Home / Pernikahan / Pengantin Pengganti Calon Ipar / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pengantin Pengganti Calon Ipar: Chapter 101 - Chapter 110

117 Chapters

101 | Max Semakin Aneh

Menyadari suaminya tidak memperhatikan prosesi pemakaman, Aliya menoleh padanya dan bertanya, "Ada apa, Argan? Apa ada masalah?"Argan menatap istrinya itu. Dia memberikan gelengan kepala sebagai jawaban."Hanya memperhatikan beberapa lalat yang membuat kericuhan," ucap Argan. Ekspresinya tampak sedikit kesal."Benarkah?" Aliya mengedarkan pandangan. Mencari tahu kericuhan apa yang dimaksud suaminya. Tapi, Aliya menemukan keadaan yang tenang. Semua orang memperhatikan proses pemakaman dengan baik. "Ku rasa tidak ada masalah apapun.""Itu karena sejak tadi kamu terlalu fokus memperhatikan jasad ayahmu yang dimakamkan," ucap Argan, seraya mengusap kepala istrinya itu. Aliya bahkan tidak terganggu dengan suara di sekitarnya. Pikirannya mungkin hanya terpaku pada ayahnya yang kini siap dikebumikan."Ku rasa, ayahmu juga akan bahagia di sana." Argan berusaha menghibur istrinya yang tampak sedih melihat ayahnya tiada. "Apalagi jika melihat kedua putrinya hidup dengan bahagia.""Rasanya akan
Read more

102 | Mengadu pada Ibu

Kirana menoleh ketika seseorang membuka pintu ruangannya. Ada Aliya yang masuk dari sana, bersama Alison dan juga Argan. Ini pemandangan yang sedikit mengejutkan untuk Kirana. Karena selama ini ia tidak pernah melihat dua putrinya itu rukun seperti ini. Yang terjadi selalu pertengkaran tiap kali mereka bertemu. Atau lebih tepatnya, Alison yang memancing keributan dengan Aliya."Hai, Bu," sapa Alison. Dia duduk di kursi yang ada di samping brankar. Ekspresi wajahnya tampak cemberut.Sementara Aliya dan Argan memilih duduk di sofa. Mereka memberi kesempatan pada Alison untuk bicara dengan ibunya."Bu, aku benci dengan suamiku. Akhir-akhir ini dia berubah. Dia mulai perhatian. Tapi sikapnya justru membuat aku bergidik ngeri tiap di dekatnya. Bayangkan saja, Bu. Dia mulai tersenyum padaku. Memanggilku dengan mesra, dan bersikap posesif. Aku rasa dia sudah gila." Alison berceloteh. Dia mengeluarkan keluh kesahnya pada ibunya. Selama ini ia memang tidak bisa diam saja saat ada hal yang memb
Read more

103 | Tindakan Gila Max

Alison terpaksa mengikuti Max karena takut jika pria itu akan semakin marah jika ia tak menurut. Padahal rasanya Alison ingin melarikan diri. Tapi ia tidak berani. Saat ini Max terlihat sangat menakutkan."Sudahlah, Alison." Max menghela napas lelah. Dia sudah bersikap baik, meski tadi memang sempat membentak istrinya itu. Tapi kini emosinya mulai mereda. Sikapnya sudah kembali seperti semula. Namun Alison tetap saja bersikap seperti kelinci yang akan ditangkap. Dia terlihat ketakutan."Apa wajahku begitu menyeramkan di matamu? Kenapa kamu terus bersikap seperti itu?" Max cukup kesal melihatnya. Padahal tadi dia tidak memarahi Alison dengan serius. Ia hanya main-main. Itu ia lakukan hanya supaya Alison berhenti memberontak padanya. Bukankah terasa lebih mudah saat perempuan itu patuh padanya? Tapi kenapa dia harus menunjukkan ekspresi takut saat menatapnya?"Aku tidak mau ikut bersamamu," ucap Alison bergumam."Apa? Coba katakan sekali lagi." Max sebenarnya mendengar dengan jelas apa
Read more

