All Chapters of Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan: Chapter 31 - Chapter 40

99 Chapters

31. Biar Waktu Yang Menjawab

Angin sore begitu menyejukkan baginya. Perempuan yang dikenal tanpa nama tersebut tengah duduk di atas kursi roda, tatapan matanya kosong ke depan. Hingga ia tidak menyadari, jika suster membawakan semangkuk bubur untuknya. “Makan dulu, ya! Biar cepat sembuh,” ujar suster perawat tersebut dengan mengangsurkan sendok di depan mulutnya. Sampai beberapa detik berlalu, perempuan berwajah pucat itu tidak bergeming sedikitpun. Sang suster hanya bisa menghela napas dengan perlahan, lalu menaruh kembali mangkuk bubur ke dalam nampan yang terletak di sebuah meja taman. “Mau aku ambilkan minum?” suster mengambil segelas air putih, tapi tetap saja ia tidak merespon apa yang sudah ditawarkan oleh suster yang sudah merawatnya sore ini. “Huft ….” suster tersebut mencoba untuk mengatur kesabarannya. Ia mencoba untuk tetap tersenyum meskipun terasa sangat pahit. “Kalau tidak mau makan, mana bisa minum obat? Kamu mau sembuh, kan?” rayu suster perawat itu dengan membelai rambutnya yang terurai.
Read more

32. Jangan Memberiku Seorang, Madu!

“Nona Rose tidak saya temukan, Tuan,” Ramon memberikan sebuah informasi yang membuat Zain sedikit meradang. “Sudah kamu cari dengan benar, Ramon?” Zain menoleh pada pengawal pribadinya tersebut. Ia sempat memicingkan kedua matanya untuk memastikan ucapan sang bodyguard, Ramon.“Sudah, Tuan. Saya sudah menyambangi rumah, nona Rose. Tidak ada keterangan apapun dari sana, termasuk para warga.” Terang Ramon yang menjelaskan situasi yang telah didapatkan setelah mencari keberadaan, Rose.“Kenapa tidak usaha mencari ke tempat lain, Ramon?” lanjut Zain yang mulai murka dengan kegagalan tugas yang diperintahkan pada sang bodyguard.“Tempo hari saya mencari nona, ke sekolah putri Anda. Tapi tidak saya temui nona Rose di sana.” Ujar Ramon kembali, ia mengatakan apa yang telah dijalankan beberapa hari ke belakang. Ramon sibuk mencari keberadaan Rose yang tiba-tiba saja menghilang, setelah malam itu mereka bertemu untuk yang terakhir kalinya.Brak!“Brengsek!” Zain melempar sebuah map yang kini
Read more

33. Tubuhmu Adalah Canduku

Brak!Zain membuka pintu kamar dengan kasar, kosong. Ia tidak menemukan keberadaan istrinya di sana. Seorang istri yang tidak pernah dianggapnya—ada.Ia melempar jas yang dikenakan ke tepi ranjang berukuran, king size. Pria tersebut menghela napas dengan kasar dan berkacak pinggang dengan gelisah. Ia memikirkan ucapan Ramon siang tadi, ketika dirinya harus bekerja sama dengan Nadia untuk menemukan, Rose. “Kamu sudah pulang?” sapa perempuan muda itu yang baru saja keluar dari arah kamar mandi. Zain sedikit terperangah, ketika melihat istrinya hanya berbalut handuk dengan kondisi rambut yang basah. Ia menelan saliva dengan tanpa sengaja. Sementara itu, Nadia yang berjalan santai seakan menggoda zain dengan sikapnya yang manja.“Kenapa kamu pulang lebih awal? Apa Kamu sedang merindukan aku?” tanya Nadia yang masih mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.“Jangan berharap, cuih!” Zain melengos, ia mengalihkan pandangan ke arah luar balkon. Tapi entah kenapa, pemandangan tubuh Nadia
Read more

