimbulkan fitnah dan dosa.“Ayah, bisakah Ayah mengantar Wulan ke kampus?”Ayah terdiam, kemudian menatapku dan Mas David bergantian. “Ayah harus—”“Untuk apa Ayah bekerja keras seperti itu? Siapa yang Ayah nafkahi?” potongku cepat. Emosiku mulai naik. Kenapa begitu sulit memberinya pengertian? “Ayah cuma—”“Bisakah Ayah tak meninggal
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Bab 64

“Maaf sudah membuat Ayah menunggu lama?” Kehadiran Wulan menyadarkanku dari lamunan. Suaranya yang lembut begitu menenteramkan hati, sama seperti Sri, mantan istriku. Kenangan kami tak banyak, tetapi semua manis tanpa cela. Betapa bodohnya aku melepasnya.“Tidak. Tadi Ayah ikut pengajian kampus.”“Oh, ya?”“Membuang kejenuhan dengan sesuatu yang bermanfaat.”Aku melajukan kendaraan keluar dari universitas bergengsi ini. Aku sangat bangga dengan Wulan, putriku akan menjadi seorang dokter, tetapi hati ini juga sedih karena tak bisa bertanggung jawab membiayai kuliahnya. Allah sangat adil, kesengsaraan 18 tahun, ia bayar dengan memberikan seorang imam yang baik untuk putriku.“Kita makan dulu, Ayah yang traktir.” Kuhentikan mobil di sebuah restoran mewah yang dulu menjadi tempat favorit bersama keluargaku; Jovita, Clarisa dan Kevin. Aku sengaja memilih tempat terbaik dengan pemandangan yang indah. Makanan di sini sangat mahal untuk kantongku yang sekarang, tetapi sebanding dengan cita r
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 65

Aku kaget, dan Jovita terpaku mendengar teriakannya. Bagaimana tidak, Kevin yang lembut, tak pernah menghardik atau berkata kasar sekarang menjadi galak. Dadanya naik turun dengan napas tersengal. Matanya memerah karena marah. Perlahan Jovita melepaskan pegangannya, karena tak sanggup melihat reaksi Kevin yang tak biasa.“Mami jangan memaksa aku. Aku muak tinggal di sini. Aku benci Mami!” Bukan Jovita namanya kalau tidak bisa menang terhadap Kevin. Muka cantik itu berubah menyeramkan, dan terlihat nyalang pada Kevin. Dengan kasar, ditariknya Kevin masuk. Clarisa mengusirku dengan paksa keluar, lalu mengunci pintu rumah.Masih terdengar suara Kevin berteriak memanggil namaku. Untuk kesekian kalinya, aku kecewa karena tak mampu berbuat apa-apa. Tubuh terasa tak bertulang, saat meninggalkan rumah megah itu. Langkah ini terasa berat menuju rumah Wulan. Dari kejauhan, kulihat putriku bersama suaminya yang sudah berdiri di dekat pagar. Raut kelegaan tampak di wajah cantik itu.“Ayah!” Put
last updateLast Updated : 2023-05-28
Read more

Bab 66

Berita kehamilanku cepat menyebar, itu semua karena kebahagiaan Mas David yang tak bisa ia sembunyikan. Rasa bangga karena sukses menghamiliku membuatnya semakin percaya diri. Berbanding terbalik denganku yang kadang merasa malu, apalagi ditanya-tanya tentang usia kandungan, mengidam apa, atau bagaimana rasanya akan jadi seorang ibu. Berbagai makanan dan buah-buahan dari Ibu Mertua telah memenuhi lemari pendingin. Perempuan keturunan Jawa itu sangat bahagia. Wejangan demi wejangan ia berikan, agar aku dan cucunya baik dan sehat. “Kapan periksa lagi? Mama mau ikut lihat perkembangan cucu Mama,” tanya Mama Mertua tak sabar.“Nanti Wulan akan hubungi Mama, jika jadwalnya tiba.”“Wulan sekarang harus hati-hati, ya. Makan yang banyak, jangan lupa minum vitaminnya dan jangan kecapean,” katanya menasihati, kemudian memberikan potongan apel yang sudah dikupas. Dua buah apel fuji ukuran besar masuk ke perutku. Dulu, buah ini sangat sulit kujumpai karena harganya yang mahal. Sekarang apa yan
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Bab 67

