Share

85. Keputusan Yang Tepat

Penulis: Purple Rain
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“A-Aku akan pergi. D-Dokter istirahatlah!”

“Tidak! Aku ingin Kamu menemaniku, untuk malam ini saja. Aku mohon, Erina ….”

Dokter Frans menahannya di dalam kamar. Ia terlihat begitu lelah dan merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti setelan jasnya dengan piyama.

“Huft ….” Erina menghembuskan napas dengan perlahan. Ia mendekat ke arah ranjang, dimana dokter Frans memilih untuk berada di dunia mimpi.

“Setidaknya, lepas dulu sepatumu. Menyusahkan saja!” gerutu Erina sambil melepas sepatu yang masih dikenakan oleh dokter, Frans.

“Kemarilah!”

Erina jatuh terjerembab ke dalam pelukan dokter Frans ketika hendak melepaskan jas pria itu. Sengaja dokter Frans meraihnya dengan sekali tarik saja. Sehingga kini Erina sudah berada di atas ranjang yang sama.

“Aku sangat lelah,” ujar dokter Frans tanpa membuka kelopak matanya.

Erina diam membeku berbantalkan lengan kekar dokter, Frans. Ia tidak bisa memejamkan mata karena terlalu takut akan terjadi sesuatu jika ia meladeni ulah dokter muda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   86. Lingerie Merah Marun

    "Kok bisa? Kenapa tidak Bibi cegah saat dia mau pergi? Setidaknya, bangunkan aku dulu. Kalau sudah begini, Kita harus mencarinya ke mana?”Dokter Frans uring-uringan di ruang tengah saat mengetahui kepergian Erina dari semalam. Sudah hampir tengah hari sejak perempuan itu meninggalkan rumah dan belum kembali. Kondisi itu membuat dokter Frans kelimpungan saat hendak mencari keberadaannya.“M-Maaf, Tuan Muda.” Ucap bi Ratih yang merasa sangat bersalah dalam hal ini. Ia tidak mempunyai kekuasaan penuh saat mencoba menghentikan niat Erina untuk pergi dari kediaman dokter, Frans.Bi Ratih melihat sang dokter berkacak pinggang dengan gelisah. Pria itu pasti memikirkan kesehatan Erina yang belum stabil pasca menghilang beberapa hari kemarin. Setelah ia mendapatkannya kembali, kenapa Erina pergi lagi dari dirinya. Ia mengumpat pada dirinya sendiri dengan segala kebodohan yang diperbuat.“Suster, apakah Erina ada di rumah sakit?” ia pun mencoba untuk menghubungi suster Karina. Siapa tahu, Erin

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   87. Pria Berengsek

    “Kau yang sudah melakukan kebohongan, Dokter!” Zain menunjuk balik, ketika dokter Frans mendatanginya ke perusahaan PT. Global Angkasa Jaya. Dokter Frans menunggunya hampir putus asa. Sengaja Zain datang saat telepon genggamnya berdering dan mengabarkan jika dokter muda itu berada di dalam kantor CEO selama hampir 4 jam.“Jangan mengada-ada, Zain! Memangnya apa yang sudah aku lakukan? Aku mencari keberadaan Erina di sini, dia kabur dari rumah.” Elak dokter Frans yang menyangkal secara terang-terangan.“Erina? Itu adalah nama yang Kamu berikan, Dokter. Nama aslinya adalah, Rose. Aku tidak pernah mengada-ada, apalagi berurusan dengan ini. Anda tahu bukan? Aku telah mencarinya dan dia adalah perempuan yang aku maksud selama ini.” Balas Zain yang tidak mau mengalah.“T-Tapi ….” tiba-tiba wajahnya berubah menjadi pucat setelah mendengar apa yang diucapkan oleh, Zain.“Aku sudah tahu, meski Anda berusaha menutupi hasilnya, Dok.” Dengan santai Zain mengungkap sesuatu yang seolah Zain tidak

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   88. Pewaris Yang Sesungguhnya

