Semua Bab Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan: Bab 81 - Bab 90

99 Bab

81. Aku Mencintaimu

“Dok! Aku sedang bicara dengan Anda,” suara dari arah belakang menyadarkan dokter Frans dari lamunannya. Dokter muda itu pun menoleh, ia mendapati Erina yang sudah duduk di tepi ranjang.“M-Maafkan aku, aku ….” “Dia siapa sih, Dok? Mukanya kok serem amat, apa nggak bisa senyum dikit aja?” bibirnya manyun, ia merasa sedikit kesal dengan tamu yang baru saja dibawa oleh dokter, Frans.“Apa Kamu tidak mengenalnya, Erina?” tanya dokter Frans dengan kedua alis yang saling bertautan.Kepala Erina menggeleng perlahan, bibirnya yang cemberut semakin terlihat lucu. Perempuan itu duduk dengan santai, kedua kakinya berayun karena badan ranjang yang sedikit tinggi baginya.“Oh my God!” tiba-tiba Erina teringat akan sesuatu, ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.“K-Kenapa? Apa ada yang sakit?” buru-buru dokter Frans menghampirinya, wajah sang dokter terlihat sangat khawatir.Erina terpaku, ia masih membekap mulutnya untuk beberapa saat. “T-Tidak, Dok. Tidak ada yang sakit, a-aku baik-ba
Baca selengkapnya

82. Perempuan Jalang!

“Jangan gila, Dok! Aku dalam keadaan bingung sekarang. Kenapa Dokter semakin membuat keadaan ini semakin rumit?” Kalimat yang meluncur dari bibir Erina membuat dokter Frans membuka matanya lebar-lebar. “A-Apa ….?” ia harus menelan keinginannya yang telah menguap begitu saja. Erina tidak merespon dengan baik apa yang baru saja ia utarakan. Perempuan itu seolah marah dengan tindakan sang dokter yang terbilang—lancang.“Bukankah sekarang ini Kita sedang sibuk dengan pencarian identitasku, Dok? Kenapa Dokter malah memikirkan hal lain?” Erina memiringkan kepalanya sedikit.“A-Aku ….” “Seharusnya Dokter meminta maaf padaku setelah kejadian kemarin. Bukannya malah mengucapkan kata-kata aneh seperti itu,” ucap Erina dengan wajah ditekuk. Seperti yang terlihat, dokter Frans bisa merasakan kekecewaan di raut wajah perempuan berkulit bersih tersebut. Sehingga ia merasa tidak enak hati dan salah tingkah dengan menggaruk bagian kepalanya yang tidak terasa gatal.“Oh, itu ….” hanya kalimat pen
Baca selengkapnya

83. Menikahlah Denganku!

"Menjauhlah dariku! Dasar perempuan tak tahu diri, ck!" Lirik dokter Rhea dengan sinis ke arah, Erina. Keduanya berhasil ditenangkan dengan bantuan security. Untung saja suster Karina datang tepat waktu, sehingga bisa mencegah keduanya untuk tidak melanjutkan adu gulat di bawah lantai yang dingin.“Ish ….! Najis bagiku menyentuh tubuhmu kembali, aku akan mencucinya setelah ini. Kau dengar itu, Bitch?!” serang Erina yang tidak mau mengalah.“Kau ….!” Buru-buru dokter Frans menarik tangan dokter Rhea, ia harus mencegah agar tidak meladeni pertikaian yang telah terjadi beberapa saat lalu.“Sudahlah, Nona. Lihatlah hasil perbuatanmu itu, tanganmu terluka. Sini! Aku obati dulu dan jangan melakukan hal bodoh seperti itu!” Suster Karina pun mengulur waktu agar Erina bisa berdiam diri sejenak tanpa menimbulkan keributan kembali.“Jangan ikut campur! Shhh …. aduh ….!” saat ia menimpali kalimat yang diucapkan oleh suster Karina, mulutnya berdesis karena merasa sakit. Sepertinya suster Karina
Baca selengkapnya

