"Apa kalian sudah mengambil papannya?" tanya Pandya setelah bergabung dengan para pengikutnya."Kami mendapatkan 2 papan, Pangeran." jawab Atreya sambil memperlihatkan 2 papan ruang latihan yang dibawanya."Kerja bagus!" ucap Pandya sambil tersenyum puas.Sudut matanya melihat para pengikutnya dan pengikut Danar yang terluka. Dia tidak menyangka jika perasaannya menjadi sangat buruk melihat hasil dari pertarungan tadi.Padahal, disaat ini seharusnya dia ikut berbahagia atas kemenangannya. Tapi, nyatanya perasaannya malah lebih buruk dari sebelumnya. Dia merasa tidak jauh berbeda dengan para saudaranya selama ini, walaupun sebenarnya dia tahu jika pertarungan seperti ini tidak akan terelakkan di kemudian hari."Kalian bawa semua murid yang terluka, termasuk Danar yang membutuhkan pertolongan segera! Tapi, kalian juga kabarkan kepada semua pengikut Danar, untuk memilih setia atau bersumpah setia kepadaku!" Perintah Pandya sambil menatap ke arah tubuh Danar yang masih terkapar."Setelah s
"Apa usul yang kau pikirkan?" tanya Pandya menatap ke arah Raka.Semua tatapan juga mengarah pada Raka, karena menunggunya menyampaikan usul yang membuat mereka semua penasaran."Karena sebelumnya Faruq membutuhkan dua papan untuk kelompoknya, dan dia sudah mendapatkan satu sebelumnya—kita bisa memberikan salah satu papan itu kepada mereka," jawab Raka sambil mengalihkan pandangan pada Faruq dan kelompoknya.Pandya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju sambil ikut menatap ke arah Faruq dan kelompoknya. "Tapi apa di kelompok kalian masih ada pemimpin kelompok selain Faruq?" Pandya bertanya untuk memastikan.BAATS!Salah satu murid mengangkat tangannya tiba-tiba. Awalnya, Pandya mengira jika murid itu ingin menyampaikan sesuatu. Tapi, nyatanya murid itu mengangkat tangan karena bermaksud menjawab pertanyaan Pandya tadi."Saya juga pemimpin kelompok, Pangeran! Papan saya direbut oleh kelompok lain, karena waktu itu kelompok kami dikeroyok setelah Pangeran Atreya meninggalkan kelomp
"Bagaimana kalau kita tawarkan pada para pengikut Pangeran Danar? Bukankah diantara mereka pasti ada yang berusaha untuk bertahan?" usul Dipta menanggapi ucapan Pandya."Apa mereka bisa dipercaya? Bagaimana jika mereka malah menjadi mata-mata nantinya?!" Candra menyanggah usul Dipta dengan wajah polosnya.Pandya tidak merespon ucapan mereka berdua. Karena menurutnya ucapan Dipta tidak salah, tapi ucapan Chandra juga ada benarnya.Walaupun sebelumnya dia membiarkan Faruq dan kelompoknya masuk menjadi pengikutnya. Tapi, Pandya juga perlu waspada dengan kemungkinan yang akan terjadi. Mengingat mereka semua adalah pengikut langsung dari Danar, yang terkenal memiliki pengikut yang cukup setia.'Bagaimana menurutmu, Sakra?' tanya Pandya untuk mendengar pendapatnya.'Itu terserah kau saja. Bukankah selama ini kau mengambil keputusan berdasarkan keyakinannya? Kau malah akan semakin bingung jika aku memberikan saran juga,' jawab Sakra sambil keluar dari sarung pedangnya.'Kali ini aku juga cuku
"Apa yang Pemimpin Padepokan katakan?!" tanya Pandya dengan suara tegas, tanpa mempedulikan tatapan terkejut dari Akandra.Akandra tidak langsung menjawabnya. Dia masih menatap lurus ke arah depan. Terlihat jelas dia sedang berpikir untuk menceritakannya kepada Pandya atau tidak."Aku tidak yakin mana yang lebih baik untukmu. Tapi, sepertinya kamu lebih baik mengetahuinya dari sekarang." Akandra melihat ke arah Pandya dengan tatapan khawatir."Apa maksud Guru?!" tanya Pandya bingung."Sebenarnya, Pemimpin Padepokan sudah mengetahui tentang jurus terlarang yang dipelajari oleh beberapa orang. Dan dari apa yang aku tangkap dalam pembicaraan tadi, beliau tidak menentang hal itu dan malah meminta kami untuk mencari cara agar kejadian tadi tidak bocor keluar akademi." Akandra mencoba menjelaskan dengan hati-hati.Dia yang paling tahu, apa yang Pandya rasakan tentang ayah kandungnya itu. Walaupun mungkin masuk ke akademi adalah pertemuan pertama bagi Pandya, tapi dia sangat menghormati sosok