    “Apa kalian terkejut dengan kedatanganku? Surprise ….”Bibirnya menarik garis smirk menyerupai sebuah senyuman. Senyuman yang ditawarkannya terlihat begitu mengerikan. Nadia bisa merasakan betapa dinginnya tatapan itu. “Kenapa dengan kalian, haha? Apa tidak ada kata sambutan untuk kedatanganku?” ujarnya dengan penuh kejutan. Hal tersebut membuat bola mata Nadia semakin melebar dengan sempurna.“T-Tidak mungkin, a-aku pasti salah melihat.” Ucap Nadia dengan perasaan gugup yang entah kenapa tidak kunjung reda.“James ….!” Teriak Marlon saat melihat pria itu mematung, rupanya ia sedang menunggu sebuah instruksi agar tidak salah melakukan aksinya. Bisa-bisa Nadia akan mencincang habis tubuhnya dan memberikan potongan tubuhnya pada anjing liar.“M-Maafkan Kami, Nyonya.” Dengan wajah penuh ketakutan, Marlon menyempatkan diri untuk meminta maaf pada Nadia. Meski Marlon tahu, semua rasa prihatin yang ditunjukkan olehnya tidak mendapatkan sebuah apresiasi.“Menyingkirlah dari hadapanku!” Nad

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   89. Perth, Aku Datang

    Zain menggenggam tangannya yang terasa sangat dingin. Mungkin ini adalah kali pertama Rose terbang melintas antar benua menggunakan pesawat. Perempuan itu menoleh, Rose terlihat tersenyum ragu kepadanya.“Apa kamu takut, Rose?” Zain bertanya dengan hati-hati.Zain bertanya bukan tentang ketakutan Rose yang baru merasakan duduk di kursi penumpang sebuah pesawat. Tapi ada yang lebih spesifik dari itu, Zain bisa tahu dari gestur tubuh Rose jika perempuan itu sangat cemas.“Tidak. Siapa yang takut? Aku bukan penakut,” jawab Rose yang kini menatap lekat pada dua netra Zain yang berwarna keabuan.“Hem, bagus.” Kata Zain sambil mengangguk kecil. Ia menepuk pelan punggung tangan Rose agar perempuan tersebut bisa lebih tenang.Rose pun mengalihkan pandangan ke luar jendela. Ia melihat sekumpulan awan seperti sebuah permadani raksasa yang terhampar di sepanjang mata memandang. “Tidurlah! Aku akan membangunkanmu saat sampai di sana.” Bisik Zain saat melihat perempuan di sampingnya itu terlihat

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   90. Pembunuh!

    “Cepat buka!” Suara nyaring itu terdengar dari arah luar apartemen milik, Nadia. Rose memimpin di depan, ia memerintahkan Jack dan anak buahnya untuk mendobrak pintu yang menggunakan kunci khusus tersebut.“Baik Nyonya,” Jack pun berusaha untuk membobol akses pintu masuk yang kata sandinya telah diganti oleh, Nadia.“Sial! Kenapa pihak kepolisian tidak memberitahuku jika dia sudah dibebaskan?” Zain meremas rambutnya dengan keras. Pria itu berjalan mondar mandir dengan tak tenang. Ia melihat Jack dan bawahannya berusaha untuk membuka pintu tersebut.“Jack! Kita minta saja kunci cadangan pada penjaga.” Jack menengok ke arah belakang, saat Zain terlihat sudah tidak sabar ingin mencabik-cabik perempuan yang masih berstatus istrinya itu.“Minggir ….!” Rose menyibak di antara kerumunan, dan ….DOR ….!Bunyi letusan dari senjata berapi terdengar begitu nyaring hingga Zain terkejut dengan apa yang telah dilakukan oleh, Rose. Mereka terpaku di tempat ketika melihat Rose sudah berhasil merus

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   91. Aku Tidak Membunuhnya!

    Proses hukum yang kini telah membelitnya membuat Rose tidak dapat berbuat banyak selain satu kata—menunggu."Kenapa rasanya sangat sakit? Apakah aku benar mencintai pria berengsek itu?" gumam Rose sambil duduk di tepi ranjang yang ada di dalam sel tahanan kota."Aku hanya ingin bertemu dengan putriku," tatapannya berubah menjadi nanar, bola matanya berkaca-kaca."Tidak. Aku tidak akan menangis, apalagi menyesali tentang semua masa laluku dengannya." Ia menggeleng pelan, Rose bertarung dengan perasaannya sendiri.Rose mendengus dengan kasar. Rasa kesal di dalam hatinya, membuat tekad Rose mengalahkan emosinya yang begitu besar."Mau sampai kapan kau mendiamkan kopi ini? Aku tidak mau membuang makanan dengan sia-sia." Suara seseorang membuyarkan lamunan Rose seketika.Ia menoleh ke sumber suara, perlahan ia menatap wanita paruh baya yang bekerja sebagai office girl di kantor tahanan kota Perth itu dengan lirikan yang tajam. Rose tidak menjawab, ia pun kembali menghabiskan waktunya denga