104 | Pertengkaran

"Apa kamu sudah mendengar kabar tentang Addyson?"Morgan melirik istrinya yang baru bertanya. Ekspresi wajahnya tampak antusias. Ya, dia selalu seperti itu setiap kali membicarakan kejatuhan hidup orang lain."Tentang dia yang mati bunuh diri?" balas Morgan. Ia sebenarnya tidak terlalu peduli. Lagipula, itu bukan urusannya sama sekali.Morgan tidak seperti istrinya yang akan dengan semangat membicarakan orang lain. Entah itu tentang kebaikannya atau tentang keburukannya. Selama ini Morgan hanya peduli pada hidupnya sendiri. Ia tidak peduli pada kehidupan orang lain."Ku dengar dia terlilit hutang yang sangat besar. Dia jadi stress sampai tega menyakiti istrinya," ucap Carla berceloteh. Dia menceritakan padahal Morgan sama sekali tidak ingin tahu tentang itu. "Istrinya hampir mati. Dia sekarang berada dalam perlindungan keluarga Alfred. Mereka bodoh karena mau-mau saja membantu keluarga miskin itu," cibir Carla."Memang kenapa? Tidak semua orang seperti kita," ucap Morgan. Dia sendiri
Read more

105 | Membalas Carla

Max dan Alison baru tiba di rumah. Sejak tadi Alison masih setia mencebikkan bibirnya. Sepertinya sikap Max sebelumnya masih membuatnya kesal. Tapi, Max tidak merasa keberatan dengan ekspresi yang dikeluarkan perempuan itu. Dia tampak menggemaskan.Kala mobil mereka berhenti, Alison langsung turun tanpa menunggunya. Max yang melihat itu hanya bisa terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya.Lalu ia bergegas menyusul istrinya itu. Max masih ingin melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda karena gangguan dari Argan."Ku dengar ayahmu mati."Langkah Max berhenti sesaat kala ia mendengar suara ibunya. Dia melihat wanita itu berdiri di depan Alison, tampak tertawa dengan sinis."Dia bunuh diri, bukan? Sungguh menyedihkan."Ini tidak benar. Jika dibiarkan, bisa-bisa Alison mengamuk seperti harimau yang kehilangan anaknya. Ibunya tidak akan bisa menanganinya. Jika Alison sudah mengamuk, dia tidak akan bisa dihentikan dengan mudah."Ibu, apa yang Ibu katakan?" tegur Max. Ia berdiri d
Read more

106 | Mengancam untuk Pergi

Max menemui istrinya di kamarnya. Bisa ia lihat Alison yang berdiri membelakanginya. Tangannya tampak bergerak di wajah, sepertinya dia menghapus air matanya. Apakah perkataan ibunya tadi menyakiti hatinya?Max menghela napas. Dia merasa bersalah. Karena bagaimana pun, wanita yang menyakiti istrinya itu adalah ibunya.Max menghampiri istrinya, dia membalikkan tubuhnya dan mendekapnya hangat."Maafkan aku," ucap Max dengan tulus."Bullshit! Kemana saja kamu selama ini, huh?!" Alison mendongak, menatap Max dengan tajam. "Tiap kali ibumu mencari masalah, kamu bahkan tidak membantuku.""Aku selalu membantumu. Bahkan ayah juga," sangkal Max. Ya, ia dan ayahnya memang sering mengambil tindakan jika ibunya sudah mencari masalah. Tapi, mereka melakukannya secara perlahan. Mereka tidak mungkin langsung menegurnya dengan keras. Hal itu malah akan membuat ibunya semakin murka. Dia tidak akan berpikir. Orang sepertinya hanya akan mau menang sendiri. Dia selalu membenarkan apapun yang ia lakukan.
Read more

107 | Keputusan Morgan

Morgan menoleh saat saeseorang membuka pintu ruangannya dan menerobos masuk. Ternyata orang itu adalah putranya sendiri. Ekspresi wajahnya tidak terlihat baik. Sepertinya suasana hatinya sedang buruk saat ini."Apa yang harus aku lakukan, Ayah? Sikap ibu selalu saja seperti itu!" keluh Max, tampak frustasi."Sebenarnya ada apa?" Morgan menanggapi dengan santai. Dia bicara sambil tetap melakukan pekerjaannya."Istriku berkata ingin pergi karena sikap ibu!"Gerakan tangan Morgan seketika berhenti. Dia melirik putranya yang tampak kalut. Ya, Morgan bisa melihat jika hubungan antara anak dan menantunya itu sudah mulai membaik. Pasti berat bagi putranya itu jika istrinya sudah mengancam akan pergi."Dia tidak mungkin pergi. Dia mungkin hanya mengancam."Perempuan biasanya seperti itu. Mereka mengatakan omong kosong hanya untuk menarik perhatian."Tidak mungkin?" Max mendengus kasar. "Dia membawa koper dan mengambil semua pakaiannya. Apakah harus aku diam saja dan berpikir dia hanya berpura
Read more

