Semua Bab Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan: Bab 71 - Bab 80

99 Bab

71. Gara-Gara Tikus

“Kamu tidak ada di kamar semalam, dari mana saja Kamu, Neng?” tanya mbok Darsih yang sedang membersihkan bak cuci piring.Cynthia yang baru saja masuk ke dalam dapur tercekat, ia menghentikan langkahnya. Cynthia menyentuh tengkuknya karena merasa salah tingkah. “Neng ….?” sepertinya mbok Darsih sedang menunggu jawaban darinya. Wanita paruh baya itu menatap ke arahnya dengan tatapan penuh selidik.“Oh, a-ada kok, Mbok.” Jawabnya dengan suara tergagap.“Benarkah? Si mbok nggak lihat si Eneng tidur di kamar semalam. Jangan bohong lho, Neng! Nggak takut dosa apa?” mbok Darsih menyilangkan kedua tangan di depan dada. Ia melihat Cynthia yang berpura-pura menyibukkan dengan mengelap piring di sudut dapur.Tanpa di sangka, mbok Darsih sudah mendekat. Wanita kurus berbobot 45 kilogram tersebut sudah berdiri tepat di samping, Cynthia.“Ups!” hampir saja piring yang dipegang Cynthia terjatuh karena begitu terkejut dengan keberadaan mbok Darsih yang tiba-tiba.“Apa Kamu terkejut melihatku, Neng?
Baca selengkapnya

72. Sebuah Babak Baru

“Aku tidak akan membiarkan Nadia melenyapkannya kembali. Aku bersumpah akan membuat perempuan sundal itu membusuk di dalam penjara.” Ia melayangkan pukulan pada tembok dengan kekuatan tanpa daya. “Jack!” tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya dan menatap Jack dengan ekspresi yang—entah.“Iya, Tuan zain.” Jawab Jack dengan sigap. Ia menautkan kedua alisnya dengan posisi kepala dimiringkan.“Bisakah Kita meminta rekaman cctv yang berada di jalan tersebut?” Zain memiliki ide cemerlang di saat mereka sedang menghadapi kondisi yang buntu.“Maksud Tuan ….?” Jack memastikan kembali jika perintah dari Zain benar adanya.“Ya! Kita harus mengetahui kejadian sebelum menghilangnya Rose dari tempat itu,” Zain berkacak pinggang. “Apa bisa Kau pastikan, Kita akan mendapatkan rekaman itu hari ini juga? Secepatnya,” Zain melebarkan kelopak matanya seolah menantang kecakapan Jack dalam bertugas.“Baik, Tuan.” Jawab Jack tanpa ragu sedikitpun.“Bagus! Aku harap, kali ini Kamu tidak mengecewakanku, Jack.” P
Baca selengkapnya

73. Di Balik Layar Ponsel

Dokter Frans termenung di dalam ruang kerjanya. Ia merasa serba salah untuk saat ini. Rumah sakit yang dulunya menjadi tempat nomor dua setelah rumah, tiba-tiba menjadi sebuah tempat yang ingin dihindarinya. Sedangkan rumah singgah yang ia sediakan untuk Erina, mendadak tidak memberikan kenyamanan untuknya.“Zain ….!”Ia mengingat kejadian saat itu. Dimana sosok perempuan yang diberi nama Erina telah siuman setelah dua hari tidak sadarkan diri.“Zain ….” dokter Frans menghembuskan napas dengan kasar. Ada rasa begah yang mengganjal di ulu hatinya. Ia pun berusaha untuk menarik napas kembali dengan perlahan, agar rasa sakit itu bisa perlahan menghilang.“Siapa dia sebenarnya? Apakah aku telah melakukan sebuah kesalahan? aku hanya ingin menolongnya, itu saja.” Gumam dokter Frans sambil merebahkan punggungnya pada sandaran kursi.Disesapnya kopi yang sudah hampir dingin. “Apa aku harus melaporkannya sebagai orang yang hilang? Tapi kalau dia berada di tangan yang salah, apa tidak menambah
Baca selengkapnya

