Share

Cerita Gita

Penulis: DeealoF3
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-25 08:59:26

SURAT PERNYATAAN DONOR ORGAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Altezza Pranataputra

Usia : 37 tahun

Alamat: Jalan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta.

Bertindak atas nama almarhumah istri saya yang bernama:

Nama : Lisfi Susanti Bin Abdulaziz

Usia : 35 tahun

Alamat: Jalan Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta.

Dengan ini bermaksud melakukan donor organ tubuh milik almarhum berupa jantung, hati, dan pankreas kepada:

Penerima:

Nama : Danantya Heryawan

Usia : 52 tahun

Alamat: Jalan Akasia, Cempaka Putih, Jakarta.

Bertindak atas nama anak kandung saya yang bernama:

Nama : Ananta Heryawan

Usia : 15 tahun

Alamat: Jalan Akasia, Cempaka Putih, Jakarta.

Surat ini dibuat dengan penuh kesadaran di depan tim dokter dan penasihat hukum. Kedua belah pihak dalam perjanjian ini telah sepakat bahwa pihak penerima selanjutnya berjanji tidak akan mengajukan tuntutan lebih jauh terkait peristiwa kecelakaan yang telah melibatkan kedua belah pihak keluarga.

Dibuat d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Upik Abu jadi Nyonya   Aku Mau Cerai

    "Sebenarnya pengemudi mobil yang telah menabrak kalian itu adalah ...."Ibu memutus kalimatnya. "Siapa, Bu?" Sesuaikah dengan apa yang ada dalam pikiranku?"Mendiang Lisfi, mantan istrinya Nak Tezza." Tubuhku yang tadi sedang bersandar di sofa mendadak tegak. Mataku kembali membulat. "A-apa, Bu? Jadi Lisfi yang sudah membunuh ayah? Jadi ... Nanta menerima donor organ dan wajah dari seorang pembunuh?""Ananta, nggak boleh ngomong gitu. Biar bagaimanapun dia sudah tenang di alam sana. Kita seharusnya mendoakan, bukan mencerca.""Tapi, Bu, gimana mungkin Ananta bisa berhadapan dengan ayah nanti, sedangkan seumur hidup wajah yang Ananta miliki adalah wajah pengemudi yang sudah membuatnya celaka?" tangisku kian tidak terbendung. Sambil histeris terus kupukuli wajahku. "Ananta, hentikan, Nak. Hentikan! Kepergian ayahmu itu sudah takdir. Itu kecelakaan. Kita tidak bisa menolaknya. Semuanya sudah menjadi ketetapannya bahkan sebelum DIA menciptakan dunia ini. Tenangkan dirimu. Tidak sepan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Upik Abu jadi Nyonya   Sikap Fenita

    Tanpa kusadari, Fenita sudah berada di belakangku. Aku tidak tahu kalau tadi dia mengekoriku. "Ta, lo kenapa?" tanyanya seraya terus memijat pelan tengkukku, sedangkan aku hanya diam dan masih terus berusaha mengeluarkan isi dalam perutku, tidak mampu menjawab pertanyaannya. Beberapa menit kemudian akhirnya perutku pun berhenti bergejolak. Cepat kuminum air teh hangat yang Fenita ulurkan dan menandaskannya hingga setengah. "Gimana? Udah enakan?""Udah, Fen. Nggak tahu kenapa, ni, perut rasanya mual banget. Sampe lemes gue.""Masuk angin kali lo, Ta. Ya, udah hari ini nggak usah puasa dulu aja. Nanti gue anter berobat ke klinik.""Iya, Fen. Kayaknya dari kemarin badan gue emang udah rada nggak enak, tapi gue tetep maksain puasa. Hari ini gue juga coba puasa dulu, aja, Fen. Nggak enak kalau bolos. Semoga aja kuat."Setelah membantu memapahku ke kamar, Fenita mengoleskan minyak angin di leher, punggung, dan pergelangan tanganku. Kemudian kulanjutkan dengan membaluri dada dan perutku d

