Semua Bab Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang: Bab 91 - Bab 100
158 Bab
Rencana Pandya
BLAAAR!Suara kedua tenaga dalam yang saling bertubrukan terdengar menggema di seluruh area gunung. Semua hewan-hewan yang tinggal di tempat itu, langsung pergi berlari terbirit-birit—setelah merasakan sisa gelombang energi yang telah meratakan area tempat pertarungan Pandya dan Gala.Gala yang sudah menyatu dengan jurus terlarang langsung menyerang Pandya, untunglah tenaga dalam yang digabungkannya dengan Sakra dapat menahan serangan itu. Pandya yang baru merasakan tenaga dalam sebesar itu cukup takjub. Namun, dia juga merasakan perasaan khawatir disaat bersamaan.'Bagaimana setelah ini Sakra?' tanya Pandya yang mulai panik.'Tenanglah! Seperti yang aku katakan sebelumnya, jurus terlarang juga memiliki kelemahan.' Sakra mencoba menenangkan.'Lalu apa kelemahannya? Aku tidak melihat kita bisa melawannya dengan kekuatannya yang seperti itu?!' sanggah Pandya meragukan.'Lihatlah! Dia juga membutuhkan waktu untuk bisa melakukan serangan berikutnya, jadi kita bisa melawannya di jeda waktu
Baca selengkapnya
Rumor Yang Menyebar
Pandya tidak menjawab pertanyaan itu dan hanya tersenyum miring, sambil menggendong tubuh Gala di pundaknya. Dengan jurus meringankan tubuh, Pandya langsung berpindah tempat dalam satu hentakan kaki.Sakra yang sejak tadi melayang, langsung mengikuti pergerakan Pandya tanpa kesulitan sedikitpun. Hanya dalam beberapa langkah, Pandya berhasil sampai di tempat para pengikutnya berkumpul.Semua tatapan langsung mengarah pada Pandya, beserta seseorang yang kini sedang ada di pundaknya—yang mereka yakin jika itu tubuh Gala yang telah menggunakan jurus terlarang. Senyuman mengembang pada semua wajah para pengikut, karena senang pada akhirnya sang pangeran berhasil mengalahkan seseorang yang menggunakan jurus terlarang yang terkenal sangat kuat itu."Apa Pangeran baik-baik saja?" tanya Atreya khawatir, walaupun dia tahu jika pada akhirnya Pandya berhasil mengalahkan Gala."Aku baik-baik saja seperti yang kau lihat. Bagaimana dengan kalian semua?!" tanya Pandya sambil mengedarkan pandangan ke
Baca selengkapnya
Rencana Baru
Akandra bertanya pada diri sendiri, masih menundukkan kepalanya memberi hormat. Padahal, Pemimpin Padepokan hanya akan datang ke akademi disaat penerimaan murid atau acara besar tertentu. Namun, kini beliau datang secara tiba-tiba dengan aura yang sangat menekan.'Sepertinya memang ada yang tidak aku ketahui. Mereka terlihat masih tenang, walau hal yang mengejutkan seperti ini terjadi,' pikir Akandra sambil ujung matanya melirik gerak-gerik semua orang yang ada di ruangan itu.Pemimpin Padepokan duduk di kursi yang memang disiapkan untuk dirinya. Sedangkan para guru dan tetua ikut duduk mengikuti sang pemimpin.KRIEEET!Suara decitan kursi yang ditarik secara bersamaan membuat Akandra semakin cemas. Dia yang masih khawatir dengan kondisi Pandya, tidak bisa berbuat apapun saat ini. Dan dia hanya bisa mengikuti perintah tidak langsung itu untuk ikut duduk di kursinya.Sang pemimpin yang kini berada di ujung ruangan sebagai pusatnya, terlihat secuil amarah di wajahnya. Entah alasan apa y
Baca selengkapnya
Suara Gala
