All Chapters of Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan: Chapter 41 - Chapter 50

99 Chapters

41. Kalian Selingkuh?

Zain melempar lembaran kertas yang semula berada di tangannya. Wajahnya berubah merah padam karena amarah yang meletup-letup di ubun-ubun. Ia tidak bisa menyembunyikan kekesalannya, ketika Alex datang menemuinya di kantor siang ini. Pria bernama Alex tersebut menyunggingkan senyuman di sudut bibirnya, senyuman licik yang dipasang dengan paksa.“Katakan padaku, dimana Kamu mendapatkan semua ini?” Zain menunjuk lembaran foto berukuran postcard yang telah dibawa oleh kakaknya.Sudah bisa diduga, jika tidak akan mudah ketika berhubungan dengan pria berusia 30 tahun tersebut. Alexander Dimitri terlalu lihai dalam memanipulasi keadaan, bahkan dana anggaran sebesar 200 triliun yang sempat diperkarakan oleh Zain di meja hijau bisa disangkalnya dengan mudah.Bibirnya mengerucut, ia berjalan ke arah jendela. Diabaikannya Zain yang tengah serius menanggapi itikad baiknya kali ini. Alex memandang keluar jalanan yang penuh sesak dengan asap knalpot. Tangan kanannya menopang di bawah dagu, rupanya
Read more

42. Bibirnya Semanis Cherry

Ceklek!Bunyi dari pelatuk Revolver berwarna hitam itu terdengar lemah di ruangan berukuran 7 x 15 centimeter. Senjata api laras pendek tersebut mengarah ke pelipis Alex tanpa goyah sedikitpun.Alex tidak gentar, ia terlihat begitu santai menanggapi emosi Zain yang di luar kendali. Bagaimana tidak? Jika Alex menuntut warisan dari mendiang ayahnya kembali. "Aku tidak bermaksud mempersulit, Zain. Tapi semua informasi yang aku bawa tidaklah gratis," ucapnya tanpa mengalihkan pandangan, ia masih bisa merasakan ujung airsoft gun itu masih menempel di sisi keningnya."Bisa saja aku menjebloskan Kakak ke dalam penjara. Tapi ada mama Hana yang harus aku jaga, tidak bisakah Kakak berpikir secara rasional?" Zain masih berdiri dengan senjata apinya. Ia tidak akan terkecoh kali ini, batas kesabaran pria muda tersebut rasanya sudah menipis, bahkan hampir habis."Terserah padamu, aku tidak memaksa. Aku hanya datang dan memberikan penawaran terbaik," ia merogoh saku celananya dan memainkan kembali
Read more

43. Penangkapan, Nadia

Zain turun dari dalam mobil, ia melihat sekeliling dengan tatapan yang dingin. Ramon yang sudah bersiap di sampingnya segera menutup kembali pintu mobil dengan satu kali gerakan. Keduanya bergegas masuk ke dalam sebuah gedung apartemen.Perth, Ibukota negara bagian Australia barat adalah negara terbesar di Australia. Banyak gedung pencakar langit menghias di sudut kota. Zain menyukai negara tersebut karena Perth menyuguhkan pantai berpasir yang lembut, dan juga kilang minyak anggur yang menggiurkan.Derap langkah Zain terdengar begitu tergesa. Hingga ia masuk ke dalam lift untuk menuju ke lantai 15. Tidak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya. Zain, telah menyimpan rapat-rapat emosinya di dalam dada untuk sementara.Dalam waktu beberapa detik saja, pemuda tersebut sudah berada pada lantai yang dituju. Segera ia berjalan melewati satu lorong dengan langkahnya yang tegap.Sret ….!Ia berhasil membuka kunci salah satu apartemen di gedung tersebut. Sepertinya, Nadia sengaja tidak me
Read more

