Semua Bab Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku: Bab 21 - Bab 30

82 Bab

Meminta Restu

Amarah yang memuncak, membuat dada terasa sesak. Aliran darah pun seakan menghangat. Vela sesenggukan di dalam kamar dengan seribu kepedihan bersama dirinya.“Kenapa malah aku yang jadi nangis begini? Kenapa Mbak Elsa bisa sama Bian sih? Harusnya dia milikku. Dia yang sangat tampan dan sikapnya tak bisa ditebak sudah membuatku jatuh cinta, kenapa malah pergi bersama Mbak Elsa? Harusnya Mas Rio yang menikahi Mbak Elsa, bukan begini!”Air mata yang berlinang menemani Vela yang sedang meratapi nasib buruknya.Ponsel yang tergeletak di atas kasur, tiba-tiba berbunyi. Sambil menghapus air mata, Vela mengambilnya.“Vel, nonton ini deh. Sweet banget tahu!”Sebuah pesan yang menandai Vela pada video segera dibuka.“Mereka! Apa ini! Nggak mungkin! Kenapa Bian melamar Mbak Elsa seromantis ini? Harusnya aku yang mendapatkan semua itu. Bukan Mbak Elsa!”Ponsel yang digenggam, seketika terbang dan terjatuh di atas kasur. Vela melempar ponselnya gara-gara geram melihat adegan yang ada di dalam vide
Baca selengkapnya

Keanehan Lain

“Anda bisa melihatnya langsung di sini.”Rendi menyodorkan map berisi hasil pemeriksaan di atas meja.“Hasilnya jangan sampai mengecewakan, itu harapanku sih,” ucap Elsa seraya mengambil map itu.Secara perlahan, Elsa membuka dan mulai memindai setiap kata yang tertulis dalam surat hasil pemeriksaan yang berada di genggamannya.Senyum Elsa mengembang, ada gerakan mengangguk pelan. Apa yang sedang dibaca, membuatnya merasa senang.“Benar kan, Ren. Tebakanku nggak meleset. Vela bukanlah anak kandung Ayah. Kenapa sejak dulu Ayah nggak pernah curiga ya? Padahal jelas nggak ada kemiripan di antara mereka. Cinta memang membutakan segalanya.”“Lalu, apa rencana Anda selanjutnya?”Dengan wajah yang tetap datar, Rendi punya rasa penasaran juga dengan rencana yang akan Elsa lakukan.“Tentu saja untuk senjata agar Mama Nani nggak banyak bertingkah. Kalau sampai berbuat macam-macam, hasil pemeriksaan ini akan aku berikan pada Ayah dan membongkar identitas asliku juga.”“Baiklah. Semoga saja, renc
Baca selengkapnya

Rekaman CCTV

Elsa bergegas memasuki ruang keamanan yang berisi layar monitor untuk memantau CCTV yang terpasang.“Mbak Elsa? Ada apa ya?” tanya Heru. Dia orang yang sudah lama bekerja di rumah Elsa dan tugasnya memantau keamanan rumah.“Oh, Pak Heru, begini, Pak. Aku mau cari rekaman CCTV sekitar 10 tahun yang lalu. Tapatnya di sekitar tangga. Apa masih ada ya?”Heru tampak terkejut. Seakan mengetahui sesuatu. Ada desiran ketakutan yang menjalar di tubuhnya.“Emm ... itu, Mbak. Ng—nggak ada, Mbak,” jawab Heru terbata-bata.Mendengar jawaban yang terdengar ragu, kening Elsa mengerut. Alisnya hampir menyatu.“Pak Heru nggak berbohong kan? Kalau memang tahu sesuatu, katakan saja, Pak. Nggak apa-apa kok,” bujuk Elsa agar Heru mau mengatakan kejujurannya.Tampak gelisah, wajah Heru mulai pucat. Fokusnya tak bisa ke satu titik. Seakan tak betah dan ingin kabur dari hadapan Elsa.“Pak, kalau Pak Heru memang tahu sesuatu dan itu sangat rahasia, bicarakan saja denganku, Pak. Jangan lihat identitasku, tapi
Baca selengkapnya

