Home / Romansa / JODOH PILIHAN MAMA / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of JODOH PILIHAN MAMA: Chapter 61 - Chapter 70

79 Chapters

BAB 40b

Baru dua hari Aditya pindah ke apartemen baru yang di sewanya. Lokasi apartemen itu tak jauh dari kantor Aditya. Namun, tetap harus dengan motornya jika tak ingin berkeringat, meskipun dengan jalan kaki juga tak jauh.  Ternyata, meskipun di rumah jarang ngobrol karena Aditya kerja dan Intan kuliah. Paling hanya sore mereka ketemu, dua hari ditinggal, membuat Intan merasa sepi. Tak ada lelaki yang dapat diledeknya. Meski dingin kayak kulkas dan sulit memaksakan pendapat padanya, tetap saja Intan merasa ada yang hilang.  Hari itu, seharian Intan mencoba menghubungi Aditya, namun tak ada balasan sama sekali. Pesannya hanya contreng satu. Ditelepon juga tidak diangkat.  Intan mendesah kesal. Kemana saja sih, Mas? Percuma saja punya ponsel bagus, kalau pesan tidak dibalas, telepon tidak diangkat, dengus Intan.  Bahