Beranda / Romansa / Upik Abu jadi Nyonya / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Upik Abu jadi Nyonya: Bab 91 - Bab 100

111 Bab

Janji Ayah dan Anak

Air muka Alfa tampak tegang. Matanya sedari tadi fokus ke satu titik sembari memutar kemudi kendaraan roda empat yang ia bawa. Tidak dipedulikannya tatapan tajamku yang mengarah tepat ke wajahnya. "Kita mau ke mana, sih?" tanyaku menuntut jawaban. Namun, sudah kesekian kalinya aku bertanya, lelaki di sebelahku ini masih enggan membuka mulut. Alfa terus mengatup bibirnya rapat-rapat. Andai saja dia tahu kalau terlalu lama berada di dalam mobil berduaan saja seperti ini bisa membuat jantungku berloncatan. Ya, aku akui bahwa berdekatan dengan Alfa masih membuat detak jantungku tidak karuan. Meski perasaan itu bukan lagi rasa yang kumiliki seperti dulu. Akhirnya aku pasrah dan memilih diam. Untuk menghilangkan rasa tidak nyaman, kualihkan pandangan ke luar jendela sambil mencoba untuk menikmati perjalanan yang aku pun tidak tahu sampai kapan. Lagi pula, tidak ada gunanya kuterus memaksa di tengah deru mesin yang terdengar menggerung dan menghiasi pendengaranku. Selain itu, suhu udara
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-26
Baca selengkapnya

Aku, Suami dan Mantan Pacarku

"Janji apa maksud kamu, Fa?"tanyaku tepat setelah Alfa menutup panggilan dan dia mengembalikan ponsel. Padahal itu adalah ponselku, kan, tapi malah dia main nutup aja, dasar tidak sopan! Aku pun belum sempat meminta maaf pada Mas Tezza soal kepergianku bersama Alfa yang tanpa seizinnya. Semoga saja Mas Tezza sudah tidak marah."Bukan apa-apa," ujarnya sambil mengusap pelan kepalaku yang sontak membuat jantungku berlompatan. Apa-apaan, sih, dia tiba-tiba nyentuh kepalaku?"Oh, iya. Aku sampai lupa." Alfa lalu membuka dashboard dan memberikan sebuah roti, lengkap beserta air minumnya. "Kamu makan aja dulu. Tadinya aku mau ajak makan ke resto, tapi nggak enaklah, masak siang-siang bulan puasa gini makan di tempat umum. Sorry, ya, udah bikin kamu kelaperan."Mulutku masih terbungkam karena ulahnya tadi. Selain itu aku juga gemas karena lagi-lagi Alfa menolak untuk menjawab pertanyaanku. Dengan ragu aku tetap menerima bungkusan yang Alfa berikan lalu mulai menggigit ujung roti seraya m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-26
Baca selengkapnya

Seseorang yang Kembali Hidup

"Bu Gwen, anda kenapa ada di sini? Malam-malam lagi, di saat aku sedang tidak ada di rumah!" seruku yang masih terkejut. Apa lagi melihat ia mengenakan kemeja milik Mas Tezza, hanya kemeja, tanpa bawahan. Apa-apaan! Pantas saja Mas Tezza udah nggak nelponin aku lagi, orang sudah ada Bu Gwen yang nemenin. Napasku sampai naik turun karena menahan kesal. "Dek, kebetulan tadi Gwen bawain Mas es buah untuk berbuka puasa. Terus nggak sengaja es buahnya tumpah kena ke Gwen. Baju Gwen basah. Ya sudah, karena udah masuk waktu magrib, Mas tawarin dia buka puasa di sini dan ganti baju, kasian, kan, masak dia basah-basahan.""Mas, kan, bisa suruh dia pulang.""Ya, dari pada Mas buka sendirian, Dek," jawab Mas Tezza seperti tidak ingin aku menyalahkannya. Mas Tezza pun langsung kembali memelukku erat saat melihat Alfa mulai mendekat. "Gwen, kamu sebaiknya pulang, sudah malam. Makasi, ya, sudah menemani saya buka puasa. Makasi juga es buahnya." Loh, enak saja dia main pergi gitu aja. Memangnya M
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-26
Baca selengkapnya