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Upik Abu jadi Nyonya   Kepulangan Alfa

    "Fenita? Fenita temannya Ananta? Iya, Fen. Ada perlu apa, ya? Apa kamu tahu di mana Ananta sekarang?"Aku menggeleng sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada. Pandanganku terus memohon penuh iba pada Fenita. "Nggak, Om, Saya justru mau bicara pada Ananta. Soalnya ponselnya nggak bisa dihubungi. Kalau gitu, udah dulu, ya, Om. Assalamu'alaikum."Sontak, kupeluk erat Fenita dan menciumi kedua pipinya. "Makasi, ya, Fen. Lo emang sahabat gue yang paling baik."Fenita mendengkus kasar. "Terpaksa, deh, gue bohong. Ilang, deh, pahala puasa gue. Untung gue lagi nggak puasa."Kami pun tertawa."Satu minggu, ya, Ta. Gue kasih waktu satu minggu lagi, soalnya minggu depan gue juga mau pulang kampung. Gue harap, lo udah punya keputusan tentang sikap apa yang harus lo ambil terkait masalah lo sama suami lo.""Iya, Fen. Gue usahain.""Ya udah, lo lepasin. Gue mau pergi ngaji dulu.""Fen, gue ikut, ya? Bosen, ni, di rumah terus.""Serius lo mau ikut? Ya udah cepet. Sebenarnya udah lama gue ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Upik Abu jadi Nyonya   Godaan sang Mantan

    Ragaku langsung beku saat Mas Tezza menyebut nama seseorang yang satu bulan belakangan ini sudah hampir aku lupakan. Apakah benar Alfa yang ada di dalam sana? Kenapa dia tiba-tiba muncul saat aku sudah mulai membuka hati untuk Mas Tezza? Mau apa lagi dia? Masih sambil merangkul bahuku, Mas Tezza membuka pintu dan mengucapkan salam. Ia terus mengayun langkah menuju ruang makan di mana terdengar suara piring beradu dengan sendok. "Alfa? Kamu sudah pulang? Kapan datang, Nak?" Alfa, benar itu dia. Sosok lelaki yang dulu sempat menyatakan cinta dan memiliki hatiku, kini berada tepat di hadapanku. Meski sudah menghilang selama kurang lebih satu tahun, tetapi wajahnya tidak banyak berubah. Tetap tampan. Bedanya hanya pada rambut-rambut halus yang ia biarkan tumbuh di sekitar dagu. Dengan pandangan tajam dan perasaan yang sulit kugambarkan, terus kupandangi lelaki yang sempat memporak-porandakan hidupku dulu. Bahkan, aku hampir lupa kalau sekarang Alfa adalah anak tiriku. Alfa tidak la

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Upik Abu jadi Nyonya   Janji Ayah dan Anak

    Air muka Alfa tampak tegang. Matanya sedari tadi fokus ke satu titik sembari memutar kemudi kendaraan roda empat yang ia bawa. Tidak dipedulikannya tatapan tajamku yang mengarah tepat ke wajahnya. "Kita mau ke mana, sih?" tanyaku menuntut jawaban. Namun, sudah kesekian kalinya aku bertanya, lelaki di sebelahku ini masih enggan membuka mulut. Alfa terus mengatup bibirnya rapat-rapat. Andai saja dia tahu kalau terlalu lama berada di dalam mobil berduaan saja seperti ini bisa membuat jantungku berloncatan. Ya, aku akui bahwa berdekatan dengan Alfa masih membuat detak jantungku tidak karuan. Meski perasaan itu bukan lagi rasa yang kumiliki seperti dulu. Akhirnya aku pasrah dan memilih diam. Untuk menghilangkan rasa tidak nyaman, kualihkan pandangan ke luar jendela sambil mencoba untuk menikmati perjalanan yang aku pun tidak tahu sampai kapan. Lagi pula, tidak ada gunanya kuterus memaksa di tengah deru mesin yang terdengar menggerung dan menghiasi pendengaranku. Selain itu, suhu udara

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • Upik Abu jadi Nyonya   Aku, Suami dan Mantan Pacarku