74. Aku Tidak Mengenalnya

“Apa Anda mengenalnya?” Wajah dokter Frans berubah menjadi pucat pasi. Tangannya terlihat gemetar saat melihat sesuatu di balik layar telepon genggam tersebut. Buru-buru ia meletakkan kembali telepon genggam milik Zain ke atas meja. Tatapan bola matanya melirik tidak tenang. Posisinya saat ini benar-benar bagaikan buah simalakama.“Apa ada yang bisa Anda jelaskan tentang ini, Dokter?” Zain memandangnya dengan begitu lekat. “M-Menjelaskan? Soal apa, Zain? A-Aku, aku sama sekali tidak mengerti.” Ujar dokter Frans yang berusaha menghindar dari tatapan, Zain.“Tentang dia, Dok! Saya rasa Anda mengenal perempuan yang ada di foto ini.” Tunjuk Zain pada layar telepon genggamnya, jarinya mengetuk beberapa kali di atas layar.“K-Kamu salah orang, Zain. Aku sama sekali tidak mengenalnya.” Dokter Frans berusaha untuk tetap mengelak. Entah kenapa ia tidak bersedia membuka pertolongan di saat zain membutuhkannya.“Oh, ya? Benarkah? Apa tidak ada yang Anda sembunyikan dari saya?” selidik Zain den
Baca selengkapnya

75. Tes DNA Untuk Erina

Entah mengapa ada sesuatu yang berbeda saat Zain memasuki ruangan tersebut. Ada perasaan hampa yang menyelimuti, hingga saat kakinya melangkah terasa bagaikan sedang melayang. 'Dia kah yang ada di balik pintu ini?' (ucap Zain dalam hati). Dokter Frans berjalan mengikutinya dengan wajah yang masam. Berulang kali dokter itu memalingkan wajahnya saat Zain hendak meyakinkan keberadaan seseorang yang telah dicarinya. "Ya," ujar dokter Frans dengan sebuah anggukan. Entah mengapa senyumannya kali ini terasa hambar. Zain memutar knop pintu salah satu kamar pasien yang bertuliskan VIP 203. Perlahan ia masuk ke dalam setelah sebelumnya ia menghembuskan napas dengan lembut. “Silahkan,” dokter Frans memberikan akses bagi Zain untuk bisa bertemu dengan orang yang serupa dengan kekasih di masa lalunya—Rose. Kepala zain mengangguk kecil, lalu ia melanjutkan langkahnya kembali untuk melihat kondisi Rose lebih dekat. Sarah berjaga di sana, ia berdiri dari tempat duduknya saat melihat kedatangan,
Baca selengkapnya

76. Perjanjian Kerja Sama

“Apa maumu, Dokter?” suara Zain terdengar begitu dalam dengan balutan kebencian.“Tes DNA.” Jawab dokter Frans dengan tegas tanpa dalih apapun.“Tes, DNA?” Zain mengulang apa yang dikatakan oleh dokter, Frans.“Ya! Apa Kamu setuju, Zain?” tantang dokter Frans dengan raut wajah yang datar.***Zain duduk di dalam ruangan kantor miliknya. Ia memikirkan ucapan dari dokter Frans kemarin. Apa ia harus menuruti saran dari dokter kharismatik tersebut?‘Bagaimana jika aku salah orang?’ (batin Zain bertanya-tanya).‘Tapi kalau tidak dicoba, mana akan tahu hasilnya? (ucap Zain dalam hati).“Tuan Muda,” tiba-tiba Jack datang membuyarkan lamunannya.“Oh …. Kau, Jack.” Ucap Zain yang merasa terganggu. Ia membetulkan letak duduknya dan berdehem kecil untuk membuang rasa malas.“Maaf mengganggu waktunya sebentar. Di depan ada karyawan baru yang kemarin terlambat untuk interview. Hari ini dia datang lagi untuk mencoba peruntungan di perusahaan Kita.” Jelas Jack yang telah mengabarkan tentang perekrut
Baca selengkapnya

77. Jadilah Budak Cintaku!

“Argh ….!” Suara erangan itu keluar dari mulut, Alexander. Berulang kali ia menikmati tubuh Cynthia, berulang kali pula ia merasa jika dirinya selalu menginginkan hal yang sama. “T-Tuan ….” Cynthia meremas rambut Alex dengan cukup kuat, ia tidak bisa menahan gelenyar rasa yang sudah menguasai sampai ke puncak ubun-ubun.Alexander memacu adrenalinnya lebih cepat dari semula. Sehingga Cynthia bisa merasakan tetesan keringat yang jatuh dari tubuh, Alex. Keduanya saling memuaskan satu sama lain, terdengar dari deru napas mereka yang saling memburu.“Sebentar lagi, jangan basah terlebih dahulu!” bisik Alex yang membuat bulu kuduk Cynthia meremang.“Ahhh ….” kepala Alex sudah mendongak ke atas, sepertinya pria tersebut sudah melampiaskan hasratnya. Hingga ia bisa merasakan semburan lava hangat miliknya menerobos masuk ke dalam rahim milik, Cynthia.“Ohhh ….” Cynthia memejamkan kelopak matanya, ia meresapi setiap detik yang terjadi saat ini. Gadis yang sudah hilang keperawannya itu pun be
Baca selengkapnya