Peringatan Seorang Saudara

"Listi! Ka-kamu kok, bisa ada di sini?" tanya Mas Tezza pada sesosok wanita cantik yang berjalan di sebelah Alfa. Terlihat jelas dari air mukanya yang mendadak pucat, bahwa Mas Tezza sangat terkejut akan kehadiran wanita itu. Begitu pun aku. Siapa yang tidak kaget melihat seorang yang katanya sudah meninggal dunia tiba-tiba hadir kembali di hadapanku? Kalau bukan karena Mas Tezza yang mengenali wanita itu lebih dulu, dan Alfa yang bersikap santai, mungkin aku sudah lari dari sini.Wanita itu memilih tetap berdiri setelah Alfa mempersilakannya untuk duduk, sedangkan Alfa dengan santainya duduk di tempatnya semula. Dari penampilannya yang anggun tetapi tetap terlihat modern, mulanya aku menduga kalau wanita muda itu adalah teman Alfa. Namun, dari wajahnya yang sama persis denganku dan dari namanya, aku langsung paham kalau dia pasti ada hubungannya dengan almarhumah Lisfi. Sontak, Mas Tezza langsung berdiri dari posisinya. Begitu pula denganku. Bola mata Mas Tezza seakan ingin keluar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-27
Baca selengkapnya

Semua karena Dia

Mendadak rasa benciku muncul pada sosok wanita yang bernama Gwen. Terlebih saat mengetahui kalau dia juga terlibat dalam kecelakaan yang menyebabkan ayah dan bapakku meninggal, tapi kenapa Mas Tezza begitu penurut pada wanita ganjen itu sampai-sampai dia tega mengabaikan istrinya? Padaku pun Mas Tezza melakukan hal serupa, kemarin dia malah memilih mengantar Bu Gwen pulang dari pada menemani aku yang baru saja tiba di rumah. Ada hubungan apa sebenarnya di antara mereka? Kalau hanya sebatas teman dan sahabat, apa mungkin sampai sedekat itu? Beraneka tanya tentang Bu Gwen dan Mas Tezza mulai menyesaki rongga kepalaku. Alfa, pasti dia tahu sesuatu tentang ini. "Dek, kenapa malah melamun?"Kak Listi melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku. Mungkin karena sejak tadi aku tidak menghiraukan panggilannya. "Eh, nggak, Kak. Nggak kenapa-napa. Oh, iya, Kak Listi kenapa tiba-tiba datang? Ada alasan apa?""Tentu saja karena ingin ketemu kamu, Dek. Maaf, ya, waktu kalian menikah kemarin, Ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-27
Baca selengkapnya

Wasiat Lisfi

Di hari yang fitri ini, kucoba hilangkan segala rasa kesal yang kurasakan semalam pada Mas Tezza terkait pembicaraan kami mengenai Bu Gwen. Sebenarnya masih kesal, sih, tapi masak di hari lebaran aku marahan sama suami. Lagian Mas Tezza itu, ya, masak dia nggak peka kalau aku cemburu. Harusnya dia itu sadar kalau sikapnya sama Bu Gwen terlalu berlebihan. Jelas saja sikap Bu Gwen makin menjadi-jadi. Orang dia ngerasa Mas Tezza ada di pihaknya. "Maaf lahir batin, ya, Mas." Kuraih tangan Mas Tezza lalu menciumnya takzim. Ia pun melakukan hal yang sama. Wajahnya yang kemarin tegang sudah tidak tampak lagi. Kemudian ia merengkuhku beberapa saat ke dalam tubuhnya. Bisa kurasakan dadanya naik turun dan detak jantungnya yang berdegup kencang. Parfum beraroma maskulin yang menguar melalui kemeja koko putihnya mendesak masuk ke hidung dan membuatku terhanyut sejenak. Seraya memelukku, beberapa menit Mas Tezza terus tersedu. Tumben, dia sesedih ini, apa dia merasa bersalah karena pembicaraan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-27
Baca selengkapnya

Lamaran Alfa

Sontak, aku menutup mulut dengan kedua tangan. Hawa panas pelan-pelan menjalari dadaku dan membuat mataku berair. Jadi selama ini Mas Tezza menyesal sudah menikah denganku? Jadi selama ini Mas Tezza mencintai Kak Listi? Pantas saja Mas Tezza begitu mantap menjawab saat kutanya perihal hubungannya dengan Bu Gwen, karena sebenarnya bukan Bu Gwen yang dia inginkan untuk jadi istri, tapi Kak Listi. Kak Listi juga, kenapa dia pura-pura baik dan pakai memperingatkanku mengenai Bu Gwen segala? Padahal kenyataannya dia sendirilah musuh yang sebenarnya. Terang saja sampai saat ini dia belum menikah. Orang dia maunya menikah sama Mas Tezza! Pertanyaan-pertanyaan aneh kembali berputar di kepalaku yang sudah kembali terasa pusing. Kucoba untuk tetap kuat berdiri di posisiku semula seraya terus mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh Mas Tezza dan Kak Listi. Tanpa bisa kutahan, isakanku terdengar dan Mas Tezza tiba-tiba sudah berada di dekatku. Segera kuseka wajahku dengan punggung tangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-28
Baca selengkapnya

