Semua Bab Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan: Bab 51 - Bab 60

99 Bab

51. Bukti Forensik

Dokter Frans mencari keberadaan suster, Kirana. Sudah hampir setengah hari semenjak mereka bertemu di ujung lorong rumah sakit, ia begitu khawatir.Bruk!Tiba-tiba saja ia menabrak seseorang. Lekas ia berbalik arah dan meminta maaf. Untung saja obat yang sudah dikantonginya tidak terjatuh. "M-Maaf, saya tidak sengaja," ucap dokter Frans dengan sedikit membungkuk."Tidak mengapa, lagian saya juga tidak hati-hati karena sedang terburu-buru." Jawab pria tersebut dengan canggung."Oh, bukankah Anda adalah dokter yang menangani kematian kakak saya tempo hari?" tanya Zain yang teringat akan kejadian beberapa waktu lalu. Dimana dokter Frans adalah salah satu petugas medis yang ikut andil dalam kasus yang menimpa, Alexander."Hem, ya, ya! Anda Tuan Dimitri, bukan?" dokter Frans mengangguk kecil sambil menunjuk berulang kali tepat di hadapan, Zain."Panggil saya Zain, Dok. Biar lebih akrab," Zain mencoba untuk tersenyum agar suasana yang kaku bisa sedikit mencair."Oh, iya! Maaf saya lupa, bu
Baca selengkapnya

52. Gadis Itu Bernama, Erina

"Dia sudah berselingkuh dengan istri saya," nada suaranya terdengar begitu nelangsa."Apa?!" dokter Frans meletakkan kembali cangkir kopinya di atas meja. Sepertinya dia sedikit tertarik dengan kasus keluarga Dimitri tersebut."Begitulah kenyataannya, Dok. Memang waktu itu saya terpancing emosi sehingga Kami terlibat sedikit cekcok, tapi sedikitpun saya tidak berniat membuatnya celaka," Zain memegang kedua pelipisnya yang terasa sakit. "Saya tahu perasaan Anda seperti apa saat ini, Zain. Saya sangat tahu, betapa sakitnya dikhianati oleh orang yang Kita cintai," dokter Frans menghela napas dengan kasar. Nasib mereka sama, tapi hanya berbeda dalam status saja.Zain memilih diam, ia memberi ruang pada dokter Frans untuk mencurahkan perasaannya. Hingga di satu titik, Zain menangkap sekelebat bayangan. Beberapa detik ia pun sedikit melamun.'Rose?' (gumam Zain dalam hati).Zain memicingkan kelopak matanya, tapi nihil. Ia menggeleng cepat, mana mungkin perempuan itu ada di dalam rumah saki
Baca selengkapnya

53. Aku Sangat Merindukannya

"Pasien itu, apakah pasien amnesia yang baru saja Kita bicarakan?" selidik Zain yang memecah keheningan saat keduanya berjalan bersama."Ya, karena tanpa identitas. Saya memanggilnya, Erina," dokter Frans berhenti tepat di depan kamar pasien yang dimaksud."Erina? Dia perempuan?" dahi Zain berkerut, bola matanyanya mengintip ke arah gorden yang terbuka separuh.Sayangnya, pergerakan di dalam kamar pasien tidak terpantau oleh, Zain. Sepertinya pasien yang telah mereka bicarakan sedang ke kamar mandi atau sudah terlelap di atas ranjangnya."Iya, saya belum bilang, ya?" dokter Frans memanyunkan bibirnya sambil mengingat sesuatu."Tidak masalah, Dok. Maaf jika sudah terlalu dalam ikut campur pada masalah yang bukan ranah saya," Zain merasa tidak enak hati. "Jangan begitu, saya berusaha mengungkap identitas pasien ini. Siapa tahu, melalui sharing dan tukar pikiran Kita hari ini. Bisa sedikit saja membuka jalan Erina untuk pulang," dokter Frans harus bisa bersikap dewasa. Ia menginginkan y
Baca selengkapnya

