All Chapters of Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan: Chapter 11 - Chapter 20

99 Chapters

11. Patah Hati

Tangannya mengepal dengan erat. Digenggamnya sebuah kotak kecil berisi sebuah kalung dengan liontin batu mutiara yang indah. Ia urung memberikan kejutan pada, Rose. Brian tidak menyangka, justru dirinya yang mendapatkan sebuah kejutan. Nadine yang telah melihatnya berdiri di ambang pintu lekas menarik Brian keluar dari ruangan. Ia mengantisipasi jika terjadi keributan di antara mereka. Nadine melihat Brian terdiam bagaikan sebuah patung. Tatapan pria itu kosong, bisa jadi ia merasakan syok yang teramat sangat.“Bri, apakah Kamu baik-baik saja?” Nadine melambaikan tangannya di depan mata, Brian. Tapi, pria muda berusia 27 tahun tersebut sama sekali tidak bergeming.Kini keduanya duduk di sebuah taman dekat dengan area kantin. Nadine melihat tangan Brian menggenggam sesuatu. Sambil melirik ke arah pria itu, Nadine menerka sendiri jika kotak yang dipegang oleh Brian adalah sesuatu yang sangat berharga.Nadine pun diam untuk sementara waktu, ia membiarkan Brian mengatur napasnya. Nadine
Read more

12. Tes DNA

Rose menyentakkan tangan Zain yang masih melingkar di pinggangnya. Hanya perempuan bodoh yang menikmati momen seperti ini dengan pria brengsek seperti, Attala Zain Dimitri. “Tidak akan!” ia lekas berbalik dan mengacungkan jari telunjuknya tepat di depan wajah, Zain. “Jangan pernah menyentuhku sembarangan!” kecamnya dengan kedua mata yang melotot. Ia tidak menyangka jika atasannya tersebut sudah sangat lancang memperlakukan dirinya. “Rose, aku ….” Zain tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Rupanya ia termakan ucapan Ramon, sehingga Zain tidak bisa menahan gejolak emosinya. “Bukankah sudah jelas, jika Anda akan melayangkan surat keputusan dari dokter, Frans?” Rose mengingatkannya soal ancaman Zain beberapa jam yang lalu. “Apalagi yang akan Anda tuntut dari Kami, Pak?” Rose menatapnya dengan wajah memelas, sehingga tanpa ia sadari tubuhnya merosot di bawah lantai. Zain melihat perempuan itu rapuh. Terlalu naif baginya yang selalu memberikan tekanan. Apalagi menuntut hak asuh Dania, yan
Read more

13. Konflik Sang Pewaris

Sementara itu di tempat lain, seorang pria berusia 30 tahun tengah duduk di kursi direktur utama dengan angkuhnya. Tidak ada yang bisa melarang pria tersebut, terlebih para penjaga yang tengah bertugas. Ia menunggu kedatangan CEO baru yang dinilai tidak pantas menggantikan mendiang ayahnya—Lucas Emmanuel Dimitri.Brak!Pintu dibuka dengan kasar, rupanya Zain sudah datang. Ia langsung menuju ruangan yang ditunjuk oleh para pengawal yang telah mengabarkan kedatangan saudara tirinya, Alexander Dimitri.“Apa-apaan ini? Apa yang Kau lakukan di kantorku?” tunjuknya yang sudah terbakar emosi. “Santai, Bro! Jangan suka marah-marah begitu!” sahut Alex yang telah beranjak dari tempat duduknya.Alex berdiri di samping meja dan memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Perangainya yang lebih dewasa membuat Alex lebih bijak dalam mengatasi setiap masalah. Hanya saja karena hasutan Maria, akhirnya Dimitri menjatuhkan semua warisannya pada anak keduanya—Zain.Alexander dan ibunya tersingki
Read more

