Home / Pernikahan / Terpaksa Menjadi Madu / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Terpaksa Menjadi Madu: Chapter 41 - Chapter 50

120 Chapters

Egois

“Mala?” Izhar yang baru pulang mendapati Nirmala yang bersama Ayesha di tangga saat itu. Ayesha langsung menatap ke arah Izhar dan menghela nafasnya. Akhirnya pria itu datang. Dengan berat, Ayesha menghadapkan tubuhnya ke arah Izhar. “Aa udah disusulin sampai ke sini, bukannya ini waktunya Aa buat pulang?” tanya Ayesha. Walau sebenarnya nyaman bersama Izhar, hanya berdua, namun Ayesha cukup sadar diri. Dia tak ingin Izhar bersikap tak adil antara dirinya dan Nirmala. Walau dalam kata lain justru dirinya yang tak mendapatkan keadilan itu. Namun apa daya, dirinya hanyalah seorang istri kedua. “Ayesha enggak mau ditemani, kenapa Aa bersikeras buat nemenin Ayesha? Ayesha enggak butuh Aa. Aku yang lebih butuh Aa, aku enggak terbiasa sendiri.” Nirmala menuruni tangga dan mendekati Izhar. Ayesha tak bisa berkata-kata beberapa saat. Dirinya terlalu terbiasa sendiri. Dan itu benar adanya. Berbanding terbalik dengan Nirmala, yang selalu punya siapa pun di sisinya. Suami, orang tua, keluarg
Read more

Kepergian Izhar

“Kalau gitu, Aa tanya sama Ay, Ay harus jawab sejujurnya. Ay enggak apa-apa, kalau Aa tinggal?” tanya Izhar, seraya memandang Ayesha dengan serius. Ayesha terdiam sejenak. Dia mematung saat Izhar bertanya seperti itu. Padahal tadi dia dengan lantang menjawab kalau Izhar bisa pergi begitu saja. Tapi saat Izhar bertanya, hatinya mendadak tak karuan dengan apa yang sebelumnya sudah dia tetapkan. “Bukan itu yang mau kamu jawab? Apa kamu masih enggak setuju untuk melahirkan anak ini?” Yang ditanya mengulum bibirnya pelan. Rasanya sangat ganjal, padahal hatinya sebelumnya teguh untuk menggugurkan bayinya. Hatinya sering kali goyah karena Izhar. Dan Izhar selalu berhasil membuatnya menjadi bingung. “Aa tanya kamu sekali lagi, apa kamu masih enggak setuju untuk melahirkan anak ini? Kenapa kamu bilang Aa egois, apa karena memutuskan sendiri kehendak tentang anak ini yang kamu maksud?” Izhar menunggu jawaban Ayesha. Ayesha diam sedari tadi. Dia tak tahu bagaimana linglungnya perasaan Ayesh
Read more

Yang Datang dari Perasaan

“A Izhar!” Ayesha menatapi suaminya yang hanya menoleh ke arahnya sambil tersenyum. “Tsuk!” Ayesha melebarkan matanya, merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Pandangannya mulai semakin kabur. Kesadarannya perlahan hilang. Matanya menatap ke arah Izhar yang membalikkan tubuhnya bersama Nirmala, bersama dengan bayi yang baru saja diambil paksa. “Ay?!” Ayesha seketika terperanjat kaget dan menatap ke sekitarnya. Ini kamarnya. Bukan ruang tindakan dengan lampu penerangan tepat di atasnya. Di atasnya benar-benar hanya ada langit-langit kamar. “Ay?” Izhar memegangi tangan Ayesha dan memandangi Ayesha yang terbangun dari mimpinya. “Hah?” Setengah sadar dan sepenuhnya linglung, Ayesha memandang Izhar dengan peluh yang terus menetes di wajahnya. “Kamu sakit?” Izhar memegangi pipinya, terasa dingin. Izhar memandang Ayesha cemas. Dia kemudian mengambil tisu dan menyeka kening Ayesha yang berpeluh. Sementara Ayesha masih melirik ke sana dan ke sini, kemudian menatapi Izhar. Tak bertanya ken
Read more