78. Pria Sejati

“Di sana, ada keluarga lain mendiang ayahku yang lebih berkuasa. Mereka telah merebut semuanya dari tanganku, mereka pula yang berencana untuk melenyapkan aku dari keluarga, Dimitri.” sorot matanya begitu nyalang, hingga membuat Cynthia merasa—takut.“Aku akan membawa semuanya kembali dalam genggamanku, Cynthia. Aku akan memberi pengobatan terbaik untuk mama, dan membawanya kembali ke kediaman utama yang kini ditempati oleh nenek Lampir itu!” ujar Alex dengan nada yang berapi-api.Sementara itu, Cynthia yang telah menelan salivanya hanya bisa melihat tanpa berani berkomentar apapun. Gadis berkulit bersih itu sempat berpikir, mungkin inilah salah satu penyebab kemarahan Alex yang secara tiba-tiba dan lebih memilih untuk mengurung diri. Alexander mengalami sebuah—trauma.“Apa Anda takut, Tuan?” suara lembut itu mampu membuat Alex seperti berhenti untuk bernapas. Alex menatap lekat ke arah, Cynthia. Gadis tersebut seolah tahu apa yang dirasakannya saat ini. Alex pun menghindar dari tata
Baca selengkapnya

79. Obat Tidur

“Apa yang sudah Kamu lakukan, Marlon?” James mencoba untuk merebut sebuah bungkusan kertas kecil yang telah dipegang Marlon saat ini. Gadis berusia 24 tahun itu gugup seketika, James telah memergoki aksinya. “Kamu tahu apa ini, hah?!” bentak James yang sudah berhasil mengambil bungkusan itu. Ia menunjukkannya tepat di depan wajah, Marlon. Bola mata gadis itu bergerak tak tenang karena terlanjur tertangkap basah.“Ini sangat berbahaya bagi nona muda, Marlon. Dia hanya anak kecil yang tidak berdosa, kenapa Kamu meracuninya dengan obat tidur?” Marlon terdiam, lalu wajahnya menunduk karena tidak kuasa menatap bola mata James yang menyorotnya dengan tajam. “Shit! Seharusnya Kamu tidak boleh gegabah seperti ini. Kita harus profesional dalam menjalankan pekerjaan, Marlon.” James kesal, ia memukul udara untuk melampiaskan rasa jengkel yang ada. “Sejak kapan Kamu memberikan ini pada nona muda?” tanya James kembali menanyakan soal serbuk putih yang akan dicampur dalam segelas susu strawber
Baca selengkapnya

80. Pria Terabaikan

“Nanny, Nanny ada di mana? Mana susu strawberry yang aku minta ….?”Tanpa mereka duga, gadis kecil itu sudah berdiri di tengah dapur. Ia melihat sang pengasuh sedang bermain kuda-kudaan dengan bodyguard keluarganya. Dania terpaku sambil menatap keduanya yang kini kalng kabut dengan kedatangannya.“Kenapa Nanny tidak memakai baju, Paman?” tunjuk Dania dengan polosnya.“Shit ….!” umpat Marlon setelah ia menoleh ke arah gadis kecil itu. Buru-buru ia mengenakan kembali bajunya.Sementara itu, James yang sudah berada di puncak harus bisa mengontrol napasnya yang terdengar memburu. Ia pun melakukan hal yang sama, James merapikan bajunya yang sudah berantakan.“Gadis kecil, kembalilah ke dalam kamarmu! Nanny akan segera mengantar susu strawberry kesukaan, Nona Muda.” Debaran di dada Marlon masih berdegup dengan kencang. Tapi ia berusaha untuk menstabilkan emosinya dan mendekat ke arah, Dania. Marlon mengusap pelan kedua lengan gadis kecil itu. Ia mengulas senyuman, meski ia merasakan kehamb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status