34. Memilih Untuk Pergi

Marlon, seorang gadis berusia 20 tahun itu menatap sang nyonya dengan helaan napas yang tertahan. Di depannya sudah terdapat sebuah koper besar yang sudah siap dikemas. Bahkan Marlon masih duduk diam di tepi ranjang besar tersebut. Setelah kejadian kemarin, Nadia memilih untuk pergi ke mansion miliknya. Ia benar-benar sudah tidak tahan dengan perlakuan suaminya sendiri. Hari ini, tiba-tiba saja ia memutuskan untuk kembali ke Australia. “Nyonya sudah memikirkan baik-baik rencana kali ini? Kasihan non Dania jika harus berpindah-pindah,” ujar Marlon yang mencoba untuk mencegah kepergian sang majikan.“Mungkin ini adalah pilihan yang terbaik, Marlon. Dania akan tumbuh bersamaku di sana, jangan khawatir soal itu,” jawab Nadia dengan perasaan yang kosong.Ia melihat pengasuh tersebut tengah menundukkan kepala–sedih. Mungkin dengan kepergian Nadia, ia berpikir telah kehilangan pekerjaannya.“Kamu tetap bekerja untukku, jaga mansion ini selama aku pergi!” ucap Nadia yang sepertinya mampu me
Read more

35. Oh, Rose!

Pengasuh itu melarikan diri dari sang CEO. Ia takut tertangkap basah jika selama ini putrinya yang terlahir dari rahim wanita lain, telah disembunyikan oleh istrinya sendiri—Gita Nadia Atmaja.Hingga di perempatan jalan, sebuah mobil SUV telah menjemput mereka untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Dengan cekatan Marlon masuk ke dalam mobil tersebut, "Nanny, Kita mau kemana?" tanya Dania yang terbangun karena merasa tidak nyaman dengan tidur siangnya."Kita akan pergi jalan-jalan m, Sayang. Iya kan, Pak?" jawab Marlon yang memastikan pada gadis kecil itu agar percaya kepadanya. "Betul sekali, Nona Kecil," jawab Marco dengan semangat sambil menengok ke kursi penumpang.Kepala Dania menoleh kesana dan kemari, "Mama mana? Kenapa mama tidak ikut, Nanny?" tanya gadis kecil itu dengan polosnya. "Nanti mama nyusul, Dania sama nanny saja dulu, ya." Marlon mengusap rambut Dania yang ikal. Ia menatap lembut pada bola mata Dania yang mengerjap beberapa kali karena masih mengantuk.Setela
Read more

36. Cewek Sasimo

Dokter Frans Reyga mengalihkan pandangan ke tempat lain, ia lebih memilih untuk berbalik arah. Raut wajahnya begitu masam, sepagi ini moodnya sudah rusak gara-gara, Rhea Zalina."Frans, tunggu!" teriak Rhea dengan sedikit berlari.Dokter Frans menghentikan langkahnya. Ia mendengus dengan kesal. Dan tak lama berselang, langkah Rhea sudah terdengar mendekat di sampingnya."Kenapa pergi? Bukankah banyak yang harus Kita bicarakan?" tanya Rhea yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. Sedangkan, gadis semampai dengan kulit bersih tersebut tidak pernah merasa telah melakukan kesalahan."Tidak ada lagi, Rhea. Apa yang harus Kita bicarakan?" ujar dokter Frans yang kini berhadapan dengannya. Ia melihat gadis itu begitu cantik. Rambutnya yang bergelombang terurai bebas, ditunjang dengan outfit yang dikenakan saat ini. Setelan kemeja fresh body berwarna putih dan rok span selutut berwarna hitam, berpadu dengan sepatu hak tinggi warna senada. Penampilan Rhea terlihat begitu memesona sebagai dokt
Read more

37. Ceraikan Dia!

Langkah zain terhenti seketika, saat Maria berdiri dengan angkuh di hadapannya. Bukan tanpa sengaja Maria menghadang putranya tersebut. Ia mengurai kedua tangannya yang semula menyilang di depan dada. Wanita itu berjalan perlahan dengan hentakan sepatu berhak tinggi yang terdengar bergema. “Bodoh Kamu, Zain!” ujar Maria yang membuat Zain langsung membuang muka. “Biarkan dia pergi! Segigih apapun Kau mempertahankan Nadia, perempuan mandul itu tidak akan memberikan keturunan pada keluarga Kita,” lanjutnya dengan menatap Zain yang mematung di ruang tengah. “Aku tidak bisa menceraikannya, Ma,” ucap Zain dengan singkat. “Ck! Kenapa Kau begitu payah, Zain? Dia hanya benalu di keluarga Kita,” Maria merasa jika putranya tersebut tidak tegas dalam memutuskan sesuatu. “Bukankah dulu Mama tahu, jika antara keluarga Dimitri dan keluarga Atmaja telah membuat satu perjanjian di atas dokumen bermaterai? Apakah Mama sudah lupa dengan semua itu?” Zain mencoba untuk mengingatkan Maria tentang perj
Read more

