“Yakin lo, enggak mau ke dokter?” Devan hendak berangkat turnamen saat itu, memastikan jika Ayesha baik-baik saja sendirian di rumah kakeknya. “Iya, gue udah ngerasa baikan. Nih, pegang!” Ayesha memegangi tangannya Devan dan menaruh punggung tangannya di keningnya, menunjukkan jika demamnya sudah turun. “Mending lo di rumah gue, deh. Dari pada di sini, enggak ada yang jaga lo. Gue bilang bokap nyokap dulu, deh. Gue yang cerita.” Devan mengambil handphonenya dan hendak menelepon orang tuanya. “Dev, jangan!” Ayesha mencegahnya. “Emang kenapa, sih?” Devan mendecak. Ayesha terdiam sejenak dan menghela nafasnya. Dia telah membuat Devan penasaran, karena dia sebenarnya tak ingin menceritakan hal ini pada Devan. Entah kenapa tapi dirinya tak bisa. Namun sambil memandangi lengannya yang masih di perban, Ayesha menunjukkannya pada Devan.“Luka ini ... Gue udah cerita kenapa bisa, kan? Gue enggak sengaja, tapi yang luka karena kejadia
Baca selengkapnya