Beranda / Romansa / Kupu-Kupu Malang / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Kupu-Kupu Malang: Bab 11 - Bab 20

137 Bab

Bab 11

"Matamu..." Pria yang tadinya ingin membentak itu bersuara pelan ketika melihat gadis di hadapannya. "Di mana....""Y-Yuna?""Ed?" Yuna terkejut sesaat oleh pria yang lama tidak dijumpainya itu, kemudian menatap berkas yang berserakan di lantai. "Astaga, maafin aku. Tadi agak melamun."Edward bergegas membantu Yuna memungut semua bawaannya yang terjatuh."Apa kabar, Yuna?""B-Baik. Kamu?" Yuna melirik sekilas."Baik juga."Suasana sedikit canggung di antara mereka. Yuna sendiri tidak menyangka bisa bertemu dengan Edward di tempat ini."Kamu sedang apa di sini?""Aku ada urusan dengan Eric."Edward sontak berhenti membereskan barangnya ketika mendengar Yuna menyebut nama sang direktur."Eric siapa? Bukan Eric Volker, kan?""Benar, aku mau ke kantornya." Yuna menyerahkan tumpukan kertas kepada Edward. "Sekali lagi, aku minta maaf. Aku pergi dulu. Nanti diomelin."Yuna berlari kecil meninggalkan Edward. Tidak sanggup lagi berlama-lama dengan pria yang pernah menjadi kekasihnya dua tahun
Baca selengkapnya

Bab 12

Yuna pernah bertemu dengan wanita itu. Seorang kupu-kupu malam yang bekerja di Hotel Laisa.Beberapa waktu sebelumnya, Yuna ditawari Rio bekerja di bagian dapur. Yuna sempat datang dan menerima penjelasan panjang lebar tentang semua bisnis di tempat itu. Di saat itu pula, Yuna bertemu dengan beberapa kupu-kupu malam, termasuk Rosa. Meskipun Rosa sendiri tidak mengenal Yuna."Y-Yuna?" Edward langsung berlari menghampiri Yuna."O-Oh, ini pasti pacar Kak Ed ya? M-Maaf Kak, aku cuma menumpang kamar mandi di sini. Aku pergi dulu ya." Rosa bergegas kabur."Selamat ulang tahun, ya. Mulai hari ini kita putus," ucap Yuna dengan suara lirih lalu berbalik meninggalkan Edward.Edward berlari menyusul Yuna dan berlutut memegangi kedua kakinya dengan erat. Tidak mau Yuna pergi sebelum mendengar penjelasannya."Maafin aku, Sayang. Aku khilaf....""Udah berapa kali?" tanya Yuna."Baru sekali ini, Sayang. Sumpah! Dia yang menggodaku lebih dulu. Kamu tahu sendiri, aku sangat ingin melakukan itu dengan
Baca selengkapnya

Bab 13

Edward menatap Yuna seolah bertanya, "Apa hubungan kalian? Kalian pacaran? Kamu sudah melupakanku?""Kenapa diam saja? Cepat bicara!" hardik Eric."Saya mau bicara pribadi dengan dia, Pak."Eric tersenyum miring sekejap, sangat sinis, sampai membuat Edward langsung menunduk."Maaf, lain kali saja. Saya permisi dulu.""Kamu kenal dengannya?" tanya Eric."Tadi aku nggak sengaja nabrak dia di jalan.""Dasar ceroboh! Awas saja kalau itu ternyata cuma usahamu untuk menggoda karyawan-karyawanku. Kamu sudah baca kontrak kita, bukan?""Udah."Eric kembali berbalik pergi. Sementara Yuna diam saja."Ngapain malah diam? Cepat jalan!""Iya, Tuan."Eric dan Yuna kembali ke rumah bersama. Rasanya canggung duduk bersebelahan dalam mobil.Yuna mendapat pesan singkat dari Riana.[Yun, kamu bisa ke sini sekarang? Kondisi Yuni drop sekarang.""Tuan, saya boleh turun di sini aja?""Kenapa? Mau balik menemui laki-laki tadi?""Nggak, Tuan. Aku harus ke rumah sakit sekarang.""Buat apa? Kamu sakit?""Menjen
Baca selengkapnya