44. Perdebatan Di Meja Hijau

Suasana hatinya yang bergemuruh, membuat Nadine menghentakkan kakinya dengan kesal. Dua orang petugas kepolisian telah menuntunnya hingga ke arah mobil. Tiba-tiba saja, kerumunan datang tanpa disangka. Hal tersebut membuat Nadia semakin marah dengan perlakuan Zain kepadanya."Sial! Dasar laki-laki gila! Bisa-bisanya dia melaporkan masalah ini ke polisi," gerutunya sepanjang jalan, sesekali ia mengelak ketika tangan polisi tersebut menyentuh lengannya.Ia tidak peduli dengan pandangan semua orang kepadanya saat ini. Yang ia pikirkan adalah, bagaimana caranya membalaskan dendam atas perlakuan, Zain. Baru kali ini, Nadia merasa masa bodoh."Dasar lelaki sombong! Memangnya siapa dia? Kamu tidak akan pernah menjadi siapa-siapa dengan uangku. Lihat saja pembalasanku, Zain. Aku akan menggunakan pengacara terbaik. Bersiaplah untuk menjadi gembel kembali!" ia menatap laju jalan ketika mobil polisi sudah merangkak meninggalkan basement apartemen miliknya. "CK, ….!" mulut Nadia mencebik ketika
Read more

45. Meminta Perhatian

BRUK!Tubuhnya yang ramping dihempaskan begitu saja ke dalam sel tahanan. Mulut Nadia berdesis ketika dirinya menyentuh lantai yang dirasa begitu menjijikkan. Ia mengelus lengannya yang terasa sakit akibat cengkraman tangan dari salah satu petugas.“Sialan! Mereka belum tahu siapa aku sebenarnya,” gumam Nadia yang sudah berdiri menghadap ke arah depan jeruji besi.Nadia melihat beberapa petugas medis tiba tepat waktu. Dan tak lama kemudian mereka membawa korban menuju mobil ambulans yang telah disiapkan di depan kantor kepolisian.“Hei, Nona! Berani juga Kau melakukan itu, ya?” sapa salah satu tahanan yang berada di belakangnya.Nadia menengok ke belakang, ada beberapa tawanan perempuan yang duduk di sebuah karpet yang lusuh. Nadia memberengut tak suka, ia memperlihatkan jarak di antara mereka. Dan salah satu yang menyapanya memiliki sebuah tato bunga mawar berduri di tangan sebelah kiri.“Jangan berlagak di sini anak baru! Apalagi sok jagoan seperti Kamu,” perempuan yang memiliki pie
Read more

46. Tolong!

"Tolong ….!" Suara teriakan dari arah kamar pasien, terdengar lirih. Pak Rahmat berusaha untuk menghentikan pendarahan yang terjadi pada putrinya."Ya Tuhan, Pak Rahmat!" Dokter Frans dan suster Kirana berlari kecil ke arah mereka."Cepat, ambilkan peralatan dan juga obat, Suster!" wajah Pak Rahmat begitu panik, ketika dokter Frans dan suster terlihat kelabakan saat menangani putrinya."Bapak, saya minta tolong. Tekan ini dengan pelan, agar pendarahannya tidak terlalu banyak." Dengan cekatan dokter Frans membaringkan Sarah yang tampak gemetar dan pucat."B-Baik, Pak Dokter," Pak Rahmat mengambil sebuah waslap panjang, lalu membalut luka putrinya."Biarkan saya duduk!" Sarah kembali duduk di tepi ranjang. Ia tidak ingin tidur di atas kasur seperti orang payah. Dokter Frans terkejut, ia berhenti sebentar ketika hendak mengambil kapas. Tak lama kemudian dokter muda tersebut mengangguk kecil tanda mengiyakan."Mbok yang nurut gitu loh, Nak. Jangan keras kepala begini!" ujar Pak Rahmat
Read more

47. Akhir Hidup Seorang Benalu

Zain, tubuhnya terasa nyeri saat terbangun di pagi hari. Aktivitas yang dijalani akhir-akhir ini membuat dirinya harus ekstra kerja keras. Ia masih bergelung di bawah selimut, hujan semalam membuat dirinya langsung tidur tanpa penuh drama seperti malam-malam sebelumnya. Sinar mentari yang menerpa wajahnya, membuat Zain harus membuka mata. Rupanya hari sudah menjelang siang, ia meraih ponsel yang diletakkan di atas nakas."Pagi-pagi begini, siapa yang sudah sudah berisik di telepon?" gumam Zain yang tengah mengusap layar ponselnya. Ia mendapati nomor tak dikenal menelponnya beberapa kali. Bahkan, sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal sudah menumpuk.Dahinya berkerut saat ia menerima pesan tersebut. Dibukanya satu persatu kiriman foto yang telah terbuka olehnya. "Ya Tuhan ….!" pekik Zain tertahan, ia menutup mulutnya sendiri seiring bola matanya yang membulat. Kini Zain tengah duduk bersandar pada head bed dengan sebuah bantal mengganjal di punggung.Zain memejamkan kedua kelopak
Read more