14. Diantara Dua Wanita pilihan

Gerimis masih turun di sekitar Jakarta Selatan. Seorang perempuan tengah berlari kecil mengenakan sepatu hak tingginya. Kedua tangannya berusaha menutupi wajah agar tidak terkena air hujan. Setibanya di depan sebuah restoran, ia mengibaskan rok span yang kini dikenakan agar tidak terlalu basah.“Yakin, mau menemuinya sendiri? Apa tidak terlalu berbahaya, Rose?” Nadine mendekatinya karena merasa khawatir.“Tenanglah! Aku bisa mengurusnya kali ini,” tutur Rose yang sudah meraih tas selempangnya. Sengaja waktu istirahat dirinya menyanggupi permintaan Zain yang ingin bertemu dengannya di luar kantor. Meskipun awalnya ia pun ragu dengan pertemuan mereka kali ini.Nadine melepas sahabatnya itu pergi sendirian. Ditatapnya Rose yang sepertinya antusias dengan berjuta harapan.“Sudah aku bilang, aku akan menjemputmu,” Zain yang mengetahui kedatangan Rose langsung keluar dari restoran. Lantas ia membuka jasnya dan segera meletakkan di bahu, Rose.“Tidak usah!” perempuan itu menolak dengan mendo
Read more

15. Aku Bukan Perempuan Murahan!

Sepanjang perjalanan menuju kantor, hanya deru mesin yang terdengar. Baik Rose maupun Brian tidak banyak bicara. Brian tahu jika Rose harus menata hatinya saat ini. “Mau aku ambilkan tisu?” Brian menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia menyodorkan selembar tisu untuk, Rose.Perempuan itu menoleh dengan ekspresi yang datar. “Buat apa ….?”Brian pun mengurungkan niatnya, ia mengembalikan tisu tersebut ke dalam kotak di atas dashboard. Pria muda itu menghembuskan napas untuk membuang kesal.“Aku bukan perempuan lemah, Bri. Yang ada mereka akan menginjak harga diriku lebih dari ini,” ujar Rose tanpa memperhatikan pria tersebut. Ia lebih memilih untuk melihat senyapnya jalanan karena diguyur hujan dari pagi.“Jadi, dia ayahnya Dania?” Brian masih menatapnya tanpa berkedip. Ia memiringkan tubuhnya agar bisa bicara dari hati ke hati.Rose mengangguk kecil, ada suara dengusan dari dirinya. “Hem, ya! Dia masa laluku, dan sekarang menjadi CEO di tempat kerja Kita. Lucu bukan? Apa sebaiknya
Read more

16. Diam Atau Aku Lucuti Bajumu!

Brak!“Apa ini, Rose?” Zain melempar berkas bersampul merah darah di atas meja kubikel milik, Rose.Wanita muda itu sedikit terkejut dengan kedatangan sang CEO yang secara tiba-tiba. Rose berdiri dengan tenang, ia harus bisa menstabilkan gemuruh di dadanya. “Bisa tidak, jika sikap Bapak sedikit saja lebih sopan pada saya?” Rose menghela napas dengan berat, lalu menyilangkan tangannya di depan dada. Ia melihat Zain dengan dagu yang mendongak, sangat kontras dengan tatapan matanya yang sangat tajam.“Seharusnya aku yang bertanya, apa yang sudah Kamu lakukan?” tunjuk Zain pada berkas yang baru saja dilemparnya secara kasar.“Bukankah sudah jelas, Pak Zain yang terhormat? Saya mengajukan resign dari perusahaan ini. Apakah saya harus menjelaskan kembali pada Anda, Pak?” Rose melirik pada berkas yang baru saja dia masukkan pada pihak HRD.“Tidak perlu, karena Kamu sudah pasti tahu jawabannya.” Zain menolak mentah-mentah surat pengunduran diri dari, Rose. Ia tidak menyetujui jika perempuan
Read more

17. Om Ganteng

“Apa maksud Kamu membawaku kemari?” Rose menuntut penjelasan dari, Zain. Pria itu tetap bungkam, ia turun dari dalam mobil setelah memarkirkan Roll Royce berjenis wraith tersebut di tepi trotoar.“Turun!” perintahnya dengan tegas, sehingga terlihat dengan jelas jika pria tersebut tidak sedang main-main.“Turuti perintahku atau aku ambil putrimu!” pilihan sulit itu terucap dari bibir, Zain. CEO di tempatnya bekerja tersebut, secara tidak sengaja mendapati dirinya menjadi bagian dari perusahaan yang telah ia pimpin. Sial bagi Rose yang telah meremehkan kekuasaan Zain, rahasia yang telah ia simpan rapat-rapat selama 5 tahun terkuak begitu saja.“Kau ….” tunjuk Rose tepat di depan pria berperawakan 179 centimeter tersebut.“Kamu sering ke sini? Bagaimana bisa?” kali ini Rose banyak bertanya.“Kamu menemui anakku?!” dengan sedikit berteriak, Rose berdiri tepat di sisi pintu mobil karena merasa terabaikan.“Zain!” Rose menarik lengan jas yang digunakan oleh pria tersebut.“Dia juga anakku,
Read more