Bab 14

Yuna berjalan terpincang-pincang ketika memasuki kamar Eric yang gelap. Ia tidak menyadari Eric masih duduk di tepi ranjang."Baru pulang?"Yuna yang kaget setengah mati sampai terjatuh dan membentur siku meja.Eric menyalakan lampu tidur. Sekarang ia bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi Yuna. Ia hampir saja meledakkan tawa.Perban putih melingkar di pergelangan kaki Yuna. Wajah gadis itu acak-acakan dan terlihat menyedihkan. Rasa puas memenuhi lubuk hatinya. Eric bisa tidur nyaman malam ini. Tapi ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menghukum Yuna lebih dulu."Kamu nggak bisa baca tulis ya? Jelas-jelas ada aturan yang harus kamu turuti tapi masih berani melanggar?""Maaf, Tuan. Tapi di kontrak nggak dituliskan aku harus pulang jam berapa." Yuna melenggang masuk ke kamar mandi.Eric yang tadinya santai, kini merasakan darahnya mendidih oleh amarah. Berani sekali Yuna menjawab ucapannya!Yuna keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Kemudian tidur di sofa, memu
Baca selengkapnya

Bab 15

Suara Yuna membuat Eric bergidik. Ia langsung menjauhkan mulutnya dari dada Yuna.'Apa yang sudah aku lakukan?'Matanya kini beradu dengan milik Yuna. Kemudian kembali turun ke dua dada Yuna yang masih terbuka.Yuna sadar akan hal itu. Gadis itu cepat-cepat menutup tubuhnya kembali. Tubuh Yuna sedikit gemetaran ketika bangun dan duduk di sampingnya.Eric meraih tangan Yuna. Kemudian membimbingnya menuju barang pusakanya."Lakukan...."Niat hati ingin membentak Yuna. Akan tetapi, suara yang ia keluarkan cukup pelan dan dalam. Hampir seperti bisikan.'Sial! Aku pasti sudah gila!'***"Pagi, Pak Direktur. Ini dokumen-dokumen yang harus ditandatangani," ujar Dina dengan gaya genit khasnya.Dina meletakkan dokumen sambil menunduk setengah badan. Memamerkan bongkahan dadanya yang besar sambil menggoyangkannya.Eric geleng-geleng kepala melihat tingkah Dina. "Keluar."Bukan hanya Dina, banyak relasi wanita yang berusaha menggoda Eric. Bahkan
Baca selengkapnya

Bab 16

Untuk pertama kali Eric menciumnya. Yuna awalnya takut ketika Eric tiba-tiba menyerangnya seperti pagi tadi.'Apa ini waktunya melepas perawan yang aku jaga selama ini demi uang? Bukan, demi Yuni.'Rasa ragu semakin tenggelam ketika Eric menyesap kuat bibirnya. Yuna terlena dan membalas ciuman itu semakin dalam.Tangan Eric menjelajahi tubuhnya dengan bebas. Yang tadinya setia meremas buah dadanya kemudian turun menyelusup ke bawah gaun.Kesadaran Yuna kembali ketika inti kewanitaannya diaduk-aduk oleh jemari pria itu tanpa membuka celana dalam. Tangan kirinya mendorong tubuh Eric, sementara tangan kanan mencoba menghentikan ciuman pria itu."Kenapa? Bukankah kamu menyukainya?" bisik Eric.Yuna dapat merasakan napas Eric berhembus di wajahnya tidak beraturan. Mata pria itu fokus menatap bibirnya.Tangan Yuna berusaha menjauhkan tangan Eric dari organ kewanitaannya. Namun Eric lebih kuat darinya.Yuna ingin menolak. Akan tetapi, yang keluar dari mulutn
Baca selengkapnya

Bab 17

"Ingat pesanku, Yuna. Mau apa pun yang terjadi, kamu harus selalu tersenyum pada Eric Volker. Dia tidak peduli dengan masalah para kupu-kupu malam. Yang dia inginkan hanya gadis cantik ceria dan memuaskan," ucap Mami Maria waktu itu."Tuan, di kontrak..."Eric memotong ucapan Yuna, "Turuti semua ucapanku."Yuna terpaksa menarik kedua sisi mulutnya ketika Edo meraih tangannya. Kini Yuna di atas pangkuan pria tua itu.Eric sepertinya puas melihat Yuna dinikmati pria lain. Yuna dapat melihat sebuah senyuman mengembang di mulut Eric.'Kenapa dia memberikanku begitu saja? Bukankah dia membayar mahal untuk perawanku?'Tubuh Yuna gemetaran ketika tangan kasar Edo mengusap lengannya. Ia mundur ketika Edo hendak menciumnya."Pak Edo, kamu harus membayarnya dua kali lipat jika ingin menikmatinya," kata Eric dingin ketika tangan Edo hampir menyentuh buah dada Yuna."Tuan Muda, tadi katanya...""Cepat ke sini," perintah Eric sambil memelototi Yuna."Terim
Baca selengkapnya

