Home / Romansa / Upik Abu jadi Nyonya / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Upik Abu jadi Nyonya: Chapter 71 - Chapter 80

111 Chapters

Jawaban Ananta

"Hai, Beib. Lagi apa? Kangen, deh,” sapa suara pria di ujung telepon.“Lagi dandan, Beib. Satu jam lagi, kan, kita mau ketemu,” jawab Ananta dengan suara manja.“Duh, pasti cantik banget, ni, calon istri aku. Jadi nggak sabar pengen cepet-cepet jam sepuluh.”Salah satu rayuan gombal yang keluar dari mulut Alfa dan selalu berhasil membuat jantung Ananta berdegup kencang. Padahal gadis itu tahu Alfa hanya gombal. Yah, namanya juga sedang cinta-cintanya. Apapun yang dikatakan oleh pasangan, pasti bikin dag-dig-dug. Alfa dan Ananta belum lama menjalin hubungan, baru sekitar enam bulan yang lalu. Pertemuan pertama mereka terjadi di salah satu gedung perkantoran di kawasan Jakarta Pusat, waktu sedang sama-sama melamar pekerjaan di sebuah media cetak nasional. Meski ayahnya adalah seorang CEO Prisma grup, Ananta tidak ingin bergantung pada kekayaan sang ayah. Waktu itu, Ananta yang sedang duduk sendiri karena tengah sibuk mengisi formulir biodata, tiba-tiba disapa oleh seseorang yang tidak
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

Calon Mantu

Setelah Tezza selesai menceritakan kisah masa lalunya bersama dengan sang istri, hati Ananta seperti dihinggapi butiran salju yang begitu menyejukkan. Kesetiaan seorang Tezza membuatnya sedikit terpana. Ternyata zaman sekarang masih ada laki-laki yang begitu setia seperti Tezza. Buktinya sampai sekarang ia masih menduda. Padahal, nih, pasti banyak tante-tante yang udah ngantri sepanjang jalan hanya untuk menarik perhatian duda keren di depan Ananta itu. "Baiklah. Sebelumya ibu ucapkan terima kasih atas lamaran Nak Tezza kepada Ananta. Tetapi maaf, sepertinya Ananta tidak ...." jawab Gita sambil melirik putrinya. "Tunggu, Bu," ujar Ananta cepat memotong kalimat Gita. Sontak, pandangan mata semua yang hadir di sana mengarah tepat ke arah Ananta. Ia menghirup napas dalam-dalam, menahannya sebentar lalu mengempaskannya kasar. "Ananta, ada yang mau kamu sampaikan, Nak?" Gita berkata dengan raut wajah penuh pertanyaan. Namun, senyuman seakan enggan turun dari paras cantiknya. Ia seaka
last updateLast Updated : 2023-07-15
Read more

Syarat Ananta

Malam itu hujan turun helai demi helai, membentuk sebuah coretan tipis di kaca jendela. Disusul gemuruh dengan suara teredam nan lantas dilepaskan dalam bentuk nyanyian yang terdengar di telinga seperti lagu paling merdu. Itulah yang membuat hujan selalu mampu menimbulkan rasa tenang bagi setiap orang. Tiap tetesnya adalah energi yang memberi kenyamanan pada tubuh. Kenyamanan tanpa syarat.Sudah hampir satu jam mata Ananta hanya memandangi jendela kamar sampai tetesan hujan berhenti menoreh corak di sana. Sembari membolak-balikan tubuh ke kanan-kiri di atas ranjang dan diiringi alunan lagu-lagu lawas milik band SO7, ia terus memikirkan syarat apa yang harus diberikan ke Tezza agar dia gagal. Yah, harus gagal. Karena kalau berhasil, bisa gawat nanti. Masak dia jadi ibu tirinya Alfa? "Dih, dasar labil kamu, Sha. Tadi katanya mau nerima Om Tezza biar bisa balas dendam ke Alfa. Sekarang bilang nggak mau," ujar sebuah suara di kepalanya. "Memang tadinya aku berencana seperti itu. Tapi pa
last updateLast Updated : 2023-07-15
Read more