BRUUK!Murid itu tidak memberikan jawaban, dan hanya menjatuhkan seseorang yang ada di gendongannya dengan kasar. Danar yang melihat sosok yang dijatuhkan adalah Falan yang sudah tidak sadarkan diri, cukup terkejut walaupun hanya beberapa saat—yang langsung ditutupinya dengan kembali bersikap biasa."Falan?" tanya Danar tanpa membutuhkan jawaban.BRUUK!BRUUK!BRUUK!Para pengikut murid itu juga menjatuhkan orang-orang yang mereka panggul sejak tadi. Wajah orang-orang yang sedang terkapar tidak sadarkan diri, membuat Danar cukup tercekat."Dipta, Atreya…, Bukankah mereka semua para pengikut Pandya?" tanya Danar memastikan."Benar Pangeran. Mereka semua pengikut Pangeran Pandya," jawab murid itu dengan santai."Lalu siapa dia?" tanya Danar kembali sambil menunjuk salah satu orang yang tergeletak dengan penutup wajah—yang sama seperti yang digunakan murid itu."Dia Pangeran Pandya." Murid itu menjawab singkat."Pandya?! Bagaimana kau bisa melakukannya?" sahut Danar dengan senyum lebar m
Baca selengkapnya
Persiapan Pertarungan
Pandya memberi perintah kepada Atreya dan Dipta menggunakan telepati, untuk mengumpulkan semua pengikut ke lahan kosong dekat ruang pelatihan. Dia meraih sebuah kain hitam bekas pakaiannya yang sudah tidak terpakai, dan merobeknya menjadi beberapa bagian.SHIIIIING!TAAAP!WHUUUSH!Dalam beberapa gerakan, Pandya berhasil sampai ke lahan kosong yang dia maksud terlebih dahulu. Sambil menunggu para pengikutnya, dia kembali melatih perubahan suara yang dia berhasil coba sebelumnya.'Sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan suara ini,' ucap Pandya pada Sakra yang terbang di hadapannya.'Yah, memang lebih baik dari sebelumnya. Tapi, sebenarnya apa rencanamu dengan suara itu?' tanya Sakra penasaran.'Kau juga akan tahu nanti. Aku malas jika harus menjelaskan berkali-kali,' jawab Pandya santai sambil memamerkan deretan giginya.'Terserah kau saja!' teriak Sakra merajuk.Tepat saat Sakra masuk ke dalam sarung pedangnya, para pengikut Pandya terlihat mulai mendekat. Ada perasaan menggelitik
Baca selengkapnya
Pertarungan 2 Pangeran
(Kembali saat ini)"Kau tidak perlu tahu, saat ini lebih baik kau pikirkan dengan cara apa kau akan melawanku!" jawab Pandya kembali menyerang Danar.Danar cukup terkejut mendapat serangan mendadak, hingga dia hanya bisa terdorong sambil bertahan selama beberapa saat. Darahnya yang terus keluar dari bekas tebasan pedang Pandya, tidak mau berhenti walaupun dia sudah merapalkan mantra penyembuhan."Kau tidak akan bisa menyembuhkannya semudah itu! Aku sudah membubuhkan racun pelumpuh di pedangku, jadi nikmati saja rasa sakitnya!" ucap Pandya sambil menyeringai."Ternyata kau mempersiapkannya dengan cermat, tapi aku tidak akan kalah hanya karena racun seperti ini!" jawab Danar sambil menatap Pandya dengan tajam.Merasa kesal, Danar kembali menyerang Pandya. Kini dengan beberapa mantra untuk menggerakkan beberapa pedang sekaligus.TRAAAANG!WHUUUSH!BAAATS!CTAAAK!BUUUUK!Serangan dan pertahanan yang berjalan cukup lama, membuat pergerakan Pandya mulai sedikit melambat. Melihat celah itu,
Baca selengkapnya
Pengampunan
TRAAANG!TRIIING!BHUUUM!BAAATS!Belum ada tanda-tanda pertarungan antara Danar dan Pandya akan berakhir. Padahal, di sisi lain gunung terlihat seluruh pengikut Danar sudah berhasil dilumpuhkan oleh pengikut Gala. Walaupun, hampir semua murid memiliki luka di tubuhnya.Pandya seperti dapat membaca setiap gerakan Danar. Dia menangkis, menghindar dan menyerang disaat yang tepat. Walaupun, hingga kini belum ada satupun dari mereka yang berhasil mengalahkan lawannya."Sepertinya kau tidak terkejut dengan kondisi Gala tadi, apa kau mengetahuinya sejak awal?" tanya Pandya mencoba membuyarkan fokus Danar, sambil menangkis serangan dari Danar.Namun, Danar sama sekali tidak terpengaruh dengan pertanyaan Pandya. Dia masih memasang ekspresi wajah yang sama dan masih terus menyerang."Atau jangan-jangan kau juga mempelajarinya?!" tanya Pandya lagi.Kali ini mata Danar sedikit bergetar, walau hanya sesaat—tapi Pandya dapat menangkap perubahan itu.'Sakra! Kau lihat itu lagi?! Aku yakin pertanyaan