Surat Cinta Alfa

Jujur aku cemburu, sangat cemburu! Alfa! Apa-apaan, sih, dia! Kenapa dia tiba-tiba melamar Fenita di depanku? Dia nggak mikirin perasaanku apa? "Nanta, sadar, Ta. Alfa itu sekarang udah jadi anak tiri kamu," sahut sebuah suara di kepalaku yang langsung kutepis kuat-kuat.Fenita pun tampak bingung. Ia memberikan kode mata padaku seraya memohon bantuan. "Fa, kamu nanyanya to the point banget, si. Kamu, kan, baru pulang. Istirahat dulu sana," ujarku ketus bagaikan ibu yang tidak tega kalau anak lelakinya mencintai orang lain. "Oke. Oh iya, Fenita, aku tunggu, ya, jawaban kamu," jawab Alfa sambil melangkah ke dalam. Sebelumnya ia sempat melirik ke arahku sambil tersenyum miring. Apa coba maksudnya? Sepeninggal Alfa, Fenita langsung terduduk di atas sofa sambil memegangi dadanya. "Duh, Ta. Jantung gue, Ta. Jantung gue ....""Kenapa jantung lo? Masih berdetak, kan?""Heh, sembarangan aja kalo ngomong! Ya, masihlah. Malah berdetaknya dua kali lebih keras waktu tadi ada di deket Alfa."
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-30
Baca selengkapnya

Aku Masih Butuh Kamu

Mataku membulat. Bahkan, sampai kukucek berulang kali dengan tangan. Namun, surat milik Fenita itu memang bertuliskan namaku, Ananta. Apa Alfa salah tulis? Seharusnya surat ini, kan, untuk Fenita. Akhirnya kuputuskan untuk melanjutkan membaca surat itu sampai akhir. "Ta."Loh, ini ada namaku lagi. Kalau Alfa salah tulis, mana mungkin ia melakukannya berulang kali. Apa jangan-jangan Alfa sengaja dan memang surat ini ia tulis untukku?"Ta, sebelumnya aku mau minta maaf karena telah menggunakan nama Fenita. Padahal sebenarnya surat ini kutulis memang buat kamu. Tapi, kalau aku bilang langsung, kamu pasti tidak akan merasa sepenasaran ini, kan? šŸ˜Jujur, sejak kamu menikah sama papa dan pindah ke rumah ini, aku pun harus berusaha sekeras mungkin untuk menahan perasaan di dadaku. Aku merasa tidak mampu jika harus memandangmu terlalu lama. Tiap kali berdekatan denganmu, tubuhku seakan tersengat listrik jutaan volt. Karena itulah aku lebih sering menghabiskan waktuku di dalam kamar atau per
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-30
Baca selengkapnya

Tertangkap Basah

Mataku mengerjap pelan saat sinar putih menerobos masuk ke retina. Bau antiseptik yang langsung menyapa penciuman membuatku seketika tersadar kalau saat ini aku sedang berada di rumah sakit. Kepalaku yang masih terasa pusing, membawaku pada peristiwa mengerikan yang terjadi beberapa jam lalu. "Bayiku! Bayiku gimana?" seruku tanpa sadar. Tubuhku yang semula berbaring pun sudah tegak. "Ta, syukur, deh, kamu udah sadar." Alfa yang semula sedang duduk, bangkit dan mendekati ranjangku. "Kamu tiduran aja, ya, nggak usah bangun," ujarnya lagi seraya membantuku kembali berbaring. Aku menurut. "Fa, anak aku baik-baik aja, kan? Dia nggak kenapa-napa, kan?""Tenang, Ta. Anak kamu nggak pa-pa, kok. Untungnya dia kuat seperti kakaknya," ujarnya mencoba mencairkan suasana sambil tersenyum hangat. Tanpa sadar air mataku meluncur turun. Tangisanku pecah. Alhamdulillah, ya, Allah. Alhamdulillah. Sambil menutup wajah dengan kedua tangan tidak henti-hentinya kuucap syukur dalam hati.Alfa membelai
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status