    "Janji apa maksud kamu, Fa?"tanyaku tepat setelah Alfa menutup panggilan dan dia mengembalikan ponsel. Padahal itu adalah ponselku, kan, tapi malah dia main nutup aja, dasar tidak sopan! Aku pun belum sempat meminta maaf pada Mas Tezza soal kepergianku bersama Alfa yang tanpa seizinnya. Semoga saja Mas Tezza sudah tidak marah."Bukan apa-apa," ujarnya sambil mengusap pelan kepalaku yang sontak membuat jantungku berlompatan. Apa-apaan, sih, dia tiba-tiba nyentuh kepalaku?"Oh, iya. Aku sampai lupa." Alfa lalu membuka dashboard dan memberikan sebuah roti, lengkap beserta air minumnya. "Kamu makan aja dulu. Tadinya aku mau ajak makan ke resto, tapi nggak enaklah, masak siang-siang bulan puasa gini makan di tempat umum. Sorry, ya, udah bikin kamu kelaperan."Mulutku masih terbungkam karena ulahnya tadi. Selain itu aku juga gemas karena lagi-lagi Alfa menolak untuk menjawab pertanyaanku. Dengan ragu aku tetap menerima bungkusan yang Alfa berikan lalu mulai menggigit ujung roti seraya m

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • Upik Abu jadi Nyonya   Seseorang yang Kembali Hidup

    "Bu Gwen, anda kenapa ada di sini? Malam-malam lagi, di saat aku sedang tidak ada di rumah!" seruku yang masih terkejut. Apa lagi melihat ia mengenakan kemeja milik Mas Tezza, hanya kemeja, tanpa bawahan. Apa-apaan! Pantas saja Mas Tezza udah nggak nelponin aku lagi, orang sudah ada Bu Gwen yang nemenin. Napasku sampai naik turun karena menahan kesal. "Dek, kebetulan tadi Gwen bawain Mas es buah untuk berbuka puasa. Terus nggak sengaja es buahnya tumpah kena ke Gwen. Baju Gwen basah. Ya sudah, karena udah masuk waktu magrib, Mas tawarin dia buka puasa di sini dan ganti baju, kasian, kan, masak dia basah-basahan.""Mas, kan, bisa suruh dia pulang.""Ya, dari pada Mas buka sendirian, Dek," jawab Mas Tezza seperti tidak ingin aku menyalahkannya. Mas Tezza pun langsung kembali memelukku erat saat melihat Alfa mulai mendekat. "Gwen, kamu sebaiknya pulang, sudah malam. Makasi, ya, sudah menemani saya buka puasa. Makasi juga es buahnya." Loh, enak saja dia main pergi gitu aja. Memangnya M

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • Upik Abu jadi Nyonya   Peringatan Seorang Saudara

    "Listi! Ka-kamu kok, bisa ada di sini?" tanya Mas Tezza pada sesosok wanita cantik yang berjalan di sebelah Alfa. Terlihat jelas dari air mukanya yang mendadak pucat, bahwa Mas Tezza sangat terkejut akan kehadiran wanita itu. Begitu pun aku. Siapa yang tidak kaget melihat seorang yang katanya sudah meninggal dunia tiba-tiba hadir kembali di hadapanku? Kalau bukan karena Mas Tezza yang mengenali wanita itu lebih dulu, dan Alfa yang bersikap santai, mungkin aku sudah lari dari sini.Wanita itu memilih tetap berdiri setelah Alfa mempersilakannya untuk duduk, sedangkan Alfa dengan santainya duduk di tempatnya semula. Dari penampilannya yang anggun tetapi tetap terlihat modern, mulanya aku menduga kalau wanita muda itu adalah teman Alfa. Namun, dari wajahnya yang sama persis denganku dan dari namanya, aku langsung paham kalau dia pasti ada hubungannya dengan almarhumah Lisfi. Sontak, Mas Tezza langsung berdiri dari posisinya. Begitu pula denganku. Bola mata Mas Tezza seakan ingin keluar