84. Mencari Jati Diri

Erina kembali pulang ke Bogor setelah terjadi insiden. Ia memilih menjauh dari Zain untuk sementara waktu. Erina butuh energi agar bisa memecahkan kasus yang dialaminya beberapa bulan ke belakang. “Kalau dokter Frans datang, katakan saja aku sedang istirahat, Bi.” Ujar Erina yang tidak ingin diganggu saat ini.“Tapi Non,” Bi Ratih berdiri sebentar setelah meletakkan secangkir teh hangat di atas meja teras.Erina menatap perkebunan di sekitarnya, lalu ia menghirup udara segar itu banyak-banyak. “Aku ingin sendiri, sebentar saja, Bi ….” “Oh, begitukah? Baiklah, Non.” Akhirnya Bi ratih mengalah, ia akan menuruti perintah Erina sebagai nona muda yang harus ia jaga seperti keinginan dokter, Frans.“Bi Ratih, tunggu ….!” Erina menghentikan langkah wanita paruh baya itu. “Iya, Non. Apa ada yang Non butuhkan, biar Bibi mengantarkannya ke sini.” Tanya Bi ratih saat ia sudah kembali menghadap setelah sempat berlari kecil menuju ke arah dapur.Erina sempat berpikir untuk beberapa saat, lalu i
Baca selengkapnya

85. Keputusan Yang Tepat

“A-Aku akan pergi. D-Dokter istirahatlah!” “Tidak! Aku ingin Kamu menemaniku, untuk malam ini saja. Aku mohon, Erina ….” Dokter Frans menahannya di dalam kamar. Ia terlihat begitu lelah dan merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti setelan jasnya dengan piyama.“Huft ….” Erina menghembuskan napas dengan perlahan. Ia mendekat ke arah ranjang, dimana dokter Frans memilih untuk berada di dunia mimpi.“Setidaknya, lepas dulu sepatumu. Menyusahkan saja!” gerutu Erina sambil melepas sepatu yang masih dikenakan oleh dokter, Frans.“Kemarilah!” Erina jatuh terjerembab ke dalam pelukan dokter Frans ketika hendak melepaskan jas pria itu. Sengaja dokter Frans meraihnya dengan sekali tarik saja. Sehingga kini Erina sudah berada di atas ranjang yang sama.“Aku sangat lelah,” ujar dokter Frans tanpa membuka kelopak matanya. Erina diam membeku berbantalkan lengan kekar dokter, Frans. Ia tidak bisa memejamkan mata karena terlalu takut akan terjadi sesuatu jika ia meladeni ulah dokter muda
Baca selengkapnya

86. Lingerie Merah Marun

"Kok bisa? Kenapa tidak Bibi cegah saat dia mau pergi? Setidaknya, bangunkan aku dulu. Kalau sudah begini, Kita harus mencarinya ke mana?”Dokter Frans uring-uringan di ruang tengah saat mengetahui kepergian Erina dari semalam. Sudah hampir tengah hari sejak perempuan itu meninggalkan rumah dan belum kembali. Kondisi itu membuat dokter Frans kelimpungan saat hendak mencari keberadaannya.“M-Maaf, Tuan Muda.” Ucap bi Ratih yang merasa sangat bersalah dalam hal ini. Ia tidak mempunyai kekuasaan penuh saat mencoba menghentikan niat Erina untuk pergi dari kediaman dokter, Frans.Bi Ratih melihat sang dokter berkacak pinggang dengan gelisah. Pria itu pasti memikirkan kesehatan Erina yang belum stabil pasca menghilang beberapa hari kemarin. Setelah ia mendapatkannya kembali, kenapa Erina pergi lagi dari dirinya. Ia mengumpat pada dirinya sendiri dengan segala kebodohan yang diperbuat.“Suster, apakah Erina ada di rumah sakit?” ia pun mencoba untuk menghubungi suster Karina. Siapa tahu, Erin
Baca selengkapnya

87. Pria Berengsek

“Kau yang sudah melakukan kebohongan, Dokter!” Zain menunjuk balik, ketika dokter Frans mendatanginya ke perusahaan PT. Global Angkasa Jaya. Dokter Frans menunggunya hampir putus asa. Sengaja Zain datang saat telepon genggamnya berdering dan mengabarkan jika dokter muda itu berada di dalam kantor CEO selama hampir 4 jam.“Jangan mengada-ada, Zain! Memangnya apa yang sudah aku lakukan? Aku mencari keberadaan Erina di sini, dia kabur dari rumah.” Elak dokter Frans yang menyangkal secara terang-terangan.“Erina? Itu adalah nama yang Kamu berikan, Dokter. Nama aslinya adalah, Rose. Aku tidak pernah mengada-ada, apalagi berurusan dengan ini. Anda tahu bukan? Aku telah mencarinya dan dia adalah perempuan yang aku maksud selama ini.” Balas Zain yang tidak mau mengalah.“T-Tapi ….” tiba-tiba wajahnya berubah menjadi pucat setelah mendengar apa yang diucapkan oleh, Zain.“Aku sudah tahu, meski Anda berusaha menutupi hasilnya, Dok.” Dengan santai Zain mengungkap sesuatu yang seolah Zain tidak
Baca selengkapnya

