Semua Bab Upik Abu jadi Nyonya: Bab 21 - Bab 30

111 Bab

Ke Kedutaan

"Apa?" tanyaku pada pria di depanku ini. Mencoba mencari tau apa maksud dari kalimatnya barusan.  Apa permintaannya berhubungan dengan perjodohanku dengan Raja?Tepat saat kuangkat wajah untuk menatapnya, manik hitamnya juga sedang menatapku lekat. Membuat pandanganku seketika beralih. "Apapun yang terjadi, aku mohon jangan pernah membenciku," lirih Prabu hampir tanpa suara. Meskipun begitu, suara beratnya masih dapat tertangkap oleh pendengaranku. Ada nada kesedihan yang ia sertakan saat ia bicara tadi. "Maksud kamu? Kenapa aku harus membencimu?" tanyaku sehati-hati mungkin. "Ya sudah, lupakan! Anggap aku tidak pernah bicara apapun!"  Setelah mengucapkan kalimatnya barusan, Ia tiba-tiba berdiri, lalu berjalan menuju jendela yang ada di sisi kanannya. Berdiri di sana sambil memandang ke arah taman yang terletak tepat di luar jendela ruangan ini. "Untuk masalah sekolahmu. Nanti aku antar ke 
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-12
Baca selengkapnya

Perpisahan

***"Cinde, Kamu hati-hati ya, di sana. Kakek harap kamu bisa cepat beradaptasi dan belajar dengan baik."Hari keberangkatanku ke luar negeri pun tiba. Aku harus meninggalkan negeri ini ke tempat yang belum pernah aku datangi sebelumnya, Amerika. Kemarin lusa, aku juga sudah mengajukan surat pengunduran diri pada Pak Bimo. "Iya, Kek," ucapku sambil memeluk erat kakek beberapa saat.Jujur, sebenarnya aku sedih harus kembali berpisah dari kakek. Keluarga yang belum terlalu lama kukenal. Ingin rasanya menolak dan memilih untuk kuliah di Indonesia saja, tapi kakek bilang kalau di Amerika aku bisa lebih banyak belajar tentang banyak hal. Sekaligus mengenalkanku juga dengan dunia luar yang nanti pasti akan sering aku temui. "Semoga Cinde tidak mengecewakan kakek, ya," ujarku lagi. "Kakek jaga kesehatan, ya. Jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Soal kerjaan, serahkan saja pada Prabu," ujarku lagi. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-12
Baca selengkapnya

Duka

Raja membawaku membelah jalanan Jakarta menuju ke tempat yang baru pertama kali aku datangi. Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Gaya menyetirnya kini benar-benar berbeda seperti awal tadi, saat kami baru saja berangkat dari rumah kakek. Rahangnya mengeras dan raut wajahnya juga terlihat tegang. Apa dia marah karena tadi aku ingin bertemu Prabu? Padahal aku hanya ingin pamitan, kan? Aku mendengkus kasar, kadang sikap Raja memang suka berubah seenaknya tanpa bisa kuprediksi apa alasannya. Lagipula kenapa mendadak dia bilang harus segera tiba di bandara, tadi aja, bawa mobilnya nyantai banget. Alunan lagu 'Anugrah Terindah yang Pernah Kumiliki' dari band Sheila on 7 seketika mengiringi perjalanan kami. Tanpa setahuku Raja menyalakan radio dan sedikit membesarkan volumenya. Mungkin dia merasa kalau suasananya terlalu sepi. Melihat tawamu mendengar senandungmuTerlihat jelas di mataku warna-warna indahmu. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-12
Baca selengkapnya

Kecewa

Tanpa terasa air mataku mengalir,  ada rasa nyeri di ulu hati dan sesak di dada. Kakek adalah satu-satunya keluarga yang aku punya. Kini ia pun sudah pergi. Teringat saat waktu aku mau berangkat ke New York waktu itu, kakek memelukku erat sambil berpesan sesuatu yang menurutku cukup aneh. Siapa yang menyangka kalau itu adalah pesan terakhir Kakek. Pemakaman kakek yang seharusnya dilaksanakan kemarin pun, akhirnya ditunda demi memenuhi permintaanku agar bisa melihatnya untuk yang terakhir kali. Nalarku berjalan. Kuusap air mataku. Aku tidak boleh terlihat serapuh ini di hadapan para tamu penting kakek. Aku adalah cucu kakek satu-satunya, ahli waris kakek. Aku harus menunjukkan wibawaku di depan semua orang. Sudah cukup kuhabiskan air mata selama perjalanan kembali ke Indonesia kemarin. Om Asykar yang berdiri tepat di sisiku, terus menjagaku agar tidak terjatuh, ia sangat tahu betapa hancurnya aku saat ia menelepon malam itu. Namun, sekuat apapun aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-13
Baca selengkapnya

Cemburu

Pov Prabu"Pokoknya, Mama mau kamu secepatnya harus dapat tanda tangan si tua bangka itu. Buat dia bersedia mengalihkan semua asetnya padamu. Enak saja tiba-tiba dia mau mewariskan bisnis hotel dan rumahnya kepada cucu yang baru ditemukannya itu. Mana masih anak kemarin sore. Selama ini, kan, kamu yang sudah membantu dia untuk menjalankan bisnis hotel, terus sekarang mau di buang begitu saja." Wanita di depanku ini terus saja berbicara tanpa henti, membuatku tidak bisa menikmati makanan yang seharusnya terasa nikmat di lidah. Terpaksa kuhentikan aktivitas makanku, kutahan rasa lapar dengan hanya meneguk segelas air. "Lagipula, mama sebenarnya juga berhak kok atas hotel itu. Keluarga kita saja yang aneh-aneh bikin peraturan. Bisnis keluarga hanya diwariskan kepada anak perempuan tertua dan keturunannya," sambungnya di tengah aktivitas makan malam kami. Aku tidak tahu apa yang harus kujawab terhadap permintaan mama. Di kepalaku  permintaannya itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-13
Baca selengkapnya

Maaf

Pov Prabu (2) Setelah pemuda itu kupecat, kuperhatikan Cinde selalu murung dan tidak bersemangat. Seakan kepergian pemuda mantan karyawan dapur itu membuatnya kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Padahal siapa sih dia? Kenapa seakan-akan Cinde begitu membutuhkannya. Aku kira teman dekat prianya hanya si guru privat bahasa inggris bernama Pangeran yang culun itu, tapi ternyata dia cukup mudah juga dekat dengan lelaki lain. Kalau begini usahaku untuk menarik hatinya menjadi lebih sulit.  Kesal sekali aku dibuatnya. “Lolly, jam sebelas nanti saya ada jadwal apa?” tanyaku pada wanita yang sedang sibuk bersolek itu. Terkadang kelakuakn sekretarisku yang satu itu membuatku geleng-geleng kepala. Aku sampai tidak habis pikir, mereka--makhluk yang bernama wanita--bisa-bisanya begitu rajin dan telaten menggambari sebuah garis di atas mata mereka higgga membetuk lengkungan yang menurut mereka sempurna. Padahal siapa yang akan memperhatikan hal semacam itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-13
Baca selengkapnya

Surat Wasiat

Langkah kakiku cepat meninggalkan rumah kakek, tujuanku sekarang hanyalah menuju hotel tempat Prabu berada. Aku ingin mendengar langsung penjelasan dari mulutnya langsung. Apa benar apa yang tadi Om Asykar bilang, kalau dia ada hubungannya dengan kematian kakek? Baru saja aku akan keluar gerbang, sebuah mobil sport warna hitam tiba menghampiri. Raja, kenapa dia ke sini? Mobil Raja berhenti tepat di depanku. Sepertinya ia sengaja menghalangi jalan. "Cin, Lo mau ke hotel? Ayok gue anter?" tanya Raja tanpa turun dari mobil, hanya menurunkan jendelanya. Dari mana dia tahu kalau aku mau ke hotel? Pasti Om Asykar yang sudah melapor pada Raja. Ah, S*al! "Tau dari mana aku mau ke sana? Nanya juga belum?"Ia tersenyum. "Kalau bukan ke sana, lalu lo mau ke mana lagi? Udah buruan masuk. Gue anter kemanapun lo mau pergi."Akhirnya aku menurut, masuk ke mobil Raja. Raja segera melajukan mobilnya kembali. Di depan pintu, tampak O
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-14
Baca selengkapnya

Protes

Kami semua yang sudah hadir berkumpul di ruang keluarga. Om Nandar tampak sibuk mengeluarkan beberapa berkas dari dalam tasnya. Sebelum menuju kemari tadi, Prabu dan Tante Nirmala menghampiriku. "Oh, jadi ini gadis kecil yang akan menjadi ahli waris tunggal keluarga Andromeda?" tanyanya sinis. Sorot mata tajamnya yang memindaiku dari atas kepala hingga ujung kaki seakan menusuk hingga ke dalam jantung. Sedangkan Prabu yang berada di samping ibundanya hanya diam seraya memandangku tanpa ekspresi. Tidak tersenyum tidak juga berkata apapun. Seketika degup jantungku berdetak kencang, tak dapat kupungkiri rasa rinduku padanya masih ada. Bayangkan saja, setelah kurang lebih enam bulan tidak melihatnya, saat bertemu lagi malah kami harus berada dalam pihak yang bersebrangan. Aku teringat akan permintaannya waktu itu. Ia pernah memintaku untuk tidak membencinya, ternyata karena hal ini. Mereka berdua lalu mengambil posisi di tengah ruangan. Tante Nirmala duduk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-14
Baca selengkapnya

Lamaran

"Tenang, Ma, jangan emosi. Nanti sakit Mama kambuh lagi." Prabu terdengar menenangkan ibundanya yang tengah emosi. Berkali-kali ia mengusap bahu wanita berusia lima puluhan tahun itu. "Baik, Bu. Biarkan saya menyelesaikan pembacaan surat wasiat ini, dulu, ya."Setelah Tante Nirmala duduk kembali, Om Nandar meneruskan membaca wasiat kakek sampai selesai. "Ditandatangani di Jakarta, tanggal 30 Januari 2019 tertanda, Sultan Andromeda." Om Nandar menutup surat wasiat kakek dan menutupnya kembali. "Baik, Bapak dan Ibu sekalian, demikianlah isi dari surat wasiat tuan Sultan Andromeda. Jika ada sesuatu hal yang terkait dengan isi surat wasiat silakan disampaikan ke saya."Prabu bergerak maju menghampiri Om Nandar. Ia lalu menyerahkan sebuah amplop  berwarna coklat. "Ini adalah surat penyerahan semua aset kakek yang dia tanda tangani sebelum dia meninggal.""Baik, Pak, saya cek dulu."Om Asykar ikut mendek
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-14
Baca selengkapnya

Pindah Rumah

"Menikahlah denganku maka semua ini akan menjadi milikmu lagi."Aku menggeleng cepat. "Aku ga perlu semua ini, yang aku butuhkan cuma kakek! Dan kamu udah ga bisa ngembaliin kakek ke hidupku lagi!" Mataku mulai berembun. Rasa rinduku pada kakek mendadak muncul. Prabu mendekat, tangannya bermaksud meraih tubuhku, tapi sepertinya ia urung melakukannya lebih dari sekedar mengenggam tanganku. "Cin, biarkan aku yang menjadi pengganti kakek di hidupmu. Aku janji aku akan menjaga dan membahagiakanmu hingga akhir."Mataku membelalak mendengar kalimat Prabu tadi. Dia itu serius atau apa, sih? Apa dia tidak memikirkan bagaimana sikap Tante Nirmala padaku? "Aku serius, Cin. Soal mama kamu ga usah khawatir, aku akan membujuknya pelan-pelan. Dia pasti akan menerimamu," ucapnya lagi seakan mengerti apa yang menjadi pikiranku. "Maaf, aku ga bisa. Kakek memintaku untuk menikah dengan Raja. Kamu tau itu, kan? Itu adalah permint
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status