Please, Tuhan

"Jadi, Mba mau syarat apa dari Om itu?"Ananta menggeleng pelan. "Belum tahu, Dek. Belum ada ide.""Mba, Mba. Aku tahu, kamu kemarin cuma asal aja kan mau kasih syarat ke dia. Jujur sama aku. Mba sebenernya nolak, kan? Cuma karena nggak enak sama ibu jadi Mba berkilah pake syarat segala, deh."Kepala Ananta mengangguk cepat. Lagi-lagi Abqo bisa mengerti maksud dari kakaknya itu. "Yah, Dek, Mba kan baru aja ditinggalin sama Alfa, mana mungkin secepat itu langsung membuka hati untuk orang lain. Yang jelas, kemarin itu Mba mau bikin ibu seneng dulu aja."Waktu sudah menunjukkan tepat jam dua belas malam, tetapi mata Ananta malah semakin gemilang. Banyak sekali pikiran yang memenuhi rongga kepalanya sehingga sulit untuk dibuat berbaring. Jika bisa dilepaskan kepalanya barang sesaat, pasti akan ia lakukan, tetapi mana mungkin? Hingga detik itu ia tidak tahu rencana apa yang akan ditempuh demi gagalnya rencana Tezza memperistrinya, sedangkan tenggat waktu yang Gita berikan hanya kurang da
last updateLast Updated : 2023-07-15
Read more

Rasa yang Belum Selesai

Di tengah harapan agar terjadi keajaiban yang bisa membuat pernikahan Ananta dengan Tezza batal, di ruang depan, Abqo sudah mengucapkan kalimat ijab dan akhirnya mengalirlah kalimat sakral itu dari mulut Tezza. Tak lama kemudian disusul dengan seruan kata sah dan hamdalah dari para tamu yang hadir. Pupuslah sudah harapan Ananta. Sekarang statusnya udah jadi istri orang. Namun, tiba-tiba terdengar suara keras Abqo di depan pintu kamarnya. "Mba Ananta! Bangun! Udah subuh!"Loh, Abqo kenapa menggedor-gedor kamarku? Bukannya tadi dia lagi jadi wali nikahku? Ananta melindur. "Mbaaa! Bangun! Nanti subuhnya kesiangan lagi!"Ha? Subuh? Sontak, mata Ananta terbuka lebar dan langsung terduduk. Ia melihat jam di dinding menunjukkan pukul 04.30 dini hari. Dan ia masih mengenakan piyama! Lekas ia berdiri lalu membukakan pintu untuk adiknya. "Aaah, Dek, makasi, ya, udah nyelamatin Mba, " ujarnya seraya memeluk erat Abqo yang tentu saja membuat pemuda di depannya itu risih. "Ih, apaan, sih! Le
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

Peristiwa di Toko Perlengkapan Bayi

Saat nama Alfa kembali menyapa pendengaran Ananta, frekuensi detak jantungnya kembali meningkat dan dadanya pelan-pelan mulai memanas. "Jadi cowok PHP itu udah tahu, kalau aku mau jadi ibu tirinya? Dan dia nggak ada tanggapan sama sekali gitu tentang itu? Jadi dia bener-bener udah nggak peduli sama aku?" Begitu isi pikiran gadis itu. "Alfa ... nanyain Ananta nggak, Om?" Tanpa sadar kalimat itu meluncur keluar dari mulut Ananta, yang tentu saja langsung mendapat pandangan curiga dari Abqo dan juga Gita. "Eh, maksud Ananta."Anehnya, Tezza malah tersenyum. Mungkin ia merasa wajar atas pertanyaan calon istrinya tadi. Ananta, kan, pernah menjalin hubungan dengan puteranya, meski tidak lama. "Maaf, ya, Dek Ananta, tapi Alfa sama sekali nggak nanyain tentang kamu. Mungkin dia masih sibuk ngurusin soal pendaftaran kuliahnya di sana.""Oh."***Menjelang hari pernikahan Ananta dengan Tezza yang semakin dekat, Gita dan Abqo malah menyuruh Ananta untuk lebih fokus menyelesaikan skripsi agar
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more

Siapa yang Berbohong?

Pov AnantaPandangan ibu mengarah tajam padaku seolah-olah ingin melahapku dalam sekali tatap. "Ananta, jangan bilang kalau itu adalah salah satu usaha kamu buat menghindar dari pernikahan ini, ya?""Ibu, kok, ngomongnya gitu, sih? Ananta nggak bohong, Bu. Beneran, kok. Kemarin sore Ananta benar-benar lihat Om Tezza lagi berduaan sama ibu-ibu di toko perlengkapan bayi. Mereka, tuh, udah kayak pasangan yang berbahagia gitu, Bu.""Jangan-jangan itu istrinya, Mba? Tapi, kan, katanya istrinya udah meninggal. Dia bohong kali, Mba." Abqo ikut menanggapi."Abqo, kamu, kok, malah ikutan manas-manasin mbamu, sih! Harusnya kamu itu nasihatin kakak kamu, biar pikirannya nggak melantur ke mana-mana.""Bukannya gitu, Bu, Jujur sebenarnya Abqo itu masih ragu sama Om Tezza. Entah kenapa.""Yah, ragu, kan, harus ada alasannnya, Qo. Masak ujug-ujug ragu. Aneh, deh kamu." Abqo terdiam sambil melirik sekilas ke arahku."Mungkin karena kita belom kenal aja kali sama Nak Tezza. Kalau udah kenal nanti j
last updateLast Updated : 2023-07-17
Read more