88. Pewaris Yang Sesungguhnya

“Apa kalian terkejut dengan kedatanganku? Surprise ….”Bibirnya menarik garis smirk menyerupai sebuah senyuman. Senyuman yang ditawarkannya terlihat begitu mengerikan. Nadia bisa merasakan betapa dinginnya tatapan itu. “Kenapa dengan kalian, haha? Apa tidak ada kata sambutan untuk kedatanganku?” ujarnya dengan penuh kejutan. Hal tersebut membuat bola mata Nadia semakin melebar dengan sempurna.“T-Tidak mungkin, a-aku pasti salah melihat.” Ucap Nadia dengan perasaan gugup yang entah kenapa tidak kunjung reda.“James ….!” Teriak Marlon saat melihat pria itu mematung, rupanya ia sedang menunggu sebuah instruksi agar tidak salah melakukan aksinya. Bisa-bisa Nadia akan mencincang habis tubuhnya dan memberikan potongan tubuhnya pada anjing liar.“M-Maafkan Kami, Nyonya.” Dengan wajah penuh ketakutan, Marlon menyempatkan diri untuk meminta maaf pada Nadia. Meski Marlon tahu, semua rasa prihatin yang ditunjukkan olehnya tidak mendapatkan sebuah apresiasi.“Menyingkirlah dari hadapanku!” Nad
Baca selengkapnya

89. Perth, Aku Datang

Zain menggenggam tangannya yang terasa sangat dingin. Mungkin ini adalah kali pertama Rose terbang melintas antar benua menggunakan pesawat. Perempuan itu menoleh, Rose terlihat tersenyum ragu kepadanya.“Apa kamu takut, Rose?” Zain bertanya dengan hati-hati.Zain bertanya bukan tentang ketakutan Rose yang baru merasakan duduk di kursi penumpang sebuah pesawat. Tapi ada yang lebih spesifik dari itu, Zain bisa tahu dari gestur tubuh Rose jika perempuan itu sangat cemas.“Tidak. Siapa yang takut? Aku bukan penakut,” jawab Rose yang kini menatap lekat pada dua netra Zain yang berwarna keabuan.“Hem, bagus.” Kata Zain sambil mengangguk kecil. Ia menepuk pelan punggung tangan Rose agar perempuan tersebut bisa lebih tenang.Rose pun mengalihkan pandangan ke luar jendela. Ia melihat sekumpulan awan seperti sebuah permadani raksasa yang terhampar di sepanjang mata memandang. “Tidurlah! Aku akan membangunkanmu saat sampai di sana.” Bisik Zain saat melihat perempuan di sampingnya itu terlihat
Baca selengkapnya

90. Pembunuh!

“Cepat buka!” Suara nyaring itu terdengar dari arah luar apartemen milik, Nadia. Rose memimpin di depan, ia memerintahkan Jack dan anak buahnya untuk mendobrak pintu yang menggunakan kunci khusus tersebut.“Baik Nyonya,” Jack pun berusaha untuk membobol akses pintu masuk yang kata sandinya telah diganti oleh, Nadia.“Sial! Kenapa pihak kepolisian tidak memberitahuku jika dia sudah dibebaskan?” Zain meremas rambutnya dengan keras. Pria itu berjalan mondar mandir dengan tak tenang. Ia melihat Jack dan bawahannya berusaha untuk membuka pintu tersebut.“Jack! Kita minta saja kunci cadangan pada penjaga.” Jack menengok ke arah belakang, saat Zain terlihat sudah tidak sabar ingin mencabik-cabik perempuan yang masih berstatus istrinya itu.“Minggir ….!” Rose menyibak di antara kerumunan, dan ….DOR ….!Bunyi letusan dari senjata berapi terdengar begitu nyaring hingga Zain terkejut dengan apa yang telah dilakukan oleh, Rose. Mereka terpaku di tempat ketika melihat Rose sudah berhasil merus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status