Home / Rumah Tangga / Bersama Tanpa Terpaksa / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Bersama Tanpa Terpaksa: Chapter 81 - Chapter 90

92 Chapters

Bab 81

"Gimana liburan?"Keenan melempar boneka Vanela yang ada di kursi ke muka Devan. Devan melempar balik, tidak terima dengan perlakuan Keenan karena bukan dirinya yang mengejek.Tawa Eleanora makin keras melihat Keenan yang kesal. "Kalau ditanya itu dijawab."Keenan menghela napas. Ia menjatuhkam tubuhnya ke sofa berbeda dari yang diduduki Devan dan Eleanora."Kusam dan tampak tua. Padahal anaknya masih bayi."Keenan menutup matanya, ia berusaha menutup telinga. Ia tidak bisa membalas Eleanora, kalau ia serang Devan juga ada pengawalnya yang sejak tadi melihatnya dengan tatapan tidak suka.Tidak jauh dari tempat mereka berkumpul, ada meja belajar Vanela yang sengaja di simpan di sana agar saat mereka berkumpul, Vanela masih bisa ikut sembari belajar. Vanela sesekali melirik tajam Keenan yang telah melempar ayahnya dengan boneka miliknya. Ia tidak suka ada yang menyakiti ayahnya sekalipun itu semut yang menggigit karena takut terinjak."Kalau rindu itu, temuilah, jangan jadi pengecut. Ca
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 82

Sembari menunggu Eleanora selesai di operasi, Rafit terus berkoordinasi dengan Yudi tentang keberadaan Vanela. Lokasi jam tangan Vanela sudah ditemukan, akan tetapi ternyata hanya jam tangan dan barang-barang Vanela saja. Barang-barang Vanela itu di buang di hutan luar kota.Keenan menyuruh Yudi untuk tidak dulu memberitahukan pada Devan. Apalagi Eleanora masih dalam seperti ini. Devan butuh Keenan di sisinya, tapi karena Eleanora belum sadar, Keenan memutuskan untuk memberi obat tidur Devan agar lelaki itu bisa tenang.Karena Keenan diberitahu, kalau dalam setengah hari ini Devan sudah seperti mayat hidup.Tak berselang lama dokter yang mengoperasikan Eleanora keluar, mengatakan operasinya berjalan lancar ada dan Eleanora akan dipindahkan ke ruang inap yang sudah Keenan pilih, VIP. Tadinya Keenan ingin langsung membawa Eleanora pulang, dengan niatan dirawat di rumah, tapi dokter menahan, setidaknya sehari untuk menjaga. Takutnya jika dipindahkan sekarang juga, ada kompilasi atau se
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 83

"Opaaa!" Vanela berlari begitu melihat Diego Lim berada di rumah yang baru pertama kali ia datangi. Mamanya tadi bilang kalau ini rumah Omanya. "Kata Mama, ini rumah mamanya mama. Kenapa Opa bisa masuk ke sini?" tanya Vanela pada Diego Lim dengan polosnya saat sudah dalam gendongan Diego Lim.Diego Lim agak bingung, tapi menjawab juga. "Mama kan anak Opa, mamanya Mama istrinya Opa, jadi ini rumah Opa juga.""Oke." Vanela mendekatkan wajahnya ke telinga Diego Lim. "Tapi Opa, itu tidak penting. Sekarang yang penting, Nela mau jadi kayak Opa."Diego Lim menjauhkan kepalanya, ia ingin melihat ekspresi cucunya itu. Ia tidak mengerti apa yang Vanela maksud."Kata Mama, Opa sangat kuat. Nela juga mau jadi kuat seperti Opa," bisik Vanela lagi memperjelas ucapannya."Vanela kamu bisik-bisik apa?" tanya Eleanora penasaran, ia masuk lebih dalam melewati Vanela dab Diego Lim.Eleanora masuk mengamati rumah ibunya itu, sudah bersih dan rapi, tidak ada lagi sinar matahari yang menembus masuk ke dal
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 84

