Home / Romansa / Ayah Untuk Anakku / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Ayah Untuk Anakku: Chapter 201 - Chapter 210

294 Chapters

Bab 201. Pertemuan Erland dan Emily

Bagaswara menepati janjinya pada Erland, pria ini menjenguk Kenzo dan Amelia walau ini adalah hari pertama putranya meninggalkan keluarganya. Anak dan menantunya baik-baik saja, tapi dia sempat meminta pada menantunya untuk menginap sesekali selama Erland di luar kota.“Iya, lain kali Amei dan Kenzo akan menginap, sekalian Amei ingin menjenguk Tara karena katanya kehamilan Tara sangat parah.”Bagaswara terkekeh, “Iya, Tara mengalami berbagai macam kendala di kehamilan pertamanya, tapi ibu dan bayi tetap sehat walaupun banyak sekali dramanya.”Sopia menyahut, “Syukurlah jika ibu dan bayi tetap sehat. Tentang sulitnya masa-masa kehamilan anggap saja hal yang wajar, toh nanti mereka akan mendapatkan bayi yang selama ini dinantikan, yang akan menjadi pelengkap pernikahan mereka.” Kekeh Sopia di akhir. Kedua keluarga sangat hangat layaknya dua orang besan, serta hubungan baik menantu dan mertua.Beberapa hari berlalu, kehidupan Amelia dan Erland tetap baik-baik saja walaupun mereka terpisa
Read more

Bab 202. Erland Terjebak Fitnah

Saat ini suasana hati Erland tidak baik, tetapi sejurus kemudian dia berusaha memaklumi Emily yang tidak berubah sejak saat kuliah. Jadi, keduanya memesan sebuah meja, menyantap hidangan makan malam bersama. “Apa kesibukanmu?” Pria ini mengawali pertanyaan supaya suasana tidak canggung. Sebuah makanan berkalori rendah dipilihnya, disantap perlahan walau makanan di hadapannya sama sekali tidak menggugah selera akibat kebohongan yang dilakukan Emily hingga dirinya berakhir di tempat ini.“Tidak ada, aku hanya sedang menghabiskan uang papa sebelum papa memblokir atmku,” desah Emily seolah menjadi orang paling menyedihkan dengan banyak masalah.“Sudah pulang ke rumah?” Datar Erland, tetapi mencoba hangat. Walaupun di hadapannya adalah seorang wanita yang pernah mengisi hari-harinya, tetapi kini semua sudah sirna, tidak akan ada masa lalu yang terulang.“Belum, mana bisa aku pulang sekarang. Aku masih sangat sakit hati oleh perkataan papa dan niat papa menjodohkanku. Erland, tolong aku. Ja
Read more

Bab 203. Suami dan Istri yang Saling Peduli

Bagaswara terpaku sesaat, dirinya kaget, tetapi bukan karena kabar Erland menghamili seorang wanita bernama Emily, melainkan karena kabar ini tidak masuk akal. Bagaswara mengambil udara cukup panjang kemudian berkata santun dan propesional pada salah satu koleganya, “Pertama, saya memohon maaf jika mungkin perkataan saya lancang, tapi dengan berat hati saya katakan jika dugaan Anda kepada putra saya sangatlah salah.”Seketika, pria ini semakin naik pitam. “Tidak ada yang salah, Tuan Bagaswara. Sudah jelas putra Anda menghamili putrinya saya. Bahkan sekarang Emily sedang tidak sadarkan diri, putra Anda sendiri yang membawanya!”“Jika diizinkan, saya meminta berbicara dengan Erland sebentar.” Bagawara menghadapinya dengan tenang toh Erland tidak bersalah sama sekali untuk apa grogi dan hal sejenis lainnya. Kebenaran selalu menang.Pria ini menatap Erland dengan sengit, kemudian menyalakan load speaker. “Tuan Bagaswara ingin bicara.”“Iya.” Erland segera menanggapi kalimat pria di hadapa
Read more