Bab 18

Hampir tengah malam, Eric terbangun oleh getaran ponsel di nakas. Ia merasakan hangat di anggota tubuhnya. Yuna tengah tertidur pulas sambil memeluk dirinya.Eric menggeser tubuh Yuna dan mengambil ponselnya. Tidak ada pesan atau panggilan satu pun. Rupanya ponsel Yuna yang bergetar sejak tadi.Yuna tidak merasa saat tangannya dipaksa menyentuh kunci ponselnya. Eric sekarang bisa melihat semua isi pesan yang mengganggu istirahatnya itu.Banyak sekali panggilan dan pesan dari nomor tanpa nama.[Yuna, kamu masih marah padaku?][Aku ingin kita kembali seperti dulu.][Sayang, aku rindu sama kamu.]"Pasti manajer itu," gumam Eric.Pesan-pesan terakhir dibukanya. Kali ini menunjukkan foto-foto kemesraan Yuna dan Edward zaman dulu. Ia segera menghapus semua pesan itu.Edward mengirim pesan terbaru. Sebuah foto ketika Yuna memeluk dan mencium Edward.Hampir saja Eric membanting ponsel Yuna hingga hancur berkeping-keping. Ia tidak bisa lagi melanjutkan
Baca selengkapnya

Bab 19

Jantung Eric berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Eric sendiri tidak paham, mengapa ia justru merasa senang?Sekelumit rasa bersalah menusuk relung hati. Apalagi, ketika melihat memar di tangan Yuna. Eric membelai lembut lalu mengecupnya. Namun, rasa bersalah itu hanya sebentar. Barang pusakanya terlanjur memasuki gadis itu. Euforia mendapatkan yang pertama dari Yuna membuat Eric semakin gencar memaju mundurkan pinggul.Yuna merintih kesakitan ketika Eric terus mengentak barang pusakanya dengan kasar dan kencang. Peluh dan tangisan membasahi wajah gadis itu.Eric lupa diri. Tidak ingat lagi dengan rencananya. Bahkan ia tidak sadar dengan jeritan Yuna yang semakin keras."Pelan... Tuan...."Karena Yuna semakin berisik, Eric melumat habis mulutnya. Yuna sampai kehabisan napas dan mendorong-dorong Eric. Tetapi Eric justru semakin keras menghajar inti Yuna."Masih sakit?" Eric bertanya lirih di telinga Yuna Yuna mengangguk. Tidak memiliki tenaga lagi un
Baca selengkapnya

Bab 20

Edward mengetuk pintu setelah kedua kakak adik itu berhenti bicara. "Halo, Yuni.""Edward?""Kak Edward!"Dua kakak adik itu berseru bersamaan. Satunya senang, satunya bertanya-tanya. Yuna jadi orang yang mempertanyakan maksud kedatangan Edward. Sementara, Yuni yang dari dulu mengagumi Edward, senang sekali bisa bertemu dengan mantan calon kakak iparnya itu."Ngapain kamu di sini?" tanya Yuna ketus."Dari mana Kak Ed tahu aku dirawat di sini?"Dua gadis itu kembali berucap di waktu yang sama. Edward terkekeh-kekeh melihat kekompakan kakak adik itu."Aku dengar dari Riana kalau Yuni habis kecelakaan. Syukurlah kondisimu sudah membaik, nggak seperti cerita Riana."'Riana? Apa dia menyewa kupu-kupu malam di Hotel Laisa lagi?'Yuna menatap tajam Edward. Seolah menembakkan laser ke arah pria itu."Santai, Yun. Niatku mau nengok Yuni. Aku bahkan nggak tahu kamu ada di sini.""Ini, Yun, buah buat kamu. Udah boleh makan buah-buahan belum?" ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status