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27

Bab terbaru

  • Upik Abu jadi Nyonya   Bantuan Gita

    "Saya nggak pa-pa, Ustaz. Kalau diizinkan, saya mau izin dari pelajaran."Ustaz Novan sedikit terkejut dengan sikap ketus Ananta. Ia kemudian terdiam beberapa detik. "Silakan. Salma kamu tolong antar Ananta ke kamar, ya.""Baik, Pak Ustaz."Ustaz Novan hanya memandang punggung Ananda yang semakin mengecil. Kelas pun seketika hening.Sepeninggal Ananta, Ustaz Novan meneruskan kembali pelajaran. Tapi tetap saja ia tidak bisa kembali berkonsentrasi dengan apa yang ia sampaikan. Sikap Ananta tadi terus membayangi kepalanya. Ia sangat yakin pasti Bu Nyai sudah menyampaikan maksud baiknya pada Ananta. Dan ia juga yakin bahwa perempuan itu menolak untuk berta'aruf dengannya. "Pasti ia tidak mau," gumam Ustaz Novan. Sama seperti Ustaz Novan, setelah keluar dari kelas Ananta pun dilanda kegelisahan. Ia mendadak diam seribu bahasa. Salma pun jadi bingung dibuatnya. Sahabat Ananta itu ingin sekali menasehati Ananta bahwa sikapnya tidak baik. Tapi ia yakin Ananta pasti tahu apa yang ia lakukan *

  • Upik Abu jadi Nyonya   Kisah Prabu

    Jutaan detik berlalu hingga mampu mengikis nama Cinde di hati seorang Prabu Andromeda. Keputusannya menetap di Jepang adalah keputusan tepat karena di sana ia bisa menyibukkan diri dengan banyak aktivitas. Namun, meski usianya sudah hampir kepala tiga, ia masih belum bisa menemukan wanita yang mampu membuat hatinya gemetar. Seperti dulu, saat ia bersama Cinde. "Pagi, Pak Prabu," sapa Yuki, sekretaris pribadinya. Meski tahun ini ia sudah merayakan hari jadinya yang ke 45, tapi Yuki sangat cekatan. Ia adalah salah satu orang kepercayaan Prabu. "Pagi, Yuki san. Ada menu apa hari ini?"Tidak hanya piawai dalam pekerjaan, Yuki pun dikenal sangat pandai memasak. Dia bisa membuat banyak menu enak hanya dalam waktu singkat. Setiap hari ia selalu membuat eksperimen yang akan ia berikan pada Prabu. "Ini, cobalah. Aku baru selesai membuat muffin isi ayam." Yuki menyajikan dua buah kue berwarna keeemasan yang dialasi alumunium foil. Sontak, wangi tumisan ayam yang berpadu dengan bumbu dan iri

  • Upik Abu jadi Nyonya   Sikap Ananta

    "Apa? Ustad Novan? Ustadz Novan mau taaruf sama saya, Bu Nyai? Nggak, nggak mungkin. Bu Nyai pasti salah." Wanita berparas ayu itu lalu menggeleng keras. "Tidak, Ananta. Ustadz Novan sendiri yang minta bantuan ibu untuk menyampaikan niat baiknya ke kamu.""Tapi, Bu Nyai, kenapa Ustadz Novan mau taaruf sama saya? Masih banyak gadis lain yang bisa diajak taaruf, kan?" Ananta masih tidak habis pikir. "Ya, ibu juga nggak tau. Itu sudah keputusan Ustaz Novan. Ibu hanya menyampaikan. Gimana, Nanta? Apa kamu bersedia?""Maaf kalau mengecewakan Bu Nyai, tapi saya enggak bisa, Bu Nyai! Saya nggak mau. Tolong katakan sama Ustadz Novan, saya menolak tawaran taaruf itu.""Kamu nggak mau coba dulu? Hanya taaruf aja, kok. Kalau misalnya kamu tidak cocok karena suatu hal, kamu tidak harus lanjut ke proses selanjutnya, kan.""Maafkan saya, Bu Nyai. Keputusan saya sudah bulat."Lagipula kalau aku menyetujui ta'aruf ini, aku takut ke depannya hatiku akan semakin terluka, batin Ananta. "Kamu yakin?"