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   92. Aku Punya Uang

    “Rose, tunggu! Setidaknya berikan aku penjelasan untuk ini,” Zain mencegahnya kmbali, ia tidak terima jika perempuan itu menolaknya secara mentah-mentah.Hening untuk beberapa saat, hingga Rose mengambil napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia pun mengangguk kecil, lalu mengatakan sesuatu yang semestinya tanpa bermaksud menentang hukum yang sedang berjalan.“Aku tidak membunuhnya! Sudah berapa kali aku bilang padamu. Aku tidak membunuh istrimu,” ujar Rose yang terpaku untuk beberapa saat.Ia meninggalkan Zain di tengah ruang sidang sendirian, pria itu tidak bisa berbuat banyak. Ia pun harus mematuhi aturan yang berlaku di negeri orang. Dan ia baru menyadari jika telah melakukan satu kesalahan yang fatal.***“Hei, Tuan! Jaga sikap Anda!” kedua petugas itu terkejut saat melihat Zain melompati pagar pembatas. Pria itu nekat mendatangi Rose yang tidak mau bertegur sapa dengannya. Entah ia mendapatkan keberanian dari mana, Zain sudah berdiri tepat di hadapan Rose dengan napas yan

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   93. Gadis Ceroboh

    BRUK ….!Tanpa sengaja Zain telah menabrak seseorang saat ia hendak berjalan ke luar ruangan. Ia sudah berhati-hati dalam melangkahkan kakinya, tapi sepertinya tidak seperti itu. Suasana hatinya yang buruk telah membuat dirinya tidak bisa berpikir dengan jernih apalagi berjalan dengan benar. Walau bagaimanapun Zain harus minta maaf pada pria yang telah ditabraknya itu.“M-Maaf Tuan, saya tidak sengaja melakukannya.” Zain berhenti dan membalikkan tubuhnya untuk lekas minta maaf.Pria yang mengenakan topi itu tidak menjawab, ia hanya mengangguk kecil lantas kembali melanjutkan perjalanannya. Wajahnya yang tertutup masker membuat Zain memicingkan kedua kelopak matanya. Timbul rasa curiga saat pria itu berusaha mengalihkan tatapan, Zain. Ia seakan mengenal gestur pria itu, tapi entah di mana?Tapi apa peduli Zain saat ini. Ia pun berjalan menuju area parkir dan menjumpai Jack yang diperintahkan untuk menunggu di sana. Jack menyambutnya dengan hormat, tidak ada basa-basi di antara keduanya

Bab terbaru

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   99. Menjalani Hidup Masing-masing

    BUG!"Hentikan segera! Ini bukan arena tinju, Tuan." Salah satu petugas yang berjaga di barak bagian tahanan pria, berlari kecil sambil mengacungkan jari telunjuknya."Saya mohon jaga sikap kalian berdua, Tuan-Tuan!" teriaknya sekali lagi.Tapi ada yang aneh saat petugas tersebut sudah sampai untuk melerai dua saudara beda ibu itu. Zain dan Alex tetap bergulat dan saling memukul tanpa ada yang memisahkan keduanya."Biarkan saja, Opsir! Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya. Kita lihat saja hasilnya seperti apa." Cynthia menghadangnya dengan sebelah tangan. Petugas kepolisian itu pun menghentikan langkahnya dengan tatapan yang aneh. "Tapi Nona, mereka bisa saling menyakiti …." “Tenang saja Opsir. Mereka akan berhenti jika sudah merasa puas.” Ujar Cynthia dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh petugas tersebut. Ia pun menuruti saran dari Cynthia yang memintanya untuk tidak ikut campur. Terpaksa petugas itu membiarkan perseteruan yang

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   98. Kejujuran

    Biarkan aku menemuinya! Biarkan aku masuk ke dalam sana, sebentar saja. Aku mohon ….” Zain berusaha menerobos penjagaan di sel tahanan sementara khusus laki-laki. Setelah mendapatkan informasi dari Rose soal kakaknya, ia langsung kembali ke gedung tahanan kota Perth.“Maaf Tuan, Anda harus mematuhi jam berkunjung. Apakah Anda adalah keluarganya? Tolong tenanglah, Tuan!” cegah salah satu petugas itu dengan menarik pergelangan tangan, Zain. Ia tidak mengizinkan pria itu untuk masuk begitu saja tanpa izin.“Bagaimana aku bisa tenang, jika yang ada di dalam sana adalah kakakku. Kakak tiriku yang telah dinyatakan telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Aku harus memastikan kalau yang ada di dalam sel tahanan itu adalah orang yang sama.” Zain menatap tajam pada petugas itu. Dari cara pandangnya, Zain menunjukkan keseriusan.“Aku hanya ingin melihatnya, Opsir. Aku ingin memastikannya, itu saja. Aku yakin jika Anda memiliki keluarga yang telah dinyatakan menghilang atau meninggal. Kalian ak

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   97. Mimpi

    “Mau apa kamu ke sini? Apa belum puas kalian menyakitiku? Belum puaskah kamu sudah mengambil putriku?” Zain menghentikan langkahnya. Benar saja, Rose menatapnya dengan sorot mata yang tajam. Ada banyak luka dan dendam yang tidak bisa dibicarakan secara transparan. “Jika kamu datang hanya untuk menyakitiku, maka kamu datang di waktu yang tidak tepat. Pergilah dari hadapanku!” Rose telah mengusirnya dengan cara yang tidak hormat.“Dengarkan dulu, Rose! Aku mohon,” Zain mencoba untuk bisa mendapatkan kesempatan kembali. Tapi sayang, Rose sudah terlanjur sangat kecewa kepadanya.“Jangan mendekat!” tunjuk Rose dengan tatapan yang sengit. Rose berusaha untuk menghentikan niat, Zain. Ia sudah muak selalu dicekoki oleh janji manis yang tidak berujung. “Kalian berdua sama saja,” gumamnya sambil melengos. Zain menghentikan langkahnya, ia memiringkan kepala dengan dahi yang berkerut. “Apa maksudmu, Rose? Siapa yang kamu samakan denganku? Apa yang kamu bicarakan saat ini adalah dokter, Frans?

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   96. Datang Untuk Menyakiti

    “Apa kamu sudah tidak laku? Sampai dirimu merebutnya dariku?” Kalimat itu, masih diingatnya dengan baik. Ia menatap dokter Frans dengan menitikkan air mata. Ucapan dokter Rhea Zalina kala itu, membuat Rose melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras. Ia tidak bermaksud merebut siapapun, hingga terjadi miss komunikasi di antara keduanya.“Dokter ….” Rose memanggilnya berulang kali setelah ia mengusap titik embun di sudut kelopak matanya.Dokter Frans terkesiap, ia menoleh ke arah Rose yang menatapnya dengan bola mata berkaca-kaca. Tujuannya menyusul ke Australia untuk membebaskan Rose dari segala tuduhan, ia sangat yakin jika perempuan itu tidak bersalah meski sifatnya sedikit keras kepala. Tapi apa yang didapatinya setelah sampai di tujuan? Perempuan itu seperti telah menolaknya mentah-mentah.“I-Iya, maafkan aku. Tidak seharusnya aku berada di sini, aku hanya ….”“Terima kasih banyak, Dok. Dokter telah menyelamatkan hidupku untuk yang kedua kalinya.” Rose menyela ucapan dokter, Fr

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   95. Potongan Memori Yang Hilang

    “A-Ampun! Tolong ampuni saya!” Alex mencoba untuk bangkit, tapi ia kesulitan. Kerumunan itu tiba-tiba terbentuk dengan sendirinya. Rose dan Alex sudah berada di dalam lingkaran. Rose mengambil alih kembali, ia melayangkan bogem mentahnya pada Alex.“Hei ….! Berhenti! Apa yang sedang kalian lakukan, hah?! Bukankah kalian itu seharusnya saling menyemangati demi kepulanganmu Nona.” Salah satu petugas itu pun menyusup masuk ke dalam lingkaran. Ia melihat ada dua orang tengah adu kekuatan di antara tahanan yang lain.“Huuu ….” suara sorak sorai disertai tepuk tangan menggema di seluruh ruangan. Mereka berkumpul di satu titik yang dianggap sangat menarik. Bagi mereka, sudah lama tidak ada tontonan yang membuat mereka terlihat sangat bergairah seperti saat ini. Apalagi posisi Rose yang berada di atas tubuh, Alex. Para tahanan itu semakin memberinya semangat untuk meneruskan aksi heroiknya.“Apa-apaan kau ini, Nona?! Ikutlah denganku!” tarik salah satu petugas yang sudah menggenggam erat le

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   94. Jangan Menyebut Namanya!

    “Suster, tenanglah ….!” dokter Frans berusaha mencegah agar suster Karina menghentikan aksinya. “Tiba-tiba mataku sakit saat melihat suster mondar mandir seperti layangan putus,” ujar dokter Frans dengan menghembuskan napasnya dengan perlahan. Sepertinya ucapan dokter Frans sangat manjur, suster Karina langsung menghentikan aksinya. Ia memandang dokter Frans dengan tatapan yang — entah. “Apa ….?” ia memiringkan wajahnya sedikit. Suster Karina merasa aneh dengan apa yang diucapkan oleh dokter, Frans. Apa benar dokter Frans saat ini sedang sakit mata? Bisa-bisa rencana kepergian mereka gagal hanya karena sakit mata. “Eh, apa-apaan ini, Sus? Apa yang kamu lakukan, hah ….?” tanya dokter Frans yang menyadari jika suster Karina mendekat padanya hanya berjarak sepuluh sentimeter. “Dokter sakit ….? Apa perlu saya ambilkan obat? Kalau sedang sakit mata, jangan dibiarkan begitu saja! Bisa semakin bahaya nantinya, Dok.” Ujar gadis perawat itu memberikan sebuah penjelasan. “Ish, apa sih, S

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   93. Gadis Ceroboh

    BRUK ….!Tanpa sengaja Zain telah menabrak seseorang saat ia hendak berjalan ke luar ruangan. Ia sudah berhati-hati dalam melangkahkan kakinya, tapi sepertinya tidak seperti itu. Suasana hatinya yang buruk telah membuat dirinya tidak bisa berpikir dengan jernih apalagi berjalan dengan benar. Walau bagaimanapun Zain harus minta maaf pada pria yang telah ditabraknya itu.“M-Maaf Tuan, saya tidak sengaja melakukannya.” Zain berhenti dan membalikkan tubuhnya untuk lekas minta maaf.Pria yang mengenakan topi itu tidak menjawab, ia hanya mengangguk kecil lantas kembali melanjutkan perjalanannya. Wajahnya yang tertutup masker membuat Zain memicingkan kedua kelopak matanya. Timbul rasa curiga saat pria itu berusaha mengalihkan tatapan, Zain. Ia seakan mengenal gestur pria itu, tapi entah di mana?Tapi apa peduli Zain saat ini. Ia pun berjalan menuju area parkir dan menjumpai Jack yang diperintahkan untuk menunggu di sana. Jack menyambutnya dengan hormat, tidak ada basa-basi di antara keduanya

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   92. Aku Punya Uang

    “Rose, tunggu! Setidaknya berikan aku penjelasan untuk ini,” Zain mencegahnya kmbali, ia tidak terima jika perempuan itu menolaknya secara mentah-mentah.Hening untuk beberapa saat, hingga Rose mengambil napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia pun mengangguk kecil, lalu mengatakan sesuatu yang semestinya tanpa bermaksud menentang hukum yang sedang berjalan.“Aku tidak membunuhnya! Sudah berapa kali aku bilang padamu. Aku tidak membunuh istrimu,” ujar Rose yang terpaku untuk beberapa saat.Ia meninggalkan Zain di tengah ruang sidang sendirian, pria itu tidak bisa berbuat banyak. Ia pun harus mematuhi aturan yang berlaku di negeri orang. Dan ia baru menyadari jika telah melakukan satu kesalahan yang fatal.***“Hei, Tuan! Jaga sikap Anda!” kedua petugas itu terkejut saat melihat Zain melompati pagar pembatas. Pria itu nekat mendatangi Rose yang tidak mau bertegur sapa dengannya. Entah ia mendapatkan keberanian dari mana, Zain sudah berdiri tepat di hadapan Rose dengan napas yan

  • Ayah Dari Anakku Adalah Sang CEO Arogan   91. Aku Tidak Membunuhnya!

    Proses hukum yang kini telah membelitnya membuat Rose tidak dapat berbuat banyak selain satu kata—menunggu."Kenapa rasanya sangat sakit? Apakah aku benar mencintai pria berengsek itu?" gumam Rose sambil duduk di tepi ranjang yang ada di dalam sel tahanan kota."Aku hanya ingin bertemu dengan putriku," tatapannya berubah menjadi nanar, bola matanya berkaca-kaca."Tidak. Aku tidak akan menangis, apalagi menyesali tentang semua masa laluku dengannya." Ia menggeleng pelan, Rose bertarung dengan perasaannya sendiri.Rose mendengus dengan kasar. Rasa kesal di dalam hatinya, membuat tekad Rose mengalahkan emosinya yang begitu besar."Mau sampai kapan kau mendiamkan kopi ini? Aku tidak mau membuang makanan dengan sia-sia." Suara seseorang membuyarkan lamunan Rose seketika.Ia menoleh ke sumber suara, perlahan ia menatap wanita paruh baya yang bekerja sebagai office girl di kantor tahanan kota Perth itu dengan lirikan yang tajam. Rose tidak menjawab, ia pun kembali menghabiskan waktunya denga

DMCA.com Protection Status