38. Kalah Telak

"Jika Mama berbuat sesuatu pada catatan keluarga Kita, maka bersiaplah kehilangan ini semua." Tatapannya begitu tajam, hingga membuat Maria terperangah dengan ucapan yang keluar dari mulut putranya sendiri. Rumah mewah yang dulu bertabur keangkuhan, kini terasa begitu pengap. Bahkan Zain harus melonggarkan dasi yang dikenakan. "Apa maksudmu, Zain? Jangan bercanda dengan mama!" wanita paruh baya itu mundur beberapa langkah. Wajahnya berubah menjadi pucat karena serangan panik mendadak."Apa Mama melihatku sedang bercanda, hah? Aku bukan anak kecil yang sedang bermain-main, Ma." Ujar Zain dengan berkacak pinggang. Terlihat jelas jika pria muda dengan jambang tipis itu, begitu gagah."Jika aku bisa, aku akan menceraikan Nadia dari dulu, Ma. Apa Mama sudah lupa? Perjanjian pra nikah yang Kita tanda tangani waktu itu? Keluarga Atmaja meminta pada Kita, untuk mengembalikan uang yang dipinjam Papa senilai dua kali lipat jika aku menceraikan, Nadia." Zain menggerakkan dua jarinya ke hadapan,
Read more

39. Lagi-lagi Soal, Uang

Kamar ICU yang dingin, membuat Pak Rahmat harus merapatkan jaket kulitnya. Maklum saja, petani seperti mereka mana terbiasa dengan ruangan berpendingin. Terlihat beberapa kali lelaki tua tersebut bersin dan mengoleskan minyak angin untuk menghangatkan tubuhnya.Tatapan lelaki itu datar, terdengar dengusan napas yang cukup kasar darinya. Ia terus memeriksa ruangan di balik kaca riben tersebut. Ada tubuh sang anak yang terbaring lemah di sana. Pak Rahmat begitu gelisah dengan perkembangan putrinya—Sarah."Selamat siang, Pak Rahmat," sapa dokter Frans yang sengaja mendatanginya siang itu."Pak Dokter," sahut Pak Rahmat yang kembali berdiri setelah beberapa detik yang lalu sempat duduk kembali."Putri Bapak, terlalu baik. Tuhan pasti memberikan kesempatan kepadanya, agar Sarah bisa memiliki kehidupan yang lebih baik," hibur dokter Frans ketika melihat ada raut kesedihan di wajah, Pak Rahmat."Dia belum membuka matanya, Pak Dokter …." ujar Pak Rahmat yang menoleh ke arah kaca riben kembali
Read more

40. Kenapa Kamu berada di atas ranjangku?

"Hei! Siapa Kamu?! Kenapa Kamu berada di atas ranjangku?" Entah bagaimana awal ceritanya, tubuh dokter Frans terguncang dengan hebat. Ia hanya mengingat kejadian semalam sebelum ia memejamkan mata. Jadwal operasi yang padat, membuat dokter muda tersebut langsung terlelap di samping tubuh, Rose.Dokter Frans Reyga mengerjapkan kelopak matanya berulang kali. Ia merasa ada sesuatu yang menimpa wajahnya. Saat dokter Frans membuka matanya yang masih terasa berat, ia mendapati penampakan seorang perempuan cantik dengan rambut ikal terurai.“Apakah aku sedang bermimpi? Ada bidadari di hadapanku,” dokter Frans bermonolog, ia merasa ada sebuah sinar yang menerangi pandangannya saat ini.“Hei! Kenapa masih tertidur, hah? Bangunlah!” suara itu terdengar begitu memekakkan telinga, bersamaan dengan jatuhnya sebuah bantal yang telah menimpa wajahnya tanpa permisi.Plak ….!Pria berusia 27 tahun tersebut langsung tergagap dan terbangun dari mimpi indahnya. Dokter Frans duduk dengan kondisi setengah
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status