  • Upik Abu jadi Nyonya   Tawaran Taaruf

    "Apa Ibu tidak salah dengar, Van? Kamu mau menikah dengan gadis cacat? Apa tidak ada gadis lain? Kamu itu masih muda, masih perlu dilayani oleh istrimu nanti. Aktivitas padat. Kalau tidak ada istri yang melayanimu kamu akan kesulitan."Novan terdiam mendengar untaian kata keluar satu persatu dari mulut ibunya. Ia sudah mengira jika ibunya pasti tidak akan mudah menerima keputusannya. Namun, Novan tidak akan menyerah. Ia akan berusaha membujuk Ibunya dan keluarga besarnya agar bisa menerima Ananta. "Iya. Mbak setuju sama apa yang ibu bilang. Sebaiknya kamu simpan saja rasa cinta kamu sama gadis itu. Cari wanita lain yang bisa membuatmu menjadi lelaki sempurna dan bisa melayanimu seperti istri pada umumnya." Setali tiga uang dengan sang ibu, begitu juga dengan Lastri, kakak sulung Novan yang dengan terang-terangan menolak maksud Novan untuk melamar Ananta. Novan meremas ke sepuluh jemarinya yang ia letakkan di atas lutut. Ia lalu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan l

  • Upik Abu jadi Nyonya   Perasaan Ustaz Novan

    Di dalam kamarnya Novan merebahkan tubuh sambil melihat ke langit-langit. Memandang wajah Ananta membuatnya teringat akan seseorang yang sudah lama berada dalam hatinya: gadis yang dulu pernah ia sukai semasa kuliah di Turki. Namun, karena perbedaan status, Novan hanya menyimpan perasaannya dalam-dalam.Novan tahu tidak seharusnya menatap wajah Ananta. Karena sebagai guru harus menundukkan pandangan. Ia hanya sesekali menatap wajah itu. Makanya kemarin saat Pak Kiyai memanggilnya, dadanya berdegup kencang. Ia takut perasaannya pada Ananta akan diketahui oleh Pak Kyai.Novan Berencana untuk melamar Ananta tetapi tidak secepat itu, karena mereka juga baru bertemu beberapa kali. Ia ingin menyelidiki keluarga Ananta dulu dan melamarnya langsung pada sang Ibu. Setelah ibunya Ananta merestui baru ia akan mengatakan semuanya pada Pak Kyai. Novan pun berencana untuk menyampaikan maksudnya itu pada sahabat baiknya Ustadz Fadil. Yang juga merupakan pengajar di pesantren itu. "Aku tahu sebenarn

  • Upik Abu jadi Nyonya   Iri

    "Nggak papa, kok, Sal. Aku mau jawab. Apa yang kamu denger emang bener. Aku udah pernah nikah."Ucapan Ananta membuat bola mata Salma membulat. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan mendekati Ananta. "Terus gimana ceritanya kamu bisa masuk ke pesantren ini? Suami kamu tahu? Dia ngijinin? Seingatku, kamu datang ke sini cuma sama ibu, teman dan adikmu."Raut wajah Ananta langsung berubah sedih. "Suamiku nggak ikut, Sal, karena dia udah meninggal. selain kehilangan kaki, di kecelakaan itu aku juga kehilangan suami. Dan enggak cuma itu, aku juga kehilangan calon anak," ucap Ananta sambil tersenyum."Ya Allah, Ta." Salma pun langsung memeluk erat Ananta. Beberapa menit ke depan kedua sahabat itu saling mengeluarkan tangis. "Ujian kamu berat banget, sih. Sabar, ya," ucap Salma sambil mengusap pelan punggung Ananta. "Allah memberikan ujian itu karena cuman kamu yang bisa. Orang lain nggak mungkin sanggup. Kalau aku yang diuji kayak gitu, mungkin aku bisa gila kali, Ta.""Iya, Sal. Aku udah