48. Simpang Siur Kematian Sang Putra Sulung

Cuaca cerah siang itu, mengiringi pemakaman putra sulung keluarga, Dimitri. Zain berdiri terpaku di depan gundukan tanah merah yang masih membasah. kacamata hitam yang dikenakan tak juga berhasil menutupi kesedihan dalam dirinya. Hanya sesekali semilir angin yang menyapa.Maria berdiri tak jauh darinya. Wanita itu pun turut mengurus jasad Alexander sampai tiba di peristirahatan terakhirnya. "Jangan membual, Zain! Bocah tengil itu telah meninggal?" Maria duduk lesu di atas kursi ketika mendengar putra tirinya telah menjadi korban.Meski tak pernah ada kecocokan selama mengenal putra dari, Johana. Maria tidak akan begitu saja menelantarkan mayat putra tirinya itu luntang lantung tanpa identitas."Visumnya sudah keluar, Ma. Aku rasa ini adalah bukti yang akurat," jawab Zain dengan memberikan sebuah map, ia meletakkan di samping meja."Bisa saja semuanya adalah palsu, Zain. Jangan percaya begitu saja! Bisa jadi mereka menyiapkan sesuatu untuk menyerang Kita," Maria menatap Zain dengan m
Read more

49. Ketika Kejujuran Dipertaruhkan

"Sial! Apa dia sedang melakukan perlawanan denganku? Sedangkan dia sudah aku anggap seperti saudara selama ini," gumam Zain yang masih fokus di belakang kemudinya."Jangan memperkeruh keadaan, Zain! Kita baru saja kehilangan, Alexander. Meskipun sepanjang hidupnya ia tidak pernah mengakui Kita sebagai keluarga. Dia tetaplah putra sulung keluarga Dimitri, Alex adalah putra tiriku." Entah dapat bisikan dari mana, tiba-tiba saja Maria terlihat begitu bijak. Hingga Zain sendiri hampir tidak mengenal ibunya sendiri."Aku sudah dewasa, Ma. Jangan pernah mengaturku! Aku tahu mana yang baik untuk ke depannya." Sahut pria yang memiliki jambang halus tersebut dengan sinis."Damn! Kau sama saja dengan ayahmu. Kenapa laki-laki di keluarga ini, semuanya adalah seorang pembangkang?" Maria mengalihkan pandangan keluar jendela. Hatinya masih merasa campur aduk untuk melanjutkan perdebatan dengan putra tunggalnya itu.Zain melirik ke samping, lalu ia menghela napas dengan kasar. Zain memilih untuk tid
Read more

50. Good Job

Dasar brengsek, Kau!" BUG!Zain melayangkan bogem mentahnya. Pukulan itu tepat mengenai wajah, Ramon. Lelaki bertubuh kekar itu terpelanting ke arah samping dan, ….Brush ….Dari mulut Ramon telah menyembur cairan kental berwarna merah segar. Dan tak lama kemudian lelaki itu sudah jatuh tersungkur di bawah lantai yang dingin. Ramon sudah tidak sadarkan diri."Jangan bengong! Cepat bawa dia ke dalam kamar!" napas Zain terengah-engah. Ia menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan yang semula mengepal dengan kuat. Zain mencoba untuk mengontrol keadaan yang semakin rumit."Obati semua lukanya. Jangan biarkan dia mati dulu! Aku masih membutuhkan banyak informasi darinya," perintah Zain yang tak lama kemudian dijalankan oleh beberapa pengawal lain. Mereka melepaskan ikatan yang membelit di tubuh, Ramon. Zain melihat sang bodyguard telah dibawa pergi dari ruangan pengap tersebut."Sial! Jika memang dia terbukti telah mengkhianatiku. Aku tidak akan membiarkannya hidup, seperti apa yang dilak
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status