Beranda / Romansa / Ayah Untuk Anakku / Bab 211 - Bab 220

Semua Bab Ayah Untuk Anakku: Bab 211 - Bab 220

294 Bab

Bab 211

Di rumah sakit yang sama, Tio sedang memeriksakan keadaannya yang ternyata tidak memiliki kemajuan, tetapi dokter menghiburnya setidaknya kondisinya tidak memiliki penurunan.‘Ck!’ decak Tio dalam hatinya, ‘umurku memang tidak akan lama lagi, tapi seharusnya Tuhan tidak memerlakukanku seperti ini, seharusnya Tuhan membiarkanku mati saja!’ Sesumbarnya walau dia tahu Tuhan mendengarnya.Jesika mendampingi kakaknya yang tampak normal, penampilan Tio tetap keren dan elegan, pun cara berjalannya tetap gagah. Namun, semenjak kembali ke rumah wajahnya selalu tampak dingin pada adik perempuannya sekali pun hingga jarang sekali mereka berkomunikasi.“Kak, kita akan langsung pulang?” tanya Jesica saat menatap wajah dingin nan kaku itu.Tio menoleh kecil. “Tidak, Kakak ingin pergi ke suatu tempat, tapi kamu tidak perlu ikut.” Kalimat datarnya.Jesica segera memerotes yang dibungkus merajuk, “Ish, Kakak bagaimana sih justru Jesica di sini karena sudah tugas Jesica menemani Kakak kemanapun. Kakak
Baca selengkapnya

Bab 212

Pertemuan dengan Tio hanya seperti itu saja, kini Erland kembali menghuni ruangannya seorang diri. Ditatapnya amplop putih yang tampak formal itu, tetapi dia yakin isinya jauh dari kata formal. “Aku sangat penasaran, tapi aku juga takut mengetahui kenyataan jika Tio menuliskan sesuatu yang akan menyakitiku. Seperti kenangan mereka di masa lalu,” desahnya.Erland memilih memalingkan wajahnya dari amplop yang seolah memanggil namanya, meminta dibuka, tetapi akhirnya dia bisa mengesampingkan penasarannya berkat jadwal wawancara online yang dimulai semenjak pukul sembilan pagi. Sama halnya dengan William, Erland sangat terperinci kala memilah pelamar begitupun saat mewawancarai, jika terdapat satu saja jawaban meragukan maka orang itu akan gugur.Wawancara online berjalan lancar hingga lima orang pelamar, tetapi yang keenam Erland menerimanya karena hati nuraninya. Gadis itu seorang lulusan sekolah menengah atas dengan latar belakang cukup miris, dalam Cvnya terdapat keterangan jika gadis
Baca selengkapnya

Bab 213

Amelia bergeming selama beberapa saat. “Tio ... memberikan ini langsung ke kamu?” Segera, dia merasa tidak enak hati pada Erland sejak menerima amplop ini seiring mendengar jika benda ini dari mantan pacarnya. “Iya, Tio masuk ke ruanganku sebelum aku tiba. Dia tidak berbasa-basi, Tio menitipkanmu padaku sekaligus memintaku menyerahkan amplop itu,” kekeh Erland seolah tidak terbebani apapun walau sedikitnya terdapat sebuah di dalam hati. Maka, dia memilih tidak tahu apapun yang ada di dalam amplop.Namun, bagaimanapun penuturan Tio hal itu tetap membuat Amelia merasa tidak enak hati. Pelukannya segera melingkar di tubuh suaminya. “Aku minta maaf karena Tio sudah selancang itu padahal aku tidak pernah meladeninya.”Belaian lembut Erland dirasakan Amelia di punggungnya. “Tidak perlu minta maaf, aku tahu kamu takut aku merasa tidak nyaman dan sakit hati kan, tapi itu tidak terjadi. Tenang saja,” kekehnya lagi. Pria ini tidak ingin istrinya merasa tidak enak hati pada dirinya-suaminya ya
Baca selengkapnya

Bab 214

Erland kembali meletakan kertas di tempatnya terjatuh supaya Amelia tidak tahu jika dirinya sudah mengetahui semua. Kemudian pria ini turun ke lantai bawah untuk menemui putranya yang diasuh Sopia. Segera, mertuanya menyambut, “Sejak kapan Nak Erland pulang? Mama tidak melihat.”“Sekitar satu jam lalu. Erland memang langsung ke kamar menemui Amei.” Senyuman santunnya.“Pantas saja Mama tidak melihat kepulangan Nak Erland,” kekeh kecil Sopia, “Bagaimana bekal makannya? Amei sangat bersemangat saat membuatnya!” Antuasia Sopia yang tidak sabar mendengar penilaian baik menantunya.“Bekal makan yang dibuatkan Amei sangat enak, apalagi semua makanannya masih hangat. Erland sangat menikmatinya, bahkan lebih nikmat dibandingkan makan di luar,” kekehnya saat menyampaikan pujian yang sebenarnya, tanpa adanya embel-embel menyenangkan hati manusia karena masakan Amelia memang patut mendapatkan pujian.Sopia tersipu mendengarnya. “Terimakasih ya, sudah menerima bekal makannya.”“Tentu saja Erland
Baca selengkapnya

Bab 215. Keadaan Nitara Semakin Kurus karena Kehamilannya

Fajar menyongsong, hari baru tiba bahkan bulan baru. Amelia mulai menuliskan lish di bulan ini. “Aku akan periksa dede bayi, membeli perlengkapan dede bayi sebagain saja, seperti stroller dan box bayi karena jenis kelaminnya belum diketahui jadi tidak perlu membeli pakaian dan lain sebagainya,” gumamnya saat sepasang mata indahnya tertuju pada sebuah buku catatan.Erland barusaja keluar dari kamar mandi, rambut basahnya digosok handuk kecil. Niat hati akan meraih pakaian yang sudah Amelia sediakan, tetapi perhatiannya teralihkan pada kegiatan sang istri. “Sayang, lagi menulis?”Amelia segera mengarahkan tatapan pada suaminya saat duduk nyaman di atas sofa bahkan satu kakinya diangkat sangat santai. “Ya, aku sedang menuliskan rencana bulan ini,” kekeh hangatnya.“Aku terlibat tidak di dalamnya?” goda Erland bersama kekeh kegelian.“Ish, justru aku ingin melakukan semuanya sama kamu.”“Baiklah, coba aku lihat apa saja rencana kamu di bulan ini.” Erland menghampiri, duduk di sisi istriny
Baca selengkapnya

Bab 216

Erland mensyukuri pengertian serta perhatian Amelia, hingga keduanya terlelap saling memeluk, menyalurkan kasih sayang setiap detiknya. Malam ini tidur Amelia sangat tenang bahkan bayinya juga tidak membuat gemuruh sama sekali, perutnya terasa hampa saking tenangnya. Pun, saat pagi tiba Amelia tidak mengalami morning sicknes. “Kok aneh?” herannya seiring menatap Erland.“Mungkin belum, Sayang ....” Erland juga tidak tahu, apalagi pria ini memang tidak berpengalaman menemani istri hamil, ini pengalaman pertamanya.“Mungkin." Amelia menggendikan bahunya, "atau memang sudah berakhir ya? Karena saat hamil Kenzo juga begitu, tiba-tiba saja mualnya hilang dan aku sangat bernafsu untuk makan. Hihi ....” Amelia akan sangat mensyukuri jika mual di masa kehamilannya telah berakhir karena nyaman sekali rasanya saat menjalani kehamilan seperti sedang tidak mengandung.“Kita lihat saja.” Kecupan sayang bersarang di kening Amelia, kemudian dilanjutkan di atas perut Amelia yang sudah memiliki sediki
Baca selengkapnya

Bab 217. Bayi Milik Amelia dan Milik Nitara

Hari berikutnya, Nitara dan Amelia memiliki jadwal periksa yang sama, pun mereka mengunjungi dokter kandungan yang sama maka kedua wanita ini memutuskan membuat janji di rumah sakit. “Hi, Tara,” sapa ceria Amelia. Perutnya sudah cukup terlihat karena ini kehamilannya yang kedua, jadi perutnya membesar lebih cepat walau usia kehamilannya sama dengan sang sahabat.“Mei,” balas hangat Nitara. Keduanya saling memberikan pelukan sayang.Amelia memulai obrolan. “Bagaimana kehamilan kamu sekarang, apa masih mual?”“Masih, Mei ....” Nitara segera mengadu.“Sabar ya, aku juga begitu saat mengandung Kenzo, tapi untungnya sekarang dede bayi cukup mengerti mamanya,” kekeh bahagia Amelia.“Syukurlah Mei, kalau kamu tidak mengalami mual parah.” Ingin sekali Nitara berada di posisi Amelia, hingga menikmati kehamilan bukan hal mustahil.“Iya, untungnya tidak. Tapi tenang saja ... ada masanya mual yang dirasakan kamu juga akan hilang dengan sendirinya.” Senyuman lembut Amelia. Di sisinya terdapat Erla
Baca selengkapnya

Bab 218

Saat mendapatkan kabar mengejutkan ini Erland rasa dirinya harus menyampaikannya pada Amelia karena bagaimanapun rasa tidak nyaman yang hinggap akibat Tio selalu mengejar istrinya, pria ini masih memiliki hati nurani dan prikemanusiaan. “Mei, jenguk Tio di rumah sakit. Kasihan Tio.” Lembut Erland saat mengabarkan.“Hah, Tio kenapa!” keget Amelia yang sedang bersama Miranda juga Nitara.“Barusaja Cristy menelepon katanya keadaan Tio semakin parah.” Erland tidak sanggup jika harus menyebut keadaan Tio dengan kata sekarat karena dirasa terlalu kasar untuk orang yang sedang memperjuangkan hidupnya.“Iya ampun, Tio ....” Amelia ingin menahan kesedihannya supaya tidak diekspresikan karena kini dia sedang bersama mertuanya, pun wanita ini juga harus menjaga perasaan suaminya, tetapi terlalu sulit untuk menahannya. Jadi, air mata lolos begitu saja.Tentu saja hal ini membuat Miranda bertanya-tanya dengan cemas, “Ada apa Mei, apa terjadi seuatu?” Bukan hanya mertuanya, tetapi sahabatnya juga m
Baca selengkapnya

Bab 219. Kenzo adalah Prioritas Pertama Adhinatha dan Sopia

Sekitar sepuluh menit kemudian, dokter keluar dari ruangan “Operasinya berjalan lancar, tetapi pasien bernama Tio membutuhkan lebih banyak waktu beristirahat.” Hangatnya kala menyampaikan. Pun, saat ini Tio dipindahkan ke ruangan.Semua orang yang berada di sana merasa lega karena mungkin dengan ini Tio akan memiliki kesempatan hidup lebih banyak atau mungkin penyakitnya hilang. Semua orang saling bertukar pelukan, kecuali Amelia dan Emily karena mereka tidak saling mengenal. Namun, di sela-sela obrolan hangat penuh dengan perasaan lega Emily mencoba mendekati Amelia. “Hi Mei, tidak disangka aku akan bertemu dengan istrinya Erland, kami pernah satu kampus loh.” Hangatnya, tetapi tentu saja ini hanya sikap yang dibuat-buat.Amelia menyahut dengan sikap serupa, “Oh iya, kalian sudah sangat mengenal dong.”“Tentu saja, hubungan kami jauh dari sekedar saling mengenal.” Senyuman hangat Emily yang didalamnya tersimpan sebuah rencana busuk. Tidak banyak obrolan antara keduanya karena saat in
Baca selengkapnya

Bab 220. Rencana Emily Memecah Belah Erland dan Amelia

Tepatnya tengah malam, William terbangun tiba-tiba karena sesuatu mengganggunya. “Astaga ... kenapa aku bermimpi buruk tentang anakku?” Titik-titik keringat dingin sudah bermunculan di dahinya hingga William menyekanya. “Aku sampai berkeringat seperti ini, mimpi itu seperti nyata.”Saat ini tarikan udara panjang diambilnya guna menenangkan diri. “Semoga itu hanya mimpi, mungkin aku terlalu mengkhawatirkan bayi kami karena Tara sering mengadu belum merasakan pergerakan bayinya.” Pria ini lebih cepat menenangkan diri dibandingkan Nitara. Segera, wajahnya dibasuh kemudian mengambil sebatang rokok supaya tubuh dan pikirannya relax.Malam ini jam istirahat William terpotong hingga dirinya harus berusaha untuk tidur setelah sebatang rokok dihabiskan. Foto USG bayinya dipandangi sekejap. “Kamu baik-baik saja, Nak. Papa hanya bermimpi buruk tentang kamu, tapi itu hanya mimpi,” desahnya.Pada pagi harinya William terbangun, tetapi karena jam tidurnya sempat terpotong maka kepalanya sedikit ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
30
DMCA.com Protection Status