Bab 204. Emily Pernah Dijodohkan dengan Tio

Tanpa aba-aba Erland kembali menutup pintunya bahkan di hadapan wajah Emily sekali pun, hingga wanita itu menganga mendapatkan sikap seperti ini dari Erland. “Erland, kenapa kamu menutup pintunya? Aku mau bicara ....” Wanita ini sedikit berteriak walau tidak sampai menggedor pintu.“Astaga ....” Erland memegangi pelipisnya seiring menggelengkan kepala. Dirinya baru saja terbangun dari dunia mimpi, tetapi saat membuka mata justru sumber masalah yang dilihatnya bahkan alasannya terjaga karena Emily si sumber masalah itu sendiri.Sengaja Erland menutup pintunya saat mengetahui tamunya karena dirinya yakin Emily hanya akan membuat keributan dengan kalimat bertele-bele yang menjurus pada kehamilannya yang harus menjadi tanggung jawab dirinya. Erland tidak ingin terlibat dengan urusan tidak penting, maka dirinya harus mengabaikan wanita itu sekalian menjaga hati Amelia yang sedang menantinya.Piyama tidurnya ditanggalkan, hingga hanya menyisakan celana panjang, handphone diperiksa sebelum m
Read more

Bab 205. Jadilah Ayah dari Anakku

Erland berjanji akan datang untuk menyelesaikannya walaupun sebenarnya malam hari adalah waktunya beristirahat. “Ini sangat memuakan!”Di sisi lain, William menemui Tio saat dirinya senggang. Sahabatnya masih dalam perawatan, tetapi dia menjalani perawatan di rumah. “Bagaimana kabarmu, brother?” sapa hangat William seiring adu tinju dengan Tio.“Seperti yang kau lihat. Aku berada di atas kursi roda,” desahnya. Ini adalah keadaan paling buruk sepanjang sejarah hidupnya. Tio tidak menyangka jika penyakitnya ini akan menggerogoti kesehatannya sampai sejauh ini. Ini terlalu di luar dugaan dirinya.“Tak apa, jangan pantang menyerah, kau akan sembuh,” kekeh William untuk memberikan support hidup pada Tio.“Entahlah, sekarang setiap hari aku hanya pasrah dan aku siap kapanpun malaikat maut menjemputku.” Datar Tio seiring memandangi langit luas di luar sana.“Hei, jangan bicara gegabah seperti itu karena malaikat maut juga tidak akan gegabah.” Tawa kegelian William, “sudahlah, akhirnya semua
Read more

Bab 206. Kasus Telah Usai

“Cukup, Emily!” bentak ayahnya yang terlalu malu pada Erland. Apalagi akibat putrinya sendiri bisnisnya dengan Bagaswara dibatalkan. “Apapun yang kamu lakukan Erland tidak akan pernah bertanggung jawab. Jika kamu seperti ini terus, biar Papa saja yang mati!”Kedua mata Emily melebar gelisah mendengar niat ayahnya serta melihat raut wajah sang ayah yang seolah lelah dengan dirinya. Maka, pisaunya dijatuhkan begitu saja. Saat inilah Erland meraup Emily, merangkulnya hingga duduk di sisi ayahnya, sedangkan pengacara mengamankan pisaunya supaya kejadian seperti ini tidak terulang.Tuan rumah tampak sangat kacau, dirinya harus menanggung malu sangat besar di hadapan Erland, ditambah prilaku nekad Emily demi mendapatkan Erland. Suasana hening cukup lama, ruangan hanya diisi oleh isak tangis wanita yang mengasihani prilaku putrinya. Setelah beberapa lama, pria ini berkata pada Erland, sikapnya sangat merendah, “Lagi-lagi saya harus meminta maaf pada Tuan Erland. Tapi tidak sepantasnya Tuan E
Read more

Bab 207. Bayinya Tidak Berharga

Satu minggu berlalu, Erland tidak pernah mendengar nama Emily bahkan tidak pernah melihat wanita itu lagi. Kini, gedung perusahaan juga semakin berkembang. Sejak dirinya membuka pendaftaran online banyak sekali yang diwawancarai oleh William hingga setiap harinya sekitar dua puluh orang masuk menjadi karyawan baru bahkan lebih. Pekerjaan saudaranya sangat membantu jadi yang biasanya kurang dari sepuluh orang saja yang masuk, kini jumlahnya dua kali lipat.Erland berjalan mengitari beberapa lantai yang dihuni oleh karyawan. Gedung ini tinggi, tetapi hanya sekitar empat lantai saja yang baru terpakai. Pria ini tidak terlalu memecah karyawan, menurutnya mereka harus tetap berdekatan apalagi jumlah team masih terbilang sedikit. Tujuannya supaya komunikasi antar karyawan bisa berjalan lebih lancar.Wajah ramah nan hangat dipasang setiap kali Erland berpapasan dengan karyawan atau dengan sengaja melihat hasil kerja mereka. Maka, di sini Erland dikenal sebagai atasan yang sangat ramah hingga
Read more