Keenan sampai di ruang rawat inap Zia dengan napas terengah. Ia di sambut Desi di depan pintu. Zia sudah keluar dari Icu, sudah sempat sadar tapi tapi langsung tidur lagi efek pengaruh obat. Keenan bernapas lega, masuk dengan mata sayu. Ia melihat ke arah sofa bed. Keenan bersyukur Desi cukup peka dengan tidak ragu-ragu memilih kamar inap, sehingga Baruna bisa beristirahat dengan nyenyak meski sedang berada di rumah sakit. Keenan menghampiri Baruna lebih dulu, mengecup kening anaknya cukup lama lalu menghampiri Zia. Lama Keenan memperhatikan wajah Zia yang tampak damai. Meski demikian wajah itu sedang tidak baik-baik saja, ada beberapa memar kecil dan luka gores menghiasi wajah cantik Zia. Mata Keenan memanas. Ia tidak tahu kalau rindunya pada Zia sebesar ini. Ia tahan tangisnya agar tidak terdengar. Dengan ragu-ragu ia mengecup satu persatu luka yang ada di wajah Zia. Berharap luka-luka itu cepat sembuh dan tidak meninggalkan bekas. Bukan karena ia tidak terima jika Zia punya bekas
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 85

Mendengar penuturan Ibu, Zia hanya bisa menghela napas. Sementara itu Devan bersama Yudi mendatangi penjara bawah tanah yang berada di bawah rumah salah satu pengawal. Di sana Damar dikurung. "Siapa namanya?" "Damar, Mas." Keenan menaikkan alisnya. Nama itu terdengar tidak asing, tapi ia tidak ingat siapa orang itu. Ia juga tidak bisa menduga hal gila apa yang sudah ia dan Eleanora lakukan sampai laki-laki itu membalas dendam dengan menculik Vanela. Ketika sampai di penjara itu, barulah Keenan ingat dan mengerti. Damar adalah laki-laki hidung belang yang pernah ia buang atas suruhan Eleanora karena mengganggu ketenangan kos-kosannya dulu dengan Devan. Keenan mendengkus keras, harusnya dulu ia tidak memberi ampun pada laki-laki itu sekalipun memohon sampai menangis darah. "Halo," sapa Damar dengan ekspresi yang menjengkelkan. "Tidak dapat anaknya, dapat suaminya, hmm lumayan," ucap Damar di akhiri tawa yang terdengar sangat memuakkan. Keenan hanya bisa mengepalkan tangan dengan
last updateLast Updated : 2023-03-29
Read more

Bab 86

"Jadi bagaimana, Mas? Apa perlu kita mengirim orang untuk mengecek ke sana?""Jangan, jangan." Keenan menggeleng, tidak menyutujui saran Yudi. "Lebih baik jangan, terlalu berbahaya. Kita tidak tahu situasi di sana seperti apa. Jangan sampai masih ada yang berusaha untuk masuk, atau mungkin lebih parah, kita tidak tahu. Saya tidak mau kalian kenapa-kenapa."Keenan menarik napas sejenak, ia menatap teman-temannya satu persatu. Tidak semua berada di dalam ruangan itu karena beberapa harus tetap berjaga di luar, tapi masing masing dari mereka bisa mendengar percakapan ini dan juga bisa mengutarakan pendapat."Dengar, kalian semua yang ada di sini adalah orang orang yang dipilih langsung oleh Tuan, itu tandanya beliau sangat percaya kalian bisa menjaga anak, menantu dan cucunya. Paham?"Semua serentak mengatakan paham."Jadi saya tidak mau kalian kenapa-kenapa. Apalagi sekarang dua tuan kalian dalam keadaan yang tidak baik, kalau terjadi sesuatu sama kalian, siapa yang akan menjaga dan me
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Bab 87

"Sayang! Kamu bikin apa?" Devan melongok dari semak-semak, melihat Eleanora memetik bunga. "Kenapa kamu petik?" Devan menyayangkan tindakan Eleanora."Bunga-bunganya sudah jelek. Kalau mau tumbuh bunga bunga baru yang segar, bunga yang lama harus disingkirkan. Begitu juga kehidupan Vanela."Vanela terkejut namanya dipanggil ia kira ia sedang bermimpi sekarang, tapi mimpinya cukup indah karena orangnya sadar akan kehadiarannya."Kamu harus membuang kenangan, agar hidupmu terus berjalan."Tiba-tiba pemandangan orang tuanya yang sedang ditaman bunga kini berganti menjadi pemandangan yang setipa hari ini lihat, orang tuanya terbaring tak berdaya dengan tak sadarkan diri.Lalu tiba-tiba lagi pemadangan itu hilang tergantikan ruang putih yang kosong. Vanela berlari ke tempat orang tuanya tadi berada, tapi sepanjang berlari ia hanya menemukan ruang putih yang terasa hampa."Maamaaaa! Papaaaaaaa!" Vanela berteriak sekuat tenaga sampai tenggorokannya habis. Sampai ia terbangun seketika dari ti
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Bab 88