Baca selengkapnya
Sistem Kasta
"Apa kalian sudah mengambil papannya?" tanya Pandya setelah bergabung dengan para pengikutnya."Kami mendapatkan 2 papan, Pangeran." jawab Atreya sambil memperlihatkan 2 papan ruang latihan yang dibawanya."Kerja bagus!" ucap Pandya sambil tersenyum puas.Sudut matanya melihat para pengikutnya dan pengikut Danar yang terluka. Dia tidak menyangka jika perasaannya menjadi sangat buruk melihat hasil dari pertarungan tadi.Padahal, disaat ini seharusnya dia ikut berbahagia atas kemenangannya. Tapi, nyatanya perasaannya malah lebih buruk dari sebelumnya. Dia merasa tidak jauh berbeda dengan para saudaranya selama ini, walaupun sebenarnya dia tahu jika pertarungan seperti ini tidak akan terelakkan di kemudian hari."Kalian bawa semua murid yang terluka, termasuk Danar yang membutuhkan pertolongan segera! Tapi, kalian juga kabarkan kepada semua pengikut Danar, untuk memilih setia atau bersumpah setia kepadaku!" Perintah Pandya sambil menatap ke arah tubuh Danar yang masih terkapar."Setelah s
Baca selengkapnya
Ajaran Air
"Apa usul yang kau pikirkan?" tanya Pandya menatap ke arah Raka.Semua tatapan juga mengarah pada Raka, karena menunggunya menyampaikan usul yang membuat mereka semua penasaran."Karena sebelumnya Faruq membutuhkan dua papan untuk kelompoknya, dan dia sudah mendapatkan satu sebelumnya—kita bisa memberikan salah satu papan itu kepada mereka," jawab Raka sambil mengalihkan pandangan pada Faruq dan kelompoknya.Pandya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju sambil ikut menatap ke arah Faruq dan kelompoknya. "Tapi apa di kelompok kalian masih ada pemimpin kelompok selain Faruq?" Pandya bertanya untuk memastikan.BAATS!Salah satu murid mengangkat tangannya tiba-tiba. Awalnya, Pandya mengira jika murid itu ingin menyampaikan sesuatu. Tapi, nyatanya murid itu mengangkat tangan karena bermaksud menjawab pertanyaan Pandya tadi."Saya juga pemimpin kelompok, Pangeran! Papan saya direbut oleh kelompok lain, karena waktu itu kelompok kami dikeroyok setelah Pangeran Atreya meninggalkan kelomp
Baca selengkapnya
Pedang Tajam
"Bagaimana kalau kita tawarkan pada para pengikut Pangeran Danar? Bukankah diantara mereka pasti ada yang berusaha untuk bertahan?" usul Dipta menanggapi ucapan Pandya."Apa mereka bisa dipercaya? Bagaimana jika mereka malah menjadi mata-mata nantinya?!" Candra menyanggah usul Dipta dengan wajah polosnya.Pandya tidak merespon ucapan mereka berdua. Karena menurutnya ucapan Dipta tidak salah, tapi ucapan Chandra juga ada benarnya.Walaupun sebelumnya dia membiarkan Faruq dan kelompoknya masuk menjadi pengikutnya. Tapi, Pandya juga perlu waspada dengan kemungkinan yang akan terjadi. Mengingat mereka semua adalah pengikut langsung dari Danar, yang terkenal memiliki pengikut yang cukup setia.'Bagaimana menurutmu, Sakra?' tanya Pandya untuk mendengar pendapatnya.'Itu terserah kau saja. Bukankah selama ini kau mengambil keputusan berdasarkan keyakinannya? Kau malah akan semakin bingung jika aku memberikan saran juga,' jawab Sakra sambil keluar dari sarung pedangnya.'Kali ini aku juga cuku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status