Home / Rumah Tangga / Bersama Tanpa Terpaksa / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Bersama Tanpa Terpaksa: Chapter 71 - Chapter 80

92 Chapters

Bab 71

"Vanela tidak boleh begitu, Sayang! Tidak boleh kasar bicara sama orang tua.""Tapi Opa jahat, Papa! Kata Mama, kita tidak boleh baik sama orang jahat."Devan menahan geramannya agar tidak keluar. Selalu "kata mama" yang keluar dari mulut Vanela, Devan gemas, Eleanora terlalu mendominasi untuk hal baik dan tidak baik."Kalau ada kakek-kakek yang tidak kamu suka, Nela akan bagaimana? Apakah kamu akan bicara tidak sopan juga?""Tentu saja tidak, Papa. Kita harus memperlakukan orang tua dengan baik."Devan menghela napas, anaknya tahu banyak. "Opa juga orang tua.""Kata Mama, kecuali Opa—" Vanela menggeleng, "kecuali Diego Lim. Karena Papa suruh panggil opa, aku panggil opa."Devan tersenyum kecil, berusaha memaklumi. Kemudian ia memeluk dan mencium anaknya. Sekarang mereka hanya berdua di dalam rumah.Sedang Eleanora mengantar Diego Lim ke depan untuk pulang, atas suruhan Devan."Kamu membuat Vanela jadi anak yang berani."Eleanora menggeleng. "Belum seberani itu untuk membunuhmu."Dieg
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Bab 72

Sebulan berlalu, tidak terasa Eleanora menunggu kabar dari Diego Lim dengan sabar. Ia hanya bisa menggerutu karena tidak bisa apa-apa. Ia menyesal telah meminta ayahnya untuk membalas si nenek lampir, karena ia merasa Devan telah merevisi rencana kejam Diego Lim menjadi lebih lembut."Arrgh." Entah mengapa memikirkan itu membuat Eleanora sangat kesal. Kalau begini kan tangannya memang tidak kotor, tapi hatinya kotor, bukankah sama saja? Harusnya ia turun tangan sendiri.Eleanora sedang berada di masa pra menstruasi, di mana ia merasa semuanya tampak menyebalkan. Sehingga ia memutuskan di rumah saja beberapa hari ini. Sementara Devan dan Vanela terus jalan-jalan entah ke mana setiap harinya, pergi pagi pulang malam.Tiba-tiba suara mobil terdengar terparkir di depan rumahnya. Dari suaranya, mobil iti jelas bukan pumya Devan, akhirnya Eleanora keluar dengan kesal.Sebuah mobil box terparkir di depan rumahnya, lalu supirnya datang menghampirinya dan memberikan sebuah surat yang cukup t
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Bab 73

"Aku nggak bisa terima ini, El!" Zia menarik kotak itu dari pangkuan Keenan, lalu mendorongkannya kembali pada Eleanora. "Bukan hanya karena nominalnya yang terlampau besar, tapi juga karena ini adalah pemberian ayahmu."Eleanora tersenyum kemudian berdiri dan masuk ke kamar Vanela. Lalu kembali dengan dua kotak ukuran sama, Eleanora meletakkannya lalu kembali masuk lagi, dan datang lagi dengan dua kotak ukuran yang lebih besar. Hanya bedanya satu masih terbungkus, yang satunya sudah terbuka.Eleanora membuka kotak yang terbuka dari pelapisnya. Ia memperlihatkannya pada Zia, tapi Devan dan Keenan ikut melihat. Mereka semua berdecak kagum. Ada lima kilogram emas batangan di dalam sana."Hadiah ulang tahunku yang kelima. Aku rasa dia korupsi uang kelompoknya.""Jadi semuanya emas sesuai umurmu?" Zia menatap lama emas yang tadi ingin Eleanora berikan padanya.Eleanora mengangguk. "Aku rasa begitu, tapi hanya sampai usia lima tahun." Eleanora menepuk-nepuk kotak hadiahnya yang masih terbu
last updateLast Updated : 2023-03-25
Read more