Kemunculan Alfa

Pov AnantaKalian tahu bagaimana rasanya ingin percaya dan yakin kepada seseorang, tetapi semesta dan seisinya malah semakin membuat kita ragu akan orang itu? Namun, di sisi lain, ibumu, orang yang teramat kaupercaya, malah yakin akan orang itu sepenuhnya dan mau tidak mau, kita harus ikut yakin dan percaya. Sulit digambarkan bukan? Rasa-rasanya seperti ingin mencintai, tetapi terhalang oleh sesuatu yang bahkan kita tidak kita tahu apa itu. "Ta, Alfa nggak ada di Australia."Sejak semalam, kalimat Titis terus berdengung di telingaku. Rasa penasaran yang dulu sempat muncul terkait alasan mengapa Alfa tiba-tiba pergi, kembali menguak ke permukaan. Selain itu, setelah mendapatkan informasi dari Titis, lagi-lagi aku merasa ragu mengenai Om Tezza. Kenapa dia bisa bilang kalau Alfa ada di Australia? Sedangkan pada kenyataannya, Alfa nggak ada di sana. Untuk alasan apa? Kenapa dia harus bohong? Aku yakin Titis jujur. Nggak mungkin, kan, Titis ngasih informasi yang dia belum yakin? Sebenar
last updateLast Updated : 2023-07-19
Read more

Pengakuan Bik Asih

Kehadiran lelaki yang kutengarai sebagai Alfa secara tidak langsung membuat konsentrasiku dalam menjalani sidang hari ini mendadak buyar. Rasanya ingin sekali segera mengakhirinya dalam waktu singkat dan berhambur keluar untuk menemuinya. Namun, waktu rasanya berjalan seperti kura-kura yang merangkak. Kulirik arloji di pergelangan tangan kanan. Sidang baru berjalan setengah jam, masih ada satu setengah jam lagi dari waktu yang dijadwalkan. Setelah berusaha keras mencoba untuk mengumpulkan kembali konsentrasiku, selama menjalani dua jam proses tanya jawab yang cukup melelahkan, akhirnya aku bisa menyelesaikan sidangku dengan cukup lancar. Meski masih ada beberapa pertanyaan yang tidak bisa kujelaskan secara gamblang ke dosen yang bertanya sehingga membuat si penanya tidak merasa puas, tetapi sudahlah, yang penting sidangku selesai dan aku bisa segera lulus kuliah. Setelah semua dosen penguji meninggalkan ruangan, cepat-cepat kubereskan semua mejaku dan berlari keluar. Namun, di sana
last updateLast Updated : 2023-07-19
Read more

Kenangan Lama

Mataku membulat sempurna mendengar kalimat yang baru saja keluar dari mulut Bik Asih. Bagaimana mungkin wanita yang sudah bekerja di rumah ini selama dua tahun tidak mengenal siapa Alfa. "Alfa itu, kan, anaknya Om Tezza, Bik. Masak Bibik nggak tahu?"Bik Asih menggeleng dengan raut wajah bingung. Tak lama kemudian Om Tezza ikut bergabung bersama kami. Kulihat ia memberi kode pada Bik Asih untuk segera meninggalkan kami. Bik Asih pun segera pamit undur diri."Muka kamu kenapa pucat begitu, Dek?" Pasti kecapekan, ya? Itu diminum dulu tehnya. Habis ini kita ke kamar, ya. Kamu istirahat aja dulu, biar saya yang membereskan barang-barang Dek Nanta nanti," ujarnya dengan sangat lembut seraya menatapku dengan sorot mata penuh kasih sayang. Senyuman pun tidak pernah lepas dari wajahnya yang tampan. Membuatku merasa ... nyaman? "Dek." Sepertinya Ia mengulang panggilan karena aku tidak merespon."Maaf, Om bilang apa tadi? Nanta nggak denger.""Diminum dulu tehnya, habis ini istirahat aja di k
last updateLast Updated : 2023-07-20
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status