18. Berharap Kawin Tangkap

“Pulanglah! Sekarang sudah larut,” Rose berdiri di ambang pintu dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.“Apa dia sudah tidur?” Zain menengok ke arah dalam sekilas. Pria tersebut tengah duduk di kursi teras depan.“Ya, Dania sudah tidur dengan pulas. Mungkin dia sangat lelah hari ini,” Rose mengedikkan sebelah bahunya.“Atau dia merasa sangat bahagia seharian ini?” ralat Zain yang membuat Rose memanyunkan bibirnya.“Apa kau tidak mendengarkanku, Pak Zain?” kali ini ia membuka kedua tangannya, agar Zain mengerti dengan apa yang baru saja diucapkannya.“A-Apa ….?” Zain balik bertanya. Ia pun membuka kedua telapak tangannya dengan bebas.“Apakah Nadia tidak akan curiga padamu? Kenapa hari ini Kamu pulang larut?” sepertinya pria itu lupa jalan pulang, atau lebih tepatnya lupa jika dirinya sudah mempunyai seorang istri.“O, oh, ya! Tentu saja,” ia jadi gugup, kebersamaannya dengan sang putri membuat Zain benar-benar lupa waktu. Ia beranjak dari tempat duduk dan berdiri tepat bebe
Read more

19. Perjanjian Pra Nikah

Deru mesin terdengar begitu kentara, akan tetapi Rose tidak bisa membuka kedua kelopak matanya dengan lebar. Tubuhnya mendadak lemas seperti tanpa tulang. Ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sedikitpun. Perlahan perempuan itu kembali memejamkan kelopak matanya. Ia merasa kepalanya berputar-putar seperti sebuah gasing. Rose seperti sedang melayang ke udara tanpa adanya sepasang sayap, persis seperti cerita dongeng Maleficent.Kondisi Rose tersungkur di atas kursi mobil, dengan posisi tengkurap. Kedua tangannya terikat ke belakang tubuh, mulutnya sudah tersumpal oleh kain. Perempuan itu, tidak bisa melakukan apapun selain menunggu keajaiban dari Tuhan. ***"Aku sudah memiliki seorang putri dari wanita lain," ucap Zain tanpa basa basi. Ruangan itu semakin terasa dingin, tanpa ada cinta di dalamnya. Nadia menatap ke arah balkon yang kini terbuka bebas di hadapannya. Perempuan cantik yang kini mengenakan setelan kemeja lengan pendek berwarna broken white dan skinny jeans itu, terlihat m
Read more

20. Singkirkan Dia!

“Uhuk, uhuk, uhuk ….!” Rose merasa jika kerongkongannya sangat kering. Entah kenapa ia begitu susah ketika hendak membuka kelopak matanya. Perempuan berusia 25 tahun tersebut merasakan sakit di seluruh tubuhnya. “Ah, ….!” mulutnya yang sudah tidak disumpal oleh kain, sedikit melenguh karena tidak bisa bergerak dengan bebas.“Oh, sial! Dimana aku sekarang?” umpatnya yang telah mengetahui jika saat ini dirinya terikat di atas sebuah kursi.Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya, Rose mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tidak ada apapun yang ia dapatkan di sana. Hanya ada satu ventilasi di atas berukuran 10 x 20 centimeter, yang mengalirkan sirkulasi udara dan cahaya matahari. Sepertinya hari sudah pagi, atau lebih tepatnya siang hari. Terlihat dari adanya satu ruas sinar yang masuk ke dalam ruangan pengap tersebut. Sinar itu menerpa tepat pada wajahnya, dan membangunkan Rose dengan paksa.Rose mencoba untuk mengingat kejadian semalam, “D-Dania ….!” ia sedikit terpekik ketika memoriny
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status