54. Video Amatir

Dahi Zain berkerut, baru saja mereka duduk beberapa menit di sebuah coffee shop. Keduanya memilih tempat yang lebih tenang agar bisa leluasa dalam mengungkapkan pendapat."Apa ini, Dine?" Zain meraih sebuah ponsel yang diangsurkan kepadanya."Saya mendapatkannya dari seseorang. Ada yang melihat kejadian di malam itu, setelah Bapak pulang mengantarkan mereka. Tapi …." Nadine menghela napas dengan berat, rasanya ia tak sanggup untuk menjelaskan lebih lanjut.Tanpa berpikir panjang, Zain mengusap layarnya. Ia menekan tombol video untuk menyalakan alat perekam. Tampak pria itu sangat serius menatap tajam pada layar ponsel, sehingga rahangnya terlihat mengeras."Ini video amatir, orangnya tidak mau terlibat lebih jauh. Dia tidak bisa melakukan apapun, karena semua orang yang berada di dalam video bersenjata." Jelas Nadine untuk memecah keheningan."Darimana Kamu dapatkan ini, Dine?" Zain menoleh ke arahnya, ia terlihat begitu—syok."Salah satu warga, kebetulan sedang lewat. Dia tahu saya a
Baca selengkapnya

55. Jangan Pergi!

"Jangan pergi! Jangan meninggalkan aku lagi ….!" ucap Erina setelah sekian lama bibirnya membisu.Dokter Frans menelan salivanya. Seharusnya ia merasa senang saat Erina menunjukkan perkembangan. Tapi ia merasa, ada yang aneh dengan ucapan perempuan itu.'Lagi? Kapan aku pernah meninggalkannya? Sedangkan bertemu saja saat dia dirawat di rumah sakit,' (kata hati dokter Frans bertanya-tanya). Semilir angin telah menyadarkan dirinya. Dokter Frans harus bisa mengendalikan situasi yang bisa dibilang—membingungkan."Tidak, aku tidak akan pergi meninggalkanmu," akhirnya ia harus bisa mengikuti alur permainan yang telah diinginkan oleh, Erina.Dokter Frans perlahan berjongkok kembali di depan kursi roda milik, Erina. Baru pertama kalinya ia melihat retina itu mengikuti gerakan tubuhnya. "Jangan pergi! Aku sangat takut," kedua netra itu mulai berkaca-kaca. Dokter Frans melihat tangan Erina mencengkram kuat pegangan kursi roda. "Hei, tenanglah! Jangan takut apapun! Ada aku," diusapnya pipi it
Baca selengkapnya

56. Terusiknya Ketenangan Di Hotel Graha

Zain duduk di kursi penumpang. Ia meremas amplop coklat yang diberikan Jack beberapa saat lalu. Pandangannya menunduk dengan gurat wajah mengeras. Di depannya, sang sopir sudah bersiap di belakang kemudi untuk menunggu perintah jalan darinya. Tapi entah, apa yang sedang dipikirkannya kali ini. Sehingga 5 menit berlalu, Zain tak juga mengeluarkan suaranya.Ia sudah tidak sabar untuk mengetahui isi dari amplop yang diberikan oleh, Jack. Padahal Jack sudah memberikan pesan untuknya, agar membuka amplop tersebut di tempat yang aman. Ya, Jack takut jika misinya berantakan hanya gara-gara—lalai.“Tuan, apa Kita akan di sini untuk sementara waktu?” sang sopir melihatnya dari spion dalam. Pria paruh baya itu paham dengan situasi yang tengah dialami oleh majikannya. Zain butuh sebuah, ketenangan.“Huft, baiklah, Pak. Kita ke hotel Graha saja, cepat jalan!” perintahnya tanpa melihat ke arah sang sopir.“Baik, Tuan!” jawab sopir itu tanpa banyak bertanya. Meskipun sebenarnya ia ingin menanyakan,
Baca selengkapnya

57. Teringat Tentang Malam Pertama

"NADIA …. AWAS KAU!" Teriak zain dengan sorot mata yang tajam. Hampir saja ia melemparkan sesuatu ke arah layar televisi. Saat ia tahu, jika di dalam video tersebut istrinya adalah otak di balik masalah yang saat ini tengah terjadi.***"Jack, cepat temui aku di tempat biasanya!" perintah Zain yang langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari, Jack.Pria berwajah tegas itu berjalan menyusuri lobi dengan langkah lebar. Ia mengabaikan sapaan resepsionis yang menawarkan sebuah senyuman padanya."Terima kasih atas kunjungan Anda, Tuan," seorang satpam membukakan pintu mobil yang sudah terparkir rapi di depan pintu masuk hotel Graha.Ia duduk di kursi belakang, tatapannya yang garang membuat sang sopir mengintip sebentar dari arah spion dalam."Kita langsung menuju Moonlight Bar, Pak. Cepat!" ujar Zain dengan napas yang tertahan. "Baik, Tuan Zain," tanpa banyak bicara, sang sopir langsung menyalakan mesin mobil dan melaju ke arah jalanan beraspal.Pria itu pun kembali tenggelam d
Baca selengkapnya