Lebih Baik

“Jaga diri kamu, ya? Jaga kandungan kamu juga!” Ayesha salim pada Izhar dan menatap suaminya sambil menganggukkan kepalanya. Dan Izhar menghela nafasnya sambil tersenyum ke arah Ayesha. Ini bukan pertama kalinya Izhar meninggalkan Ayesha lagi. Dan Ayesha juga mulai terbiasa dengan hadir dan tidak hadirnya Izhar. “Maaf, karena cuman sama kamu di hari Jumat dan Sabtu. Aa bakal bicarakan lagi sama Nirmala, supaya Nirmala mau memberikan hari lain juga untuk kamu,” ucap Izhar. Ayesha mendecak pelan. Izhar juga sudah berkali-kali mengatakan itu. Dia mulai tak percaya Izhar tentang itu, lantaran setiap minggunya masih sama. Izhar hanya datang di hari Jumat saat dia pulang bekerja, sekitar habis ashar hingga malam Minggu. Dari seminggu full, hanya itu kesempatannya bertemu dengan Izhar dan bisa berduaan di rumah yang kini miliknya. “Enggak usah, kalau itu bisa memicu kalian berantem. Karena ujung-ujungnya, Teh Mala pasti nyalahin Ayesha. Berhenti bikin Ayesha terlihat salah di mata Teh Ma
Read more

Senjata Ayesha

“Jadi, sekarang lo memutuskan buat melahirkan anak itu? Tanpa ngerasa keberatan sama sekali tentang apa pun yang terjadi sekarang, atau di masa depan.” Ayesha melirik Devan yang tengah asyik menonton sambil bicara padanya. Mereka berdua duduk di belakang meja depan televisi sambil menonton dan mengobrol. Sudah satu bulan mereka tak mengobrol seperti ini. “Yang terjadi sekarang adalah gue hamil, maka yang seharusnya terjadi ke depannya adalah gue punya anak. Gue mulai belajar nerima keadaan gue sendiri. Tentang punya suami dan bakal punya anak dari suami gue juga. Sejak enggak tinggal sama Teh Mala, rasanya gue lebih mengalami kemudahan ketimbang kesulitan. Ini berbanding terbalik dari waktu gue tinggal serumah sama istri pertama laki gue.” Ayesha lantas terkekeh pelan seraya menikmati makanannya. Devan melihat apa yang dikatakan Ayesha. Toh, Ayesha tampak lebih segar dari kemarin saat dia masih tinggal seatap dengan istri pertama dari suaminya, apa lagi ketika ada mertuanya. “Gue
Read more

Abang VS Mantan

“Devan bawa siapa? Ceweknya?” “Devan udah punya pacar?” “Ayesha kali, biasanya dia bawa Ayesha, kan?” “Enggak, Ayesha enggak mungkin bakal ikut riding malam ini.” Inggit menatapi Devan yang memarkirkan motornya, menatapi gadis yang dibawa Devan malam itu untuk riding. Dan ketika Ayesha turun dari motornya Devan, Ayesha menoleh ke arah sekumpulan orang yang ada di tribun alun-alun. Devan memarkirkan motornya bersanding dengan motor yang lain saat itu. Melihat ada banyak orang yang ikut dan bahkan kawanannya ikut, Ayesha mengangkat tangannya dan melambaikannya tinggi-tinggi sebagai ucapan halo kepada mereka semua. “Si Ay itu!” pekik Argi, pria itu tentu menyadari tinggi Ayesha saat bersanding dengan Devan. Argi tampak tersenyum senang menyambut gadis kesukaannya datang. Dia memandanginya, yang tanpa melepas helmnya berlari ke arah tribun. Diikuti dengan Belia dan Inggit yang turun dari tribun. “Enggak mungkin, harusnya dia enggak di sini,” ucap Belia seraya menghampiri Ayesha. M
Read more

Kurang Perhatian

“Aa, ke depannya apa bakal gini terus?” Nirmala memandang Izhar dengan sebal, lagi. “Apanya?” Izhar yang tengah menyiapkan beberapa pakaian untuk kepergiannya di hari Senin. “Aa sekarang punya dua istri, waktu buat aku udah terbagi sama Ayesha, tapi Aa masa terus-terusan ke luar kota, sih?” Nirmala kesal hanya karena Izhar akan bepergian lagi. “Kan, Aa harus kerja, Mala. Kalau Aa enggak kerja, biaya lahiran kamu nanti, siapa yang tanggung? Biaya lahirannya Ayesha juga, nanti siapa yang tanggung?” Izhar berusaha memberinya penjelasan dengan halus, dia cukup sabar untuk menghadapi Nirmala.“Dan ke depannya juga kita bakal gini terus. Kita enggak pernah cuman benar-benar berdua sejak ada Ayesha, A! Aa kenapa enggak cerai aja sama Ayesha selagi kemarin itu masih keputusan Ayesha?” Nirmala lagi-lagi mengungkit hal yang sudah sering jadi bahan obrolan mereka.“Mala, kamu tahu sendiri kalau Ayesha lagi hamil, enggak mungkin Aa ceraikan begitu saja.” “Dia beneran hamil, emang? Kok, aku ra
Read more