Bab 74

"Kamu harus kembali tinggal di sini!"Kening Devan mengerut menatap wajah ibunya yang ada di sisi kanan atas di layar ponselnya. Saat ini mereka tengah melakukan panggilan video bersama dua kakak Devan yang lain."Kenapa harus pindah lagi, Bu? Di sini saya sudah nyaman, sudah ada usaha juga.""Nyaman kamu kena musibah terus?""Hanya tidak beruntung saja, Bu.""Di sini kamu tidak pernah celaka, tapi di sana? Hitung berapa kali kamu kecelakaan mobil dan motor selama Eleanora tidak ada. Itu yang kamu bilang tidak beruntung?”Eleanora yang sedang memegangkan ponselnya melotot, spontan Eleanora memukul paha Devan. Ia tidak pernah mendengar itu sama sekali, tidak ada yang memberitahunya kalau Devan pernah beberapa kali kecelakaan saat tidak bersamanya.Devan menghela napas, ia menggenggam erat tangan Eleanora, agar tidak memukulnya lagi, tenaga Eleanora kuat, suka lepas kontrol memukulnya hingga nyeri sampai tulang."Kecelakaan mobil itu karena saya belum mahir, Bu. Jadi, wajar.""Kalau mot
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 75

"Gila!" Devan berdecak melihat baliho iklan perumahan di depannya. Angka 750 juta tercetak besar di sana dan di dahului dengan kata mulai. Membuat Devan semakin tercengang. Ia tidak tahu kalau harga rumah sebesar itu. "Mas, mahal sekali," bisiknya pada Laki yang sedang mengobrol dengan temannya yang entah menjadi apa di proyek perumahan itu.Saat ini Devan dan Laki sudah berada di kantor pemasaran perusahaan elit yang Laki bicarakan tempo hari. Walaupun pembangunannya di seberang jalan sana baru 50%, tapi setelah melihat maket perumahan di depannya, perumahan itu benar-benar layak dikatakan perumahan elit. Yaaa setidaknya di Sulawesi Tenggara termasuk yang paling bagus.Devan dikasih brosurnya, mengenai harga, fasilitas denah rumah, juga tentang DP dan cicilan. Devan benar-benar meringis melihat harganya. Memang rumahnya besar dan bagus, tapi untuk membelinya Devan merasa belum mampu. Lagi pula untuk apa dia punya rumah besar-besar, repot ngurusnya."Yang tipe 36 sudah habis ya?" Deva
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 76

Setiap orang pasti mempunyai rasa cinta dalam hatinya. Entah sadar atau tidak, entah banyak atau sedikit, tetap lah pasti ada. Sama seperti Keenan. Dinginnya ia bukan berarti mati rasa. Karena sekarang ia rindu dengan Zia dan anaknya.Bukan baru sekarang, tetapi sejak ia melangkah keluar rumah meninggalkan Zia dan Baruna dua bulan lalu untuk pergi ke sini ikut Eleanora. Sebenarnya rasa cintanya begitu besar sampai ingin terus bersama dan lengket, tapi tanpa ia sadari pikiran tentang kewajibannya pada Eleanora mendominasi, menutup rasa di hatinya. Dan kini Keenan tidak tahu harus menyesal atau tidak sekarang karena telah meninggalkan Zia dan Baruna sendirian di sana."Kamu kenapa, Bang?"Keenan mendongak, menatap Devan yang duduk di sampingnya."Tidak apa-apa. Cuma gelisah."Devan mengangguk. "Wajar sih ya. Baruna sakit dan Abang tidak di sana."Mata Keenan melebar. "Sakit? Baruna sakit?"Devan membalas menatap Keenan dengan alis naik sebelah, keningnya berkerut merasa heran. "Abang ti
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 77

"Kamu mau ke mana?”Keenan menatap Zia, tepat ke bola matanya yang jernih. Keenan pernah melihat mata itu tanpa riasan, cantik dan Keenan terpesona, tetapi dengan riasannya Keenan malah merasa kasian, Keenan melihatnya berbeda, seperti sedih teramat dalam.Keenan melepaskan tangan Zia yang menahannya. "Ke manapun saya pergi, tidak ada urusannya dengan kamu.""Adain lah!"Keenan mendengkus pelan, dan berjalan meninggalkan Zia. Namun, wanita itu masih mengikuti."Dengan kamu ikuti saya, kamu tidak akan mendapat uang ataupun kesenangan."Zia maju menghalangi jalan Keenan membuat lelaki itu berhenti. "Ada, kayaknya ikut kamu seru."Mata Keenan yang sipit makin menyipit. Sebenarnya ia sedikit mencurigai Zia, ia pikir Zia mungkin adalah orang suruhan Diego Lim. Namun setelah ia amati makin dalam, Ia ragu. Keenan merasa Zia cukup bodoh dan sembrono. Contohnya seperti Keenan yang bisa tahu nama lengkap Zia tanpa perlu usaha lebih.Saat itu Zia mendatanginya dalam keadaan mabuk parah, lalu ter
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 78