  • Upik Abu jadi Nyonya   Sahabat Baru

    Ananta membuka album foto di mana terdapat gambarnya dengan Tezza. Lagi-lagi air matanya menetes deras. Meski ia belum terlalu ingat, tapi melihat wajah pria itu saja bisa membuat lukanya kembali terbuka. Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk seseorang. Dan setelahnya muncul seorang gadis berjilbab panjang berwajah manis dengan tahi lalat di sudut bibir kanan."Assalamualaikum, Ta. Yuk, sebentar lagi kelas dimulai," ujar gadis bernama Salma. Ia mendekati Ananta lalu mendorong kursi roda sahabatnya itu. "Hari ini kita akan belajar mengenai ilmu fiqih," ujar Salma lagi. "Kamu pasti bakal suka. Karena pengajarnya itu adalah salah satu ustaz terbaik di pesantren ini. Oh ya, rata-rata sih yang diajar sama beliau bilang, kalau mereka suka sama pelajarannya." Salma menjelaskan tanpa diminta. "Ya maklum sih, mereka rata-rata menyukai pengajarnya, bukan apa yang beliau ajarkan."Mata Ananta membulat. Ia lalu mengangkat kepalanya ke arah Salma. "Memang ada apa dengan ustaz itu?""Dia mas

  • Upik Abu jadi Nyonya   Surat Alfa

    Pesantren Tahfizhullah, Bogor. Dear Dyari,Sesuai dengan keinginanku sendiri, hari ini aku sudah mulai tinggal di pesantren. Alhamdulillah suasana di sini sangat nyaman dan menyenangkan. Semua pengurus pesantren, dan keluarga Pak Kyai sangat welcome dan selalu siap menawarkan bantuan padaku kapan pun aku butuh.Dy, beberapa hari lalu, Ibu, Abqo dan Fenita sendiri yang mengantarku ke sini. Meski berat, tapi aku tetap harus memilih jalan ini, Dy. Aku nggak mau terus menjadi beban untuk mereka. Aku sadar seperti apa kondisiku. Jika tinggal bersama ibu, ibu yang mulai tua, akan kerepotan mengurusku, sedangkan Abqo dan Fenita, meski mereka bilang kalau akan selalu membantu, tapi saat mereka nanti sudah disibukkan dengan aktivitas harian, dan saat mereka punya anak, aku pasti akan membuat mereka susah. Aku tidak mau itu, Dy. Aku tidak sampai hati lagi menyusahkan mereka, orang-orang yang sangat aku sayang. Jadi, Dy, mulai hari ini selain kepada Robb-ku, hanya padamulah aku akan berkeluh-k

  • Upik Abu jadi Nyonya   Memulai dari Awal

    Kupandangi bangunan kokoh yang kini berdiri angkuh di hadapan. Rumah yang cukup besar. Halamannya juga luas. Ada energi kuat yang seakan menarikku untuk segera masuk ke dalam. Bola mataku langsung berputar ke segala arah dengan perasaan yang gamam. Aku memang merasa kalau dulu pernah tinggal di sini, tetapi untuk mengingat semua aktivitas apa saja yang kulakukan saat berada di dalamnya aku masih belum bisa. Fenita terus mendorong kursi rodaku menuju ke dalam. Di ruang tamu aku langsung disambut dengan aneka fotoku bersama dengan seseorang yang kuyakin dialah Mas Tezza. Lalu Alfa? Seperti apa wajahnya? Di buku harian pun aku tidak menyimpan gambarnya. "Nah, ini dulu kamar kamu sama Om Tezza," ucap Fenita. "Kamu mau tidur di ranjangnya, Ta? Biar aku bantu."Aku menggeleng pelan. "Nggak usah, Fen. Aku duduk di sini aja."Kepala ini kembali berputar ke segala arah. Di dalam kamar ini juga banyak sekali foto-fotoku bersama Mas Tezza. Ah, iya, itu aku atau Lisfi? Yang tertulis di buku

DMCA.com Protection Status