Mendengar pengakuan Kevin, kami menjadi kaget. Berbagai pertanyaan diberondong Ayah, hingga laki-laki itu menjadi murka. Dengan muka merah Ayah bangkit, lalu berlari keluar. Kepergian Ayah dengan emosi membuatku takut ia akan khilaf. Kuberikan handuk itu pada Kevin, kemudian menyusul Ayah ke rumah mantan istrinya.Aku tertinggal jauh dari Ayah. Ingin aku berlari, tetapi mengingat di rahimku ada buah cinta kami, akhirnya aku berjalan pelan. Akhirnya suara teriakan terdengar, ketika kaki ini baru saja menginjak rumah Nyonya Jovita. Kulihat Ayah tampak emosi. Dipukulinya laki-laki seumuran dengannya itu tanpa ampun. Dua perempuan yang ada di sana histeris, melihat Ayah menghajar laki-laki itu. “Ayah!” Aku berteriak. Kemarahan Ayah membuatnya tak bisa mengendalikan diri. Entah tenaga dari mana, Ayah menghajar habis-habisan tanpa terpengaruh oleh dua perempuan yang mencoba memisahkan mereka.“Amar hentikan, kamu bisa membunuhnya!” teriak Nyonya Jovita. Ia dan Clarisa mencoba melerai kedu
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Bab 68

Mata ayah mendadak berembun ketika bagian-bagian tubuh Kevin diperlihatkan untuk dilakukan visum. Putra yang sangat ia sayangi kini menjadi bulan-bulanan kekesalan mereka yang tak berhati. Jovita, istri yang sangat ia cintai dan banggakan dengan tega melukai buah hatinya. Johan, lelaki yang ia tolong untuk menggantikan posisinya bertanggung jawab atas dosa masa lalu membalas dengan sikap tak berprikemanusian. “Kita proses kasus ini, Pak,” ungkap ayah Arya memperlihatkan hasil visum yang sudah ada di tangan. “Ini akan menjadi bukti untuk menjerat keduanya masuk dalam jeruji besi.”“Apa tidak berlebihan jika kita memenjarakan mereka?” tanya ayah ragu. “Apa yang membuat ayah ragu?” aku bertanya. Ayah menghela napas lemah, matanya menerawang seperti mengingat sesuatu. “Jovita itu mantan istri dan ibu dari putraku,” lirih ayah.Aku yang berdiri di dekat ayah segera menjauh, begitu cintanya ayah hingga ia buta dengan kebenaran. Bukankah menutupi kesalahan Nyonya Jovita akan membuat ia ta
last updateLast Updated : 2023-06-08
Read more

Bab 69

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya papa datang. Aku memeluk lelaki itu erat. Air mata tumpah ketika memohon padanya untuk membebaskanku segera. Lelaki itu tampak diam seribu bahasa ketika aku mengungkapkan keluh kesah selama di penjara. Bahkan, kesakitan yang aku dapatkan dari napi lain hanya dilirik sekilas saja. “Papa tak menyangka kamu tega memukul Kevin. Dia cucu papa sama dengan Clarisa. Papa sangat menyayanginya.”“Kami memukulnya karena ia sudah berani pada Clarisa, Pa.”Papa menghela napas lemah, “Kevin anak yang baik, rasanya tak mungkin berbuat seperti itu, justru papa meragukan Clarisa. Dari awal dia selalu menang sendiri, sama sepertimu sedangkan Kevin lebih penurut dan baik.”Aku menggeleng mendengar lelaki itu menuduh putriku. “Jadi papa pikir Clarisa jahat?”“Kenapa pula kamu membiarkan Johan memukul Kevin. Seharusnya kamu melarang lelaki itu memukulnya.” Bukannya menjawab, papa malah memojokkanku.“Johan emosi Pa, karena putrinya dikasari oleh Kevin.”Papa terseny
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

Bab 70

Beberapa hari ditahan, pengacara dan orang tua Nyonya Jovita datang ke rumah. Laki-laki paruh baya itu memohon, agar laporan tindak penganiayaan itu dicabut segera dan masalah ini diselesaikan dengan perdamaian.“Tolonglah, Pak David, bujuk mertua Bapak untuk mencabut laporan itu. Jovita sangat stres di tahanan. Belum lagi, para wartawan telah beberapa kali mencari kebenaran berita itu,” ungkap Pak Suganda.“Saat ini, mertua saya tidak di sini, Pak,” Mas David berkilah.Aku tersenyum geli mendengar alasannya. Mas David tak bohong, memang benar Ayah tak di rumah, karena sedang menjeput Kevin ke sekolah. “Kalau begitu, saya minta nomor teleponnya. Agar saya bisa menghubunginya.”“Bukannya Bapak punya nomornya?” Mas David balik bertanya.“Nomor yang itu tidak aktif.”“Oh iya, saya lupa. Putri Bapak mengusirnya tanpa membawa apa pun dari rumah, ya.”Mata laki-laki paruh baya itu memerah mendengar ucapan Mas David. Gestur tubuhnya tak mampu menyembunyikan rasa malu dari laki-laki yang pan
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status