Mempertahankan Harga Diri

Itu wanita yang Bian bawa ke hotel kan? Video lamaran secara live juga bareng dia kan? Ngapain dia ada di sini? Memangnya sejak kapan dia ikut arisan di sini? Bikin nggak nyaman saja. Apa sih maunya?Laras hanya bisa berbicara di dalam hati. Ia sangat tidak menyangka kalau bertemu Elsa di arisan yang selama ini diikuti. Padahal pesertanya pun seusia Laras. Seharusnya, Elsa berpikir panjang ketika memutuskan untuk ikut dalam arisan.“Eh, Bu Laras, Bian anak Ibu terkenal banget loh ya? Udah bawa wanita ke hotel, kemarin juga kan, baru aja melamar wanita itu kan? Pakai siaran live segala. Memangnya buat apa sih, Bu? Atau jangan-jangan, wanita itu sudah hamil ya? Bian kan kata Bu Laras mau dijodohkan, tapi malah melamar wanita lain yang sudah dibawa ke hotel. Itu pasti bukan pertama kali. Sudah sering dan akhirnya hamil. Benar kan, Bu?”Tanpa rasa sopan, perempuan berbaju hijau dengan make up super tebal duduk di sebelah Laras dan berbicara sesuka hatinya.“Bu Eni! Jangan asal ngomong ya!
Baca selengkapnya

Berbicara Dengan Calon Mertua

“Awalnya kami memang membicarakan bisnis yang bisa saling menguntungkan, Tan. Kebetulan, hotel yang saya kelola kondisinya berbeda jauh dari hotel-hotel lain yang keluargaku kelola. Saya memang mendapat warisan hotel karena saya anak adopsi. Dengan seperti itu, keluarga yang telah mengadopsi sudah memberikan bentuk tanggung jawabnya dengan membiarkan anak adopsinya mengelola hotel dan terserah mau diapakan. Kebetulan, Hotel Tulip maju pesat dan bertolak belakang dengan hotel-hotel lain yang dikelola keluarga. Aku jadi bisa bekerja sama dengan Bian, Tan. Lama-lama, perasaan itu timbul dengan sendirinya. Akhirnya, kami memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Saya berharap, Tante merestui hubungan kami.”Penjelasan yang cukup panjang itu, dikatakan dengan senyuman manis yang terus menghiasi bibir Elsa.Laras yang mendengarkannya dengan enggan, tak bisa memungkiri bahwa keberanian Elsa tidak bisa dipatahkan begitu saja. Perkataannya pun terdengar masuk akal.“Memangnya ka
Baca selengkapnya

Kebusukan Vela

“Hey! Kamu punya mata nggak sih! Lihat bajuku sekarang kan! Ini jadi kotor gara-gara kamu nggak pakai mata dengan benar! Apa kamu bisa mengganti bajuku ini, ha! Gajian lima bulan aja belum tentu kebeli. Kalau punya mata dipakai dong!”Sebelum Vela mengatakannya, ia melihat ke sekeliling untuk memastikan keadaan memang sepi. Bukan hanya perkataannya yang kasar, ia menoyor kepala pegawai yang sudah tertunduk ketakutan.“Nah, gitu dong, Vel. Jangan biarkan dia bebas begitu saja. Harus diberi pelajaran biar lain kali bisa lebih hati-hati. Punya mata harusnya dipakai dong! Bukan buat hiasan!” Raya memperkeruh keadaan.“I—iya, Mbak. Maafkan saya. Sa—saya benar-benar nggak sengaja dan kurang berhati-hati.” Pegawai itu berbicara terbata-bata. Matanya mulai mengembun saking takutnya.Vela berdecap. Kembali jemarinya menoyor kepala pegawai itu.“Kalau mau minta maaf harusnya yang benar! Aku belum memaafkanmu kalau hanya seperti itu. Nggak bisa ganti rugi bajuku kan? Ini mahal banget, asal kamu
Baca selengkapnya

Mencurigai Leo

“Mana mungkin. Kami sangat direstui kok. Memang gara-gara Mbak Elsa semua jadi rumit. Makanya, Mas Rio harusnya bisa menjaga hubungan mereka, ini malah sebaliknya. Karena sakit hati atau apalah, Mbak Elsa jadi aneh begini. Mas Rio sih, harusnya bisa jaga perasaan Mbak Elsa baik-baik dong, Ra.”Tentu saja, Vela akan mencari-cari target lain untuk disalahkan. Padahal kalau dia mau berpikir, semua penyebab ada padanya. Dia yang memulai sandiwara percintaan antara Rio dan Elsa. Namun, ia tak berpikir jauh kalau Elsa sebenarnya sudah mengetahui segalanya.“Loh, kok malah Mas Rio yang disalahin? Dia juga katanya bingung saat tahu Mbak Elsa tiba-tiba membatalkan pernikahan mereka, Vel.”Agak ragu, Raya tetap menyuarakan ketidakadilan yang dirasakan. Karena kakaknya malah yang harus menanggung semua salah yang Elsa lakukan.“Udah ah! Kita mau lanjut belanja nggak nih? Kalau nggak, aku langsung pulang.” Vela berusaha mengalihkan pembicaraan dengan sedikit ancaman.“Lanjut dong. Ini kan masih s
Baca selengkapnya

