"Fenita? Fenita temannya Ananta? Iya, Fen. Ada perlu apa, ya? Apa kamu tahu di mana Ananta sekarang?"Aku menggeleng sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada. Pandanganku terus memohon penuh iba pada Fenita. "Nggak, Om, Saya justru mau bicara pada Ananta. Soalnya ponselnya nggak bisa dihubungi. Kalau gitu, udah dulu, ya, Om. Assalamu'alaikum."Sontak, kupeluk erat Fenita dan menciumi kedua pipinya. "Makasi, ya, Fen. Lo emang sahabat gue yang paling baik."Fenita mendengkus kasar. "Terpaksa, deh, gue bohong. Ilang, deh, pahala puasa gue. Untung gue lagi nggak puasa."Kami pun tertawa."Satu minggu, ya, Ta. Gue kasih waktu satu minggu lagi, soalnya minggu depan gue juga mau pulang kampung. Gue harap, lo udah punya keputusan tentang sikap apa yang harus lo ambil terkait masalah lo sama suami lo.""Iya, Fen. Gue usahain.""Ya udah, lo lepasin. Gue mau pergi ngaji dulu.""Fen, gue ikut, ya? Bosen, ni, di rumah terus.""Serius lo mau ikut? Ya udah cepet. Sebenarnya udah lama gue ma
Last Updated : 2023-07-25 Read more