"Papa, Nela kangen," lirih Vanela sembari mengelap tubuh ayahnya. Padahal ia tahu sudah ada yang bertugas menjaga dan merawat orang tuanya, tapi ia tetap ingin berbakti meski sedikit."Nela."Vanela menoleh. Zia datang dengan membawakan makanan untuknya. Vanela menyudahi menyeka tubuh Devan, ia menghampiri Zia yang menata makanannya di meja."Padahal Tante nggak usah repot-repot antar ke sini. Aku kan bisa ambil makan sendiri." Vanela duduk di samping Zia. Ia mengambil air putih yang Zia siapkan, menghabiskannya hingga nyaris tandas."Kapan? Nanti malam?"Vanela tertawa kecil. Zia sudah mengenal Vanela dari kecil. Zia sudah hapal dengan kelakuan Vanela yang kalau sudah masuk ke ruang perawatan orang tuanya ini susah keluar lagi. Kecuali ada buku pelajarannya yang harus dia ambil."Kamu sudah kelas tiga, apa tidak lebih nyaman belajar di kamar?""Iya ini belajar di kamar kan?" Vanela tersenyum menbuat Zia merasa gemas.Padahal maksud Zia, Zia ingin Vanela punya kehidupan lain selain di
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Bab 89

Tidak disangka ujian kelulusan sebentar lagi, kurang dari dua minggu lagi, tapi Vanela tidak pernah belajar. Ia lebih sering latihan bersama Yudi dan pengawal yang lain ketimbang membuka buku pelajaranBanyak yang mengira kalau setelah Vanela berhijab gadis itu akan berubah jadi lembut seperti yang terlihat jelas diwajahnya. Namun sayang hal itu hanya harapan semata. Nyatanya Vanela masih suka sadis, apalagi saat sedang kesal. Gadis itu belum bisa yang satu itu.Beberapa kali saat emosi, Vanela menggunakan salah satu pengawal untuk menjadi tempatnya menaruh objek sasaran saat olahraga lempar pisau atau panahan. Seperti saat ini. Tadi Vanela secara random memanggil salah satu pengawal yang sedang duduk asyik sembari merokok. Pengawal itu tadinya tenang-tenang saja sampai di ajak ke tempat latihan, ia langsung panas dingin.Ketika Eleanora sudah bersiap menarik busurnya, tiba-tiba Keenan datang."Diego Lim datang," bisik Keenan yang langsung dibalas lirikan oleh Vanela."Cukup kasih tah
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Bab 90

Sudah sejak pertengahan SMP Devan tinggal jauh dari orang tua, tapi setidaknya ia tinggal bersama kakaknya yang jauh sudah dewasa. Kepindahannya kala itu karena ingin bersekolah di kota yang katanya pendidikan lebih bagus. Karena mendukung anaknya, orang tua Devan menyetujui. Kehidupan sekolah Devan lancar-lancar saja, ia tidak pernah di bully atau merasakan stres yang luar biasa menggangguk.Kemudian sewaktu awal masuk kuliah, Devan memutuskan hal yang besar, yaitu tinggal sendiri, mempertanggung jawabkan dirinya sendiri dengan tinggal di tempat kos-kosan. Hari-hari tenangnya mulai hilang, kegiatan kampus juga uang bulanan mulai memeras is kepalanya. Beberapa bulan pertama kehidupan Devan di kos-kosan terasa sangat berat baginya.Devan yang tadinya tidak perlu memikirkan uang saku habis, tidak perlu memikirkan kebutuhan hidupnya, kini harus memikirkan semuanya. Karena sudah tidak ada lagi kakaknya yang baik hati yang tidak pernah memperhitungkan uangnya dipakai Devan.Uang yang Laki
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status