Beranda / Romansa / Ayah Untuk Anakku / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Ayah Untuk Anakku: Bab 51 - Bab 60

294 Bab

Bab 51. Pengerukan Dana Perusahaan

Amelia tinggal sendiri di dalam ruangannya. “Kalau aku sudah gila, aku akan memaksa William menikahiku demi Kenzo, tapi bagaimana ya, Nitara yang menjadi calonnya William. Andaikan orang asing mungkin aku akan berbuat hal gila!” raungannya karena pikirannya mulai terpengaruh oleh ucapan karyawan yang baru saja bergossip dengan dirinya. Amelia memilih membuka laptopnya untuk mengalihkan pemikirannya tentang William yang mungkin tidak lama lagi akan menikah dengan Nitara. Sebuah data dibukanya, itu adalah laporan yang dikirimkan seorang karyawan yang memiliki jabatan di bidang keuangan. “Tunggu, apa ini, sepertinya sangat janggal!” Terdapat pengeluaran besar dalam beberapa hari padahal dirinya tidak mengadakan program apapun atau bisnis yang melibatkan pengeluaran membengkak. Segera, panggilan mengudara pada bagian keuangan. “Apa maksudnya ini, selama tiga hari pengeluaran perusahaan sebesar ini?” tunjuknya. “Maaf nona, jika tentang itu saya tidak tahu. Karena beberapa hari ke belakang
Baca selengkapnya

Bab 52. Kenzo Akan Bertemu dengan Erland

“Apa kak, tapi ... yang Amei dengar itu punya papa,” kaget dan heran Amelia yang tidak ingin berprasangka buruk karena hanya akan membuat pikirannya tidak tenang. “Benar Mei, itu punya pemerintah yang didedikasikan untuk rakyat. Katanya pemandian itu juga gratis hingga beberapa tahun ke depan,” penjelasan Amanda yang belum menebak dampak dari kesalahpahaman Amelia pada pria kepercayaan Adhinatha. “Kak, bawahannya papa yang bilang pada Amei. Uang perusahaan sudah keluar sangat banyak. Bagaimana ini, ternyata Amei ditipu sama karyawan sendiri!” paniknya hingga titik-titik keringat dingin bermunculan begitu saja. “Tenang Mei, kamu sudah memastikan pada bawahan itu?” “Tidak perlu memastikan lagi kak, orang itu sudah menjelaskan dengan detail. Kak, bagaimana ini. Bagaimana cara Amei mengatasi kebocoran dana dan bagaimana cara Amei memergoki kejahatan orang itu!” Rasa panik semakin berlipat. “Tenang Mei ....” Amanda memberikan segelas air pada Amelia, dirinya menunggu hingga majikannya
Baca selengkapnya

Bab 53. Amelia Dituntut Menyelesaikan Kebocoran Dana

Satu jam kemudian, William dan Kenzo tiba di kediaman Bagaswara. Ini adalah pertama kalinya si pria hebat melihat cucunya secara langsung maka rangkulan sayang segera mendekap malaikat kecil. “Kakek sangat merindukan Kenzo.” Kecupan mendarat di pipi si balita. “Syukurnya Amei percaya sama William.” “Harus, bagaimanapun caranya kamu harus membuat Amelia percaya karena Kenzo adalah segalanya untuk Papa sama seperti kedua putra Papa,” pengakuan Bagaswara dengan lantang. “Tapi besok Papa harus mengembalikan Kenzo. William sudah berjanji pada Amelia.” “Tidak!” Bagaswara memberikan jawaban yang sudah mampu ditebak oleh William, tetapi pria muda ini tidak setega itu memisahkan ibu dan anak. “Pa, kalau Kenzo tidak dikembalikan bagaimana jika berdampak buruk. Amelia akan mencari untuk memerjuangkan Kenzo. Amelia akan menggunakan segala cara termasuk menghancurkan pernikahan William dengan Nitara, itu bisa saja terjadi kan, Pa.” Ini adalah kalimat untuk membujuk Bagaswara walau kemungkinan
Baca selengkapnya

Bab 54. Di Mana Ibumu?

“Apa maksud Anda?” Amelia dibuat tabu sekaligus linglung pada pengakuan orang kepercayaan ayahnya. “Biar saya beri tahukan pelaku sebenarnya, tapi untuk langkah berikutnya Nona harus memutuskan sendiri, tapi saya yakin Nona tidak ingin kasus ini tercium oleh tuan.” “Iya.” Singkat Amelia yang masih memasang tatapan menyelidik karena mungkin saja si tersangka sedang memutar balikan fakta untuk membela diri. “Saya sudah menyusun strategi. Apa Nona ingin mendengarnya?” “Strategi apa?” Amelia mengerutkan dahinya. Amanda masih setia di sisinya walau tidak banyak peran yang wanita ini lakukan. Si pria mengeluarkan catatan kecil dari dalam saku jasnya. “Nona bisa memeriksanya terlebih dahulu,” sodornya. Maka Amelia menerima catatan tersebut masih dengan tatapan penuh penyelidikan, kemudian dirinya mempelajari. Selama nona muda sibuk dengan selembar kertas itu, Amanda memerhatikan gerak-gerik si pria barangkali menunjukan kejanggalan, tetapi wanita ini tidak menemukan sesuatu yang patut me
Baca selengkapnya

Bab 55. Anggap Saja Aku Erland-Ayahnya Kenzo

Hampir saja Bagaswara tersedak mendengar kalimat Miranda. “Mama tidak perlu khawatir, hubungan William dan Nitara selalu baik-baik saja.” Kecupan kembali mendarat. Cukup banyak obrolan yang suami dan istri ini bahas, tetapi akhirnya Miranda dibawa trapi oleh perawatnya. “Apa ini pertanda buruk?” cemas si pria seiring memikirkan ulang hubungan salah satu putranya, “tapi andai William dan Nitara memang berpisah, karena apa, jangan sampai Amelia mengganggu hubungan mereka!” Di titik ini Bagaswara memutuskan membuat rencana baru tentang Kenzo, dirinya tidak akan grasah-grusuh merawat cucunya sendiri karena mungkin si balita juga memiliki potensi merusak hubungan William dan Nitara. Bagaimanapun juga Kenzo memiliki ketertarikan langsung dengan Amelia. Pada sore harinya William kembali, dirinya mampu melaksanakan semua tugas dari Bagaswara, mengemban perusahaan dengan mudah dan cekatan. “Sore Pa, bagaimana hari-hari Papa sama Kenzo?” sapa hangatnya. “Sangat baik, tapi ....” Bagaswara ingi
Baca selengkapnya

Bab 56. Rencana Gila Amelia

Pada pagi harinya William mengembalikan Kenzo pada Amelia yang sudah sangat merindu. “Kenzo, apa kabar sayang?” Wanita ini segera menciumi putranya, sedangkan William masih memerhatikan dalamnya cinta Amelia pada anaknya dan Erland. “Kenzo baik-baik saja. Semalam tidurnya juga sangat nyenyak, aku hanya menyeduhkan susu sebanyak dua kali,” kekeh tulus William sebagaimana sikap seorang ayah pada anaknya. “Jadi semalam kalian bersama? Aku kira ..., sama papa kamu.” “Kenzo anakku, jadi kita harus bersama,” kekeh William saat dengan sengaja mengakui si balita mewakilkan Erland. “Terimakasih sudah menjaga Kenzo, dengan ini aku percaya kamu bisa menjaga Kenzo kelak.” Ini bukanlah pujian, tapi kalimat sebelum perpisahan dengan buah hatinya. “Kamu bisa memercayakan Kenzo padaku.” Senyuman teduh William menemani wajah tampannya yang tampak sangat tulus. “Bagaimana dengan papa kamu, bagaimana sikapnya pada Kenzo?” “Tentu saja papa menerima, Kenzo cucu pertama papa.” “Syukurlah.” Lega Amel
Baca selengkapnya

Bab 57. William Tidak Memberikan Celah untuk Amelia

Amelia segera menyerahkan Kenzo pada bibi yang lebih banyak beraktivitas di halaman belakang. “Bi, Kenzo tidur sama bibi saja dulu. Buat berjaga-jaga takutnya satpam menyelidik Kenzo karena tadi Kenzo sempat merengek,” cemasnya. Maka, bibi juga ikut merasakan yang Amelia rasakan. “Iya ampun Non. Iya sudah, Kenzo sama bibi saja. Lagipula bibi baru beres membersihkan halaman, kebetulan bibi tinggal diam di rumah saja.” “Iya, bi. Pokoknya jangan bawa Kenzo ke kamar Amei dulu. Takutnya satpam mondar-mandir di bawah balkon. Entah kenapa ..., perasaan Amei tidak tenang.” “Iya, Non. Non tenang dulu ya.” Bibi sudah memangku Kenzo seiring memberikan nasihat kecil pada Amelia. Amanda baru saja bersuara. “Mei, mendingan kamu segera pergi ke perusahaan. Takutnya satpam memang curiga kalau kamu berlama-lama di rumah,” saran terbaik versinya yang mendapatkan anggukan dari Amelia, “apa hari ini Kakak harus menemani kamu lagi?” Amelia segera menolak, “Tidak usah Kak, tolong jaga Kenzo saja!” “Iy
Baca selengkapnya

Bab 58. Dengan Senang Hati Aku Menjadi Erland

Dalam rekaman CCTV tampak jika pria itu hanya membersihkan sofa menggunakan penyedot debu, sekalian mengelap meja tanpa menyentuh meja kerja sedikit pun. Dirinya hanya membersihkan area bersantai nona muda. Udara di hembus lega oleh Amelia. “Ya Tuhan ..., ternyata pria itu sangat perhatian, sepertinya dia memang harus Amei loloskan dari target kecurigaan.” Hingga detik ini laporan keuangan selalu stabil. Hampir setiap tiga jam nona muda meminta laporan sampai akhirnya sekretaris Adhinatha berbicara. “Nona, sebelumnya saya minta maaf. Tapi sebaiknya Nona tidak terlalu over meminta laporan pengeluaran dan pemasukan karena bagian keuangan sudah sangat sibuk.” “Saya cuma ingin tahu. Apa itu salah?” Amelia bersikap datar menanggapi masukan sang sekretaris karena dia pikir dirinya adalah bos besar di sini, semua tindakan yang menurutnya baik, itu memang yang terbaik. “Tidak salah sama sekali, Nona.” Wajah wanita ini mengangguk pelan sebagai tanda hormat, “hanya saja bagian keuangan sudah
Baca selengkapnya

Bab 59. Kedekatan Amelia dan William

Kedekatan William dan Amelia semakin insten. Hendak William mengungkapkan tujuannya mengundang Amelia, Nitara menghubungi. “Tunggu sebentar,” pamitnya pada wanita di sisinya. Pria ini berjalan menjauh. “Ada apa, sayang?” Lembutnya seperti biasa. “Eu-aku sedang di tempat yang sama dengan kamu. Tadinya aku mau reoni sama teman SMP, tapi karena melihat kamu, aku naik dulu ke lantai atas.” William mengerjap, kemudian menyapu setiap sudut. “Kamu di mana?” “Di sini, di dekat tangga.” Lambaian tangan Nitara bersama senyuman manis hingga William menggeleng malu. “Usil sekali.” Panggilan diakhiri, William berjalan gagah bersama senyuman memesona ke arah tempat Nitara berpijak. “Hi,” sapa manis Nitara. William segera mendaratkan pelukan singkat. “Ada apa hm, kenapa datang kesini tanpa memberi tahu terlebih dahulu?” Tatapannya begitu hangat nan penuh cinta. “Aku takut kamu sibuk jadi aku pikir tidak usah bilang,” kekeh menggemaskannya hingga William memainkan dagu Nitara. “Di mana teman-t
Baca selengkapnya

Bab 60. Ayah dan Anak yang Sedang LDR

Hari sudah berganti malam, saat ini William dan Amelia baru saja turun menuju lantai utama setelah Nitara dan kawan-kawannya meninggalkan tempat ini satu jam yang lalu. “Biar aku antar kamu.” “Kamu bercanda ya, aku kan bawa mobil.” “Astaga, aku lupa.” William menggeleng bersama tawa kegelian. “Harusnya tadi kamu antarkan Nitara.” “Saya sudah menawarkannya, tapi Nitara bilang akan pulang bersama temannya.” “Hm ..., kalau begitu ..., kita pulang masing-masing saja. Aku tidak mau nanti papa atau mama bertanya pada satpam tentang aku yang pulang sama kamu.” William tersenyum tipis. “Memangnya kenapa kalau mama dan papa kamu tahu?” “Aku harus banyak berbohong kalau kita punya hubungan dekat. Asal kamu tahu, papa sama mama mengharapkan kita menjalin hubungan spesial.” “Oh iya. Kenapa?” Saat ini William merasa senang mendengarnya. Entah mengapa? “Papa sama mama mengharapkan kamu menjadi menantu atau memiliki menantu seperti kamu.” William dibuat tersipu. “Akan aku usahakan orangtua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
30
DMCA.com Protection Status