108 | Mengidam

"Argan!"Tidurnya terusik saat suara itu terdengar. Argan berusaha melanjutkan tidurnya. Dia masih sangat mengantuk. Tapi ...."Argan!"Lagi-lagi seseorang berseru memanggilnya. Bukan hanya suaranya, tapi guncangan yang ia berikan juga membuat Argan terpaksa membuka mata.Emosi yang semula berkumpul seketika menguap saat mengetahui istrinyalah yang membangunkannya.Aliya duduk di depannya, tampak mengembungkan pipinya kesal."Kenapa kamu susah sekali dibangunkan?" keluh perempuan itu. Dia sudah mencoba selama beberapa menit, tapi tidak berhasil. Aliya nyaris menyerah. Tapi tujuannya membuat Aliya gigih untuk terus membangunkan suaminya itu."Ada apa, sayang? Apa kamu butuh sesuatu?" tanya Argan."Aku ingin es buah," pinta Aliya."Ha?" Sesaat Argan tercenung, dahinya mengkerut bingung. Perlu waktu beberapa detik baginya untuk memcerna apa yang dikatakan istrinya."Es buah?" tanya Argan memastikan. Pria itu melirik jam di dinding, melihat kemana jarumnya menunjuk. "Ini masih jam dua pag
Read more

109 | Rumah Baru

Alison turun dari mobil, dia menatap rumah yang berdiri di depannya saat ini. Apakah ini akan menjadi tempat tinggal barunya yang bersama Max? Alison sedikit tak percaya jika ayah mertuanya akan menyiapkan semua ini. Padahal Alison sudah siap untuk menerima kemungkinan terburuk. Atas tindakan beraninya tadi, ia pikir akan ditendang dan dipaksa untuk bercerai."Max, apakah ayah marah?" tanya Alison khawatir. Tujuannya pindah ke rumah ini masih dipertanyakan. Meski Max berkata jika ini memang keinginannya dan ayahnya juga sudah memberi ijin, tetap saja Alison tidak bisa bercaya begitu mudahnya. "Apa sebenarnya kita diusir?""Bicara apa kamu ini?" Max terkekeh kecil. Dia menggelengkan kepalanya.Apa Alison khawatir dengan tindakannya sebelumnya? Bukankah tadi dia begitu berani seperti tidak takut akan resiko yang akan ia terima? Lantas kenapa sekarang dia menciut ketakutan?"Ayahku tidak marah sama sekali. Dia tampaknya merasa bersalah." Max mengatakan apa yang ia pikirkan. Ayahnya meman
Read more

110 | Hari yang Baru

Ini pagi pertama bagi Max dan Alison di rumah baru mereka. Suasana pagi menyambut hangat keduanya. Jika bukan karena jam wacker yang berdering, mereka mungkin tidak akan terbangun saking nyenyaknya tidur."Aku suka suasana pagi ini," ucap Alison baru selesai membersihkan diri. Masih dengan bathrobe di tubuhnya, perempuan itu merentangkan tangannya sembari memejamkan mata di halaman belakang, menikmati udara segar."Sayang, apa kamu melihat kemejaku?" tanya Max mengacaukan kegiatan Alison.Perempuan itu menurunkan tangannya dan mendengus. Dia pun segera menemui suaminya yang baru saja berteriak itu.Saat tiba di kamar, Alison melihat pria itu tengah menggaruk belakang kepalanya, menghadap ke lemari. Dia terlihat bingung menatap jejeran pakaian di depannya."AL-"Max yang baru hendak kembali berseru, seketika mengatupkan mulutnya saat melihat keberadaan istrinya yang berdiri di ambang pintu sembari bersedekap.Bukannya terlihat menakutkan, saat ini istrinya justru terlihat sexy. Damn!A
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status