Hampir sebulan setelah menikah, hubungan Keenan dan Zia bukannya semakin dekat mereka malah canggung.Mereka belum melakukan hubungan suami istri. Mungkin malu dengan satu sama lain, padahal mereka sudah sama-sama dewasa. Namun suatu malam entah angin apa, mereka sama-sama menginginkannya.Zia sudah terbaring pasrah di bawah Keenan, menikmati rangsangan yang Keenan beri. Jangan berpikir kalau untuk bisa bebas busana, mereka akan saling melucuti dengan brutal. Nyatanya mereka sudah telanjang sejak setengah jam lalu, dan baru beraksi lima menit lalu. Pakaian yang sebelumnya mereka gunakan bahkan terlipat rapi di ujung tempat tidur.Keenan berhenti merangsang Zia. Mata mereka sudah sama-sama sayu, menginginkan lebih. Keenan menatap Zia lama seakan meminta persetujuan, hingga akhirnya Zia mengangguk barulah ia menggerakkan kepunyaannya untuk masuk. Zia sudah sangat basah, tapi entah mengapa Keenan masih kesulitan untuk masuk, bahkan semakin Keenan berusaha masuk, suara tertahan Zia semaki
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 79

"Sayaaaaaaaang!"Devan meringis, dua blok perumahan yang ia tinggali memang belum ramai, masih banyak rumah yang kosong, tapi setidaknya dua rumah di depannya, juga satu di belakang rumahnya sudah ada penghuninya. Bahkan penghuni wanita di depan rumahnya yang kini sedang duduk mengobrol dengan Vanela sampai menoleh karena mendengar teriakan Eleanora yang menggelegar.Devan mengernyit ketika anaknya membisikkan sesuatu pada wanita tetangga itu. Alih-alih menjawab atau mendatangi Eleanora, Devan malah mengamati interaksi Vanela dengan tetangga depan itu. Tetangga depan rumahnya tinggal berdua dengan adiknya, hampir setiap hari terlihat di depan rumah duduk di atas bak sampah tetangga yang masih kosong dengan pakaian rata-rata hitam, paling sering terlihat saat malam hari. Bisa dipastikan perempuan yang seumuran Eleanora itu pasti tidak pandai bergaul. Bisa tampak akrab dengan Vanela saja karena Vanela yang terus lebih dulu menyapa dan menghampiri. Devan tenang membiarkan mereka akrab ka
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 80

"Bagaimana?"Eleanora menunjukan hasil tangkapan layar saat melakukan panggilan video bersama Keenan tadi. Dalam tangkapan layar itu terlihat Keenan sangat marah dengan wajah merah padam, mungkin juga efek matahari yang sedang terik-teriknya.Zia meremas tangannya, ia takut kalau Keenan akan mengamuk padanya. Memang ini ide Eleanora, tapi suaminya itu pasti tidak bisa marah pada Eleanora. Dan sebagai gantinya ia yang akan menjadi sasaran empuk. Memang selama ini ia tidak pernah menjadi tempat pelampiasan, tapi untuk masalah sekarang Zia tidak bisa menjamin, karena masalah ini perannya juga besar.Eleanora menyadari kekhawatiran Zia, ia menggenggam tangan Zia erat. "Nggak apa-apa, tenang aja. Kalau dia macam-macam sama kamu, aku yang akan maju. Sekarang kamu bisa liburan di sini dengan tenang, Keenan tidak akan datang."Zia tersenyum tipis. Ia sendiri juga bingung dengan perasaannya sekarang. Zia rindu pada Keenan, tapi dilain sisi ia belum ingin bertemu. Ia takut kalau ia akan lemah d
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status