Setelah pembicaraan itu, semua murid diperintahkan Pandya untuk kembali ke ruang pelatihan masing-masing. Sedangkan di kelompoknya sendiri, dia minta untuk tetap berada di tempat.Sejak awal anggota kelompok sudah dipilih menurut keseimbangannya. Dia tidak ingin nantinya pemilihan anggota kelompok yang diatur menjadi bumerang untuk pemimpinnya saat pertarungan. Walaupun, tidak bisa dipungkiri jika setiap kelompok pasti ada murid dengan kemampuan yang masih di bawah rata-rata, tapi itu akan menjadi tugas pemimpin kelompok untuk menentukan rencana pertarungan mereka masing-masing."Aku memang belum menghafal nama kalian satu persatu, tapi aku masih ingat dengan jelas kemampuan masing-masing dari kalian sebelumnya. Jadi, kalian harus memperlihatkan perkembangan kemampuan kalian saat ini padaku!' perintah Pandya sambil memberi aba-aba pada salah satu murid untuk memulainya.Murid yang ditunjuk oleh Pandya langsung mempersiapkan diri dan memasang kuda-kuda terbaiknya. Namun, belum sempat mu
'Haah… Ini terlalu terencana untuk merusak tubuhmu!' jawab Sakra kesal.'Bukankah itu Pil Pembalik, yang katanya sulit untuk dideteksi dengan tenaga dalam tingkat tinggi sekalipun?' tanya Pandya memastikan'Apa seperti itu penyebutannya untuk zaman ini? Pil seperti ini sudah sering digunakan zaman dulu untuk menumbangkan musuh secara perlahan, aku tidak menyangka jika pil itu masih ada hingga saat ini!' ucap' Sakra masih mencoba mengamati pil yang ikut mengalir dalam aliran energi milik Pandya.Mereka menghentikan penggabungan tenaga dalam setelah yakin dengan apa yang mereka berdua pikirkan. Ada 2 hal yang paling mengganjal di pikiran mereka. Yang pertama sejak kapan pil itu masuk ke dalam tubuh Pandya. Dan yang kedua, siapa yang memiliki Pil Pembalik dengan keampuhan tingkat langka itu.Seseorang yang bisa membuat pil tingkat langka, tidak mungkin memberikannya pada orang lain begitu saja. Jadi, kemungkinan besar seseorang dengan kemampuan tingkat tinggi yang mengincar Pandya.Tapi,
"Sebelumnya, apa Guru tahu tentang Pil Pembalik?" tanya Pandya sambil mendekat ke arah meja."Maksudmu, Pil langka yang sulit dideteksi ketika masuk ke dalam tubuh, dan sangat mematikan itu?" tanya Akandra memastikan sambil alisnya mengkerut karena bingung."Benar! Entah Guru akan percaya dengan ucapanmu atau tidak, ada seseorang yang memasukkan pil itu ke dalam tubuhku. Walaupun, aku memiliki cara untuk mengeluarkannya meskipun belum pasti." Pandya mencoba menjelaskan apa yang ingin dibicarakannya."Apa kau yakin dengan ucapanmu?!" tanya Akandra menatap Pandya dengan tajam.Pandya yang mendapat tatapan tajam itu, hanya bisa menganggukkan kepala dengan pasrah. Dia pikir jika memang sang paman tidak mempercayainya, maka tandanya hal ini akan berhenti disini."Jika seperti itu, alasannya sudah pasti karena kau berhasil mengalahkan jurus terlarang!" ucap Akandra sambil berpikir dengan serius.Pandya terkejut dengan ucapan sang paman. Dari bahasa Akandra, itu tandanya dia mempercayai ucap
"Apa diantara kalian ada yang tahu tentang Pil Pembalik?" tanya Pandya pada seluruh pengikutnya yang berkumpul di ruang pelatihan miliknya.Sekembalinya dari ruang Akandra, Pandya langsung mengabari para pemimpin kelompok untuk berkumpul. Awalnya Pandya ragu untuk membahas hal ini pada anggotanya, namun mungkin akan ada hal lain yang bisa dia ketahui dari mereka."Maksud Pangeran, Pil Pembalik yang sangat langka dan ampuh itu?" tanya Chandra memastikan.Pandya cukup terkejut tidak menyangka, jika yang menanggapi pertanyaannya adalah Chandra. Sedangkan pengikutnya yang lain hanya terlihat bingung dan ragu untuk menjawab.Selama ini Chandra cukup terkenal karena sifat polos dan cerobohnya. Jadi, semua pun terlihat cukup terkejut saat melihat ekspresi serius di wajahnya."Benar. Apa kau tahu tentang pil itu?" tanya Pandya lagi sambil menatap Chandra dengan antusias."Saat belajar ilmu bela diri di Ajaran Ramuan, saya pernah mendengar paman saya membahas tentang pil itu. Tapi, saya tidak