Bab 208. Hubungan Antara Ipar Memiliki Batasan

“Tunggu!” Tio segera mencegah Emily karena terlalu takut wanita itu akan kembali berbuat nekad, rangkulannya kembali melingkar di tubuh si wanita, meraupnya dengan lembut. “Duduklah ....” Bahkan kalimatnya senada dengan sikapnya. Maka, akhirnya Emily dibuat tenang. “Minum dulu, walaupun mungkin tidak akan menghentikan efek obatnya, tapi setidaknya kamu akan merasa lebih tenang setelah meminumnya.” Masih sikap lembut Tio saat menyodorkan segelas susu pada wanita yang sedang mengandung anaknya.Emily dibuat luluh oleh sikap Tio, maka dengan senang hati segelas susu dihabiskan hingga tandas. Padahal sikap Tio yang ini karena dia masih tidak ingin kehamilan Emily tercium oleh orangtuanya. “Aku sudah menghabiskannya, tapi bagaimana kalau misalnya segelas susu ini menyelamatkan bayinya. Apakah kamu siap menikahiku?” Emily mulai percaya diri jika Tio memerdulikannya. Maka pertanyaan seperti ini segera dilontarkan.Tio tersenyum hambar. “Istirahatlah di kamar sambil menunggu hasilnya.” Jadi,
Read more

Bab 209. Kembalinya Erland dan Kepergian William

Nitara hanya diam tanpa mengatakan cemburunya, dia hanya akan memerhatikan suaminya diam-diam. Pun, senyuman manis dipasang saat satu persatu sandal dipakainya. “Semua sandalnya sangat nyaman. Apa kamu yang memilihkan modelnya?” Ini bukanlah pertanyaan yang sebenarnya karena maksud Nitara hanya ingin tahu sedekat apa suaminya dan sahabatnya.William terkekeh sebelum memberikan jawaban, “Iya, Sayang. Aku yang memilih modelnya, aku sangat mengerti bagaimana selera kamu.”“Sweet sekali ....” Untuk yang ini Nitara dibuat luluh, sedangkan perasaan cinta semakin bersemi di hati William.Hari berganti, William kembali ke perusahaan dan kembali menerima banyak pelamar kerja juga kegiatan mewawancarai terus berjalan. “Aku rasa perusahaan sudah tidak terlalu kosong, setiap hari ada cukup banyak karyawan masuk.” Senyuman diumbar bangga atas kerjasama yang sangat baik antara dirinya dan Erland. “Saat ini Erland membentuk perusahaan dari nol, lalu di bulan berikutnya aku harus mengembangkannya sek
Read more

Bab 210. Apa yang Terjadi pada Bayi Nitara dan William?

Pagi harinya Nitara mengalami mual berlebihan, tetapi kali ini tidak ada William di sisinya maka dia harus berjuang sendiri menuju ke wastapel. “Aku mau menginap di rumah mama saja,” raungannya.Miranda memang belum memeriksa menantunya karena hari masih terlalu pagi, dia pikir mungkin Nitara masih terlelap. Padahal mual yang dirasakannya bisa datang kapan saja bahkan tengah malam sekali pun, hanya saja yang rutin adalah morning sicknes. Setelah dari wastepel, Nitara mencoba berjalan keluar dari kamarnya untuk mencari buah-buahan. Suasana rumah masih sepi walau di bawah tepatnya di dapur sudah terdengar bunyi-bunyian memasak. “Kok tumben mama tidak sediakan buah-buahan, apa mama lupa ya?” gumam Nitara. Padahal selama ini Miranda sangat telaten, barulah William setelah suaminya kembali dari perusahaan.Bunyi sandal beradu ringan dengan lantai, tetapi pendengaran Miranda sangat peka saat dirinya masih berada di kamar, tetapi pintunya telah setengah terbuka. Segera, wanita ini mengintip
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
30
DMCA.com Protection Status