Ulah Vela

Bian menghela napas. Ia bersantai sejenak di kursi kerja setelah melakukan pekerjaannya.“Kenapa aku jadi kangen terus sama Elsa ya? Beneran jatuh cinta nih, kayaknya. Tapi, Elsa kayaknya Cuma menganggap pernikahan terjadi gara-gara perjanjian. Tapi, ada yang aneh sama hatiku. Aku ingin segera menikahinya. Mungkin lebih baik aku bawa dia malam ini ke rumah. Harus dikenalkan secepatnya kan? Aku akan menghubunginya.”Setelah berbicara pada diri sendiri dan mengambil keputusan, Bian mengirim pesan kepada Elsa.“El, bagaimana kalau nanti malam aku bawa kamu ke rumahku untuk diperkenalkan kepada keluargaku. Kamu mau kan? Biar pernikahan kita cepat terjadi. Aku kan sudah melamarmu, harus dikenalkan ke keluargaku juga kan? Biar jelas sekalian.”Sudah bercentang dua. Namun, Elsa tak langsung membalasnya. Mungkin memang sedang sibuk dengan pekerjaannya.Sekitar dua jam setelah Bian mengirim pesan, Elsa baru membalasnya. Bian yang sejak tadi menunggu, begitu senang kala Elsa membalas pesannya.
Baca selengkapnya

Tidak Harus Merasa Kesal

“Tante Laras paling suka sama apa, Bi?” tanya Elsa saat di dalam mobil.“Terserah kamu, El,” jawab Bian dengan gampangnya.“Aku kan nggak tahu! Makanya tanya kamu, Bi.” Elsa jadi sewot.“Kan kalian sama-sama perempuan, kenapa tanya sama aku yang jelas-jelas seorang laki-laki?”“Ih! Kamu kan anaknya! Bukankah wajar aku bertanya barang kesukaan mamamu sama kamu?”Elsa mulai cemberut. Ia makin kesal mendengar perkataan yang Bian lontarkan.Bian malah tertawa mendengar tanggapan dari Elsa, serta melihat wajah masam yang Elsa lakukan.“Malah ketawa lagi! Nggak ada yang lucu, Bian! Aku lagi tanya serius. Kamu ini memang anak durhaka ya! Kesukaan mama sendiri malah nggak tahu.” Omelan Elsa memenuhi seisi mobil.“Iya, maaf, maaf. Soalnya kamu lucu gitu sih. Gimana aku nggak ketawa coba? Soal kesukaan Mama, aku memang nggak tahu, El. Nggak pernah cari tahu.”Elsa mendengus kesal. Perkataan Bian sama sekali tidak memberikan jawaban yang diinginkan.“Anak durhaka! Ya udah, kita ke mal aja! Cari
Baca selengkapnya

Perdebatan saat Makan Bersama

Laras yang sejak tadi diam, sebenarnya ikut merasa bangga dengan apa yang didengar olehnya. Elsa wanita yang sangat tangguh. Bahkan, bisa menerangkan secara detail, tanpa ada keraguan sama sekali.Bibirnya tanpa sadar menyimpulkan senyuman tipis. Elsa dan Vela tampak begitu berbeda di matanya. Elsa wanita hebat yang mungkin pantas bersanding dengan anaknya.“Ma, Mbak Elsa keren juga ya? Dia berani ngomong di depan Papah tanpa ragu. Optimis dan percaya diri banget orangnya. Zeta suka, Ma. Berbanding terbalik sama Vela yang jahat,” bisik Zeta.“Ssttt! Kamu nggak usah ikut-ikutan. Nanti malah ada yang dengar. Biarkan itu urusan mereka,” jawab Laras dengan suara lirih pula.“Mama kok, nggak ikut cerewet? Udah setuju ya, sama hubungan mereka?” Zeta sengaja menggoda Laras yang tidak seperti biasanya.“Diam, Ze. Mama lagi lihat perdebatan mereka.”Laras tidak mau mengakui bahwa dirinya sedikit merasa bangga dengan semua penjelasan yang Elsa sampaikan.“Baiklah, Bi. Kalau itu keputusan yang k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status