Semua Bab Terjebak Obsesi Cinta Mafia Kejam: Bab 191 - Bab 200

221 Bab

Cemburu

“Jake badan kamu panas.” Alesha memeriksa kening putranya. Setelah Jake masuk ke dalam mobil. Alesha heran sekali dengan Jake yang terduduk lesu. “Kita ke rumah sakit ya?” tanya Alesha. Jake menggeleng. “Tidak mau. Jake tidak suka Rumah sakit.” Alesha menghela nafas. “Hanya menebus obat Jake. Setelah itu pulang.” “Jake tidak suka obat.” Jake memperbaiki posisi duduknya dan menatap Alesha. “Jake akan sembuh sendiri.” Alesha mengusap pipi anaknya. “Kalau sakit itu minum obat supaya sembuh. Sakit tidak bisa sembuh sendiri Jake.” Jake mendengus. Ia bersindekap sambil menatap jendela mobil. Bocah itu terlihat merajuk.“Mom panggilkan uncle Xavier.” Jake menoleh. “Tidak buruk.” Sesampainya di Mansions. Alesha dan Jake berjalan masuk. “Jake—kenapa wajahmu murung sekali?” Yubin mendekat. “Badan kamu panas?” Yubin memeriksa kening Jake. Benar suhu keponakannya itu tinggi. “Istirahat yang cukup jangan pergi bermain dulu.” “Aku lupa punya adik dokter. Aku sudah terlanjur memanggil Xavi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-05
Baca selengkapnya

Tidak Berguna

“Kakek ingin kalian menginap di sini. Hidup kakek tidak akan lama lagi. kakek ingin kalian bersama kakek lebih lama.” Alesha tidak suka dengan kakek yang berbicara seperti ini. “Kakek jangan berbicara seperti itu. Kakek sehat, kakek akan hidup lebih lama lagi. Kakek akan melihat cicit kakek tumbuh, kakek akan melihat cicit kakek yang lain.” “Benarkah?” pertanyaan itu bukan dari kakek, melainkan suaminya sendiri. “Kalau begitu ayo buat adik buat Jake.” Tangannya semakin gencar masuk ke dalam piyama yang digunakan Alesha. PLAKAlesha memukul tangan suaminya. Kemudian beranjak dari kasur. Meninggalkan suaminya yang tengah menahan kekesalannya. Ia berjalan di balkon. “Kakek merasa hidup kakek tidak akan lama lagi. Untuk itu kakek ingin kalian bersama kakek di detik-detik terakhir hidup kakek.” “Alesha dan Garvin pasti akan ke sana. Kakek jangan berpikir seperti itu lagi. Nanti, tunggu beberapa hari. Alesha dan Garvin akan tinggal di sana.” “Baiklah.” Abraham menutup panggilan telepo
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-06
Baca selengkapnya

Blok Timur

“Bunuh saja aku.” Daisy tertawa pelan. Ia mendongak. Mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah sebentar. Ia berdiri—menatap dua orang yang baginya tidak pernah berguna di hidupnya. “KENAPA TIDAK MEMBUANGK SAJA? KENAPA MALAH INGIN MENYERAHKAN PERUSAHAANMU PADAKU?” jerit Daisy tidak tertahankan. “Karena kau tidak punya anak. Karena aku harapanmu satu-satunya untuk menjadi penerus agar perusahaan tidak jatuh pada saudaramu yang sudah membunuh ayahmu sendiri.”“DIAM KAU!” Sentak Aroon. PlAK PLAK Hari ini Daisy menerima 3 kali tamparan. Daisy tertawa—ia menampar pipinya sendiri. “Tampar lagi! Tampar aku sepuasmu sialan!” “Daisy sudah!” Amora mendorong Daisy. “Kau tidak boleh melawan ayahmu. Berhenti Daisy, jangan membuat ayahmu marah.” “Anak sama ibu sama saja.” Aroon menarik Amora. “Dia keponakanmu sendiri. Tapi berani-beraninya berusaha menghancurkan perusahaanku.” Amora menggeleng. “Aku tidak punya keluarga Aroon. Mereka hanya orang asing.” “Kalau begitu.” Aroon menatap Amo
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-06
Baca selengkapnya