Didekati Mantan

“Kalau lo jomblo, boleh dong, gue deketin secara terang-terangan?” tanya Argi. Ayesha terdiam sejenak. Toh, Izhar hanya akan datang sesuai waktu yang ditentukan Nirmala. Dirinya bisa bepergian dengan bebas selama tak ada Izhar. Untuk bertemu Argi bukan hal yang sulit jika memang Argi akan memacarinya. Izhar tak akan punya banyak waktu untuknya. Lain dengan Argi. Namun, Devan pastinya tak akan setuju tentang ini. “Hahaha, sa ae lo, udang!” tawa Ayesha, dia menggunakan panggilan udang yang merupakan panggilan Ayesha pada Argi saat mereka masih berpacaran.“Udang? Lo masih ingat juga ternyata, tentang panggilan itu,” gumam Argi, dia menatap Ayesha semringah, karena tahu jika Ayesha kelihatannya memberikannya ruang untuk mendekatinya. Ayesha menganggukkan kepalanya. Dia teringat Devan. Devan tak boleh tahu jika Argi mendekatinya secara terang-terangan dan Devan tak boleh tahu jika dirinya yang membuka celah untuknya. “By the way, kayaknya kita harus balik. Gue khawatir Devan bakal mar
Read more

Hadiah Lingerie

Tanpa sepengetahuan Devan, Ayesha dan Argi sering kali bertemu dan jalan-jalan bersama. Dan Devan yang sibuk dengan menjadi coach untuk para pemain badminton dari generasi baru. Devan terlalu sibuk dengan jadwal barunya melatih anak-anak yang orang tuanya rela membayarnya cukup mahal. Makanya, Devan jadi kurang memperhatikan Ayesha lagi. Sementara itu, Izhar sendiri tak pernah curiga pada Ayesha. Dia yakin jika Ayesha bukan tipe orang yang mudah didekati pria lain dan bukan wanita yang haus akan perhatian lawan jenisnya. Jumat sore adalah jadwalnya Izhar datang. Ayesha bersikap seperti biasanya, tak menunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan dari minggu kemarin. Begitu Izhar datang, Ayesha menyambutnya dan salim padanya, juga sudah menyediakan makan malam baginya. “Ay, besok jadwal kamu USG, ya? Tepat tiga bulan?” Izhar menatapi Ayesha saat sedang makan. “Oh, iya. Hampir lupa.” Ayesha tampak sibuk dengan handphonenya, dia tengah meladeni Argi, berbalas pesan dengannya, karena bagin
Read more

Ada Pria Lain?

Alunan syahdu suara Ayesha memenuhi rumah sore itu. Sejak kehamilannya, yang dia rasa adalah tubuhnya lebih bergairah dari biasanya. Apalagi titik yang sebelumnya tak sensitif, menjadi sensitif dan titik yang sudah seharusnya sensitif menjadi lebih sensitif.Izhar mulai semakin mampu membuatnya kewalahan. Dan mungkin permainan itu tak akan berhenti di situ. Haya berhenti sesaat untuk segera mandi dan sholat magrib kemudian permainan berlanjut setelah sholat isya. Memang biasanya seperti itu. Itulah kegiatan mereka setiap kali bersama. Yang membuat Ayesha tak pernah menolak Izhar lagi adalah karena setelah melakukannya, tubuhnya tak terasa pegal atau nyeri lagi. Justru membuatnya tidur lebih nyenyak dari biasanya dan bangun dengan keadaan segar. Jika bisa, dia mungkin meminta Izhar melakukannya setiap hari. Melihat Ayesha yang tidur sangat lelap setelah permainan mereka, Izhar mengusap pelan kepala Ayesha. Senang rasanya saat Ayesha semakin menerima dirin
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status