58. Jangan Main-main Denganku!

Tiba di tujuan, ternyata gerimis menyambutnya. Zain membiarkan kancing jas bagian bawah terbuka agar bisa leluasa dalam bergerak. Ia pun berlari kecil menghindari hujan. Setelah sampai di teras sebuah bangunan, Zain mengibaskan bagian bahu yang terkena cipratan air. "Tuan Muda," sapa Jack yang menyembul dari arah dalam ruangan."Silahkan masuk, Tuan!" ujar Jack mempersilahkan Zain untuk masuk ke dalam. Ia melihat kondisi sekitarnya, masih tetap sama seperti beberapa tahun yang lalu. Dimana ia menemukan tubuh mama Johana, istri pertama ayahnya terkapar di tengah ruangan yang lembab dan dingin."Jack, …." entah kenapa Zain seakan tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya. Ia berdiri terpaku dengan lidah yang kelu."Tuan sudah melihat barang yang saya kirimkan?" tanya Jack menebak kegelisahan yang membelit pada majikannya.Zain mengangguk kecil, ia mengusap sebagian wajahnya untuk membuang satu rasa yang—entah."Tapi dia sudah aku jebloskan dalam penjara, Jack. Aku belum mendengar kaba
Baca selengkapnya

59. Kencan Buta

"Apa kedatanganmu kemari hanya untuk melamun?" suara dokter Frans mengejutkan Erina yang duduk termangu menatap keluar jendela. Rupanya gadis itu tengah melamun sendirian."Aku bosan, Dok," jawab Erina saat sudah menoleh ke belakang. Ia tidak menyadari kedatangan dokter Frans yang sudah memasuki ruangan. Bibirnya sedikit mengerucut karena Erina tidak menemukan sesuatu yang menarik."Apakah kamu suka membaca?" tanya dokter Frans sedikit memancing. Perlahan ia ingin mengorek informasi yang tidak diketahui olehnya saat ini. Siapa tahu dengan sebuah buku bisa mengusir rasa bosan gadis itu.Erina menggeleng perlahan, bibirnya berganti menjadi manyun. “Tidak seberapa sih, entahlah.” Erina mengedikkan kedua bahunya. Ternyata salah, sepertinya Erina kurang tertarik.“Aku akan membawakanmu beberapa buku. Cobalah untuk membaca, siapa tahu akan sangat bermanfaat dan bisa menyita waktumu agar tidak terbuang percuma.” Saran dokter Frans yang kini duduk menghadap padanya di kursi kerja.“Apakah nan
Baca selengkapnya

60. Pertemuan Tak Terduga

“Dokter Frans!” sapa Zain dengan setengah berteriak ketika ia melihat dokter muda itu berada di basement yang sama.“Oh, hai, Zain! Apa Kamu mau bertemu denganku?” tanya dokter Frans yang menoleh ke arah asal suara.“Apa kabar, Dok?” Zain tidak menjawab, ia mengulurkan tangannya dengan reflek.“Baik, Zain. Kamu sendiri?” dokter Frans bisa melihat jika pria jangkung di hadapannya itu terlihat sangat lelah. Ia menyambut uluran tangan Zain dengan sekali sentakan.“Apa Kamu kurang tidur?” dokter Frans mendekat dan melihat lingkaran di bawah mata Zain yang menyerupai warna hitam keabuan.“Kebetulan salah satu pekerjaku sedang dirawat di sini, jadi ….” Zain melihat ke arah dokter Frans yang sepertinya tidak nyaman dengan kehadiran dirinya. Lalu Zain melirik sekilas ke dalam mobil sang dokter, ternyata ada bayangan seseorang yang sedang duduk di kursi penumpang. “Begitu, ya? Pasti kejadian ini membuat dirimu merasa sangat berat, Zain.” Dokter Frans bersimpati dengan semua kejadian yang tela
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status