Hadiah

“KAKEK!” Alesha berteriak di depan pintu. Abraham bergegas keluar. Kakek tua itu terlihat sangat bahagia melihat kedua cucunya datang ke rumahnya. Ia tersenyum semakin lebar ketika Garvin menyeret beberapa koper. “Cucu kakek.” Abraham memeluk Alesha. Mengusap pelan puncak kepala cucu perempuan yang sudah beberapa bulan tidak ia temui. “Kakek!” panggil seorang bocah. Jake memanggil Abraham dengan sebutan kakek karena mendengar orang tuanya. “Kakek,” panggilnya lagi. “Cicit kakek sudah besar.” Abraham juga memeluk cicitnya dengan bahagia. Ia bahkan masih kuat menggendong Jake. Memutar tubuh Jake ke udara. Perbuatannya tidak luput dari penglihatan cucu laki-lakinya. Garvin berkacak pinggang. “Ini yang disebut akan segera mati?” tanyanya pelan. Garvin heran sekali pada kakeknya yang pesimis tentang umur. Kakeknya masih bisa berjalan dengan benar, meskipun selalu ditemani oleh tongkat sakti. Tongkat sakti itu tidak hanya membantu jalan, namun juga sebagai senjata. Lalu mengangkat tubu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-06
Baca selengkapnya

Hadiah Pertama dari Kakek

“Cantik sekali. Kamu selalu cantik.” Abraham mengangguk. Garvin sudah percaya diri jika kakeknya akan membelikannya juga. Tapi ditunggu—kakeknya tidak mengeluarkan apapun lagi dari saku. Kakeknya itu malah berbarik, berjalan menjauhi mereka. “Kek, di mana punyaku?” tanya Garvin. Abraham berhenti. Ia berbalik. “Memangnya kamu ingin?” tanyanya. “Jelas ingin. Kakek selalu membelikan Alesha, tapi tidak pernah membelikanku.” Garvin mendekati kakeknya. “Kakek memang pilih kasih,” omelnya sambil berdecih pelan.Tak takTongkat itu akhirnya melayang di kepala Garvin. “Kakek tidak membelikanmu, karena kakek yakin kamu tidak akan menggunakannya.” “Sudah kuduga.” Garvin menelan kekecewaannya lagi. Kakeknya itu lebih menyayangi Alesha dari pada dirinya. Abraham memberikan sebuah kotak berwarna hitam pada Garvin. kotak kecil yang hanya berukuran separuh genggaman tangan. “Ini adalah cincin. Katanya dulu pemiliknya adalah Raja.” Garvin mengerjap mata. Ia menatap telapak tangannya yang sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-07
Baca selengkapnya

Jangan Seperti ini

Tapi tidak. Ia tidak terjatuh. Tubuhnya terasa sedikit diangkat. Kemudain disertai sebuah tangan yang memeluk pinggangnya. Ia perlahan membuka mata. Seorang pria tengah menatapnya—pria itu juga memeluknya. “Hati-hati,” ucap Vander pelan namun menusuk di telinga Yubin. Yubin mengerjapkan mata. Ia segera melepaskan diri dari Vander. “Terima kasih.” Mengibaskan tangan—Yubin mencium aroma yang begitu pekat dari pria ini. Aroma ini adalah bau alkohol. Yubin memang minum—namun tidak terlalu sering. Hanya di dalam sebuah acara yang memang mengharuskan dirinya minum. Jadi dia tahu betul bau alkohol seperti apa. “Kau mabuk?” tanya Yubin. Vander menggeleng. Tatapannya masih berpusat pada satu wanita yang membuat hidupnya kacau balau. Melupakan wanita ini saja tidak cukup bertahun-tahun. “Aku tidak tahan.”“Maksudmu?” Vander menarik Yubin ke dalam pelukannya. Merengkuh tubuh ramping Yubin ke dalam dekapannya. Ia juga mengecup beberapa kali kening Yubin dengan perasaan sayang. “Apa kau mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-07
Baca selengkapnya

Bukan Pilihan

“Vander…,” lirih Yubin. Vander melepaskan permainan mereka. Ia menyatukan dahi mereka. Vander menatap Yubin yang menenduk. Salah satu jarinya mengangkat dagu Yubin agar mendogak menatapnya. “Tatap aku.” Yubin menggeleng. Ia menggeleng. Jujur ia malu. Ia ingin mengakhiri hubungan ini namun ia malah semakin larut dengan sentuhan Vander. Ia ingin menjauh dan berhenti. Tapi tidak dengna tubuhnya. “Yubin. Aku mencintaimu.” Vander mengecup dahi Yubin pelan. “Jika kau ingin aku menjauh. Aku akan melakukannya. Tapi aku sungguh-sungguh mencintaimu.” Yubin memejamkan mata. Ia merasakan lelehan air mengenai kelopak matanya. Apakah Vander menangis? Yubin membuka mata. Ia menatap kedua mata Vander yang biasanya setajam Elang, kini berubah menjadi sendu. “Maafkan aku yang terlalu memaksamu.” Vander melepaskan Yubin. Ia bergerak menjaga jarak. Tanpa menunggu waktu yang lama lagi, Vander berbalik. Berjalan menjauh. Pria itu tidak menoleh sedikitpun apalagi berhenti. Mungkin ini kepergiannya. Bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-07
Baca selengkapnya

Jake Ditinggal

“Itu bukan pilihan sayang.” Alesha mengusap rahang Garvin. “Jika aku memintamu bermain lembut. Pada akhirnya kamu juga akan kasar. Jika aku memilih kasar. Kamu juga akan kasar sepanjang bermain.” Garvin tersenyum. “Kamu sudah tahu aturannya. Not bad. Kamu cukup pintar.” “Aku memang pintar.” Alesha berdecih pelan. Ia menarik tengkuk Garvin dan menciumnya. Bergerak melumatnya pelan. “Terlalu lembut,” bisik Garvin. Ia menggendong tubuh Alesha. Berhenti di jendela. Ia sedikit menyibak tirai hingga pemandangan hutan terlihat. Alesha terpaku sebentar. Ia sudah lama tidak tinggal di kamar ini. Ternyata ada banya yang berubah. Dulu hutan itu tidak seberapa lebat. Tapi sekarang ada banyak pepohonan hijau. “Jangan berusaha menghindar.” “Aku tidak menghindar.” Alesha mencebikkan bibirnya. “Siapa yang menanam pohon di hutan? Apa program pemerintah?” “Mana ada program pemerintah.” Garvin menyentil dahi Alesha. “Hutan yang mengitari rumah kakek adalah milik kakek. Tentunya tidak hanya hutan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-08
Baca selengkapnya

Lily & Xavier

“Hayooo. Ngapain tuan muda di sini?” Bi Rosa memergoki Jake yang mengintip di jendela. Jake menoleh. Ia melebarkan mulutnya mengantuk. “Hooaaam. Jake ngantuk, Bi.” “Yaudah ayo ke kamar.” Bi Rosa menemani Jake ke kamarnya. “Tuan muda kenapa tidak ikut?” Jake menggeleng pelan. “Jake tidak diajak. Mom dan Dad mungkin ingin berduaan saja.” Jake menampilkan raut biasa saja. Padahal ia sangat senang tidak ikut ke pesta bersama orang tuanya. Bagi bocah kecil seperti dirinya, Pesta orang dewasa sangatlah tidak menarik. Ada banyak minuman berbagai warna namun tidak boleh di minum. Orang tua hanya sibuk berbincang dengan teman mereka. Sedangkan anak kecil hanya bisa mendengarkan mereka. Jake tidak suka, lebih baik ia di rumah dan tidur. “Tuan muda ingin adik?” Jake mengangguk. “Ingin satu, perempuan. Supaya Jake ada temannya.” “Semoga ya tuan. Semoga segera diberi adik perempuan.” Bi Rosa menyelimuti Jake sampai sebatas leher. ~~Mobil sudah berhenti di sebuah gedung tempat digelarnya p
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-08
Baca selengkapnya

Penyelamat

Yubin mengerjap. Undangan? Ia hanya diberi tahu Alesha untuk ikut dan tidak mendapat undangan. Haissh bagaimana ini? “Jika anda tidak punya undangan, anda tidak bisa masuk nona.” Pengawal itu menatap Yubin dari atas hingga bawah. Yubin meraih ponselnya. Mencoba untuk menghubungi kakaknya namun satupun tidak ada dari mereka yang menjawab. Seharusnya dia tidak usah datang. Yubin menyesal—sungguh! Ia tidak tahu harus apa sekarang.“Tolong panggilkan Yuna—Maksudku nona Alesha dan tuan Garvin. Aku adik iparnya tuan Garvin,” balas Yubin. “Tuan Garvin bukan sembarang orang yang bisa dipanggil, nona.” Pengawal itu saling berpandang dengan pengawal lain. Mereka semacam memberi kode satu sama lain. Yubin mendesah kasar. Beberapa orang yang melewatinya nampak menatapnya sinis. Haish Shibal! Umpat Yubin dalam hati. Setelah ini ia akan memarahi kakaknya yang telah tega meninggalkannya sendirian. “Dia bersamaku.” Yubin merasakan ada satu tangan yang merangkulnya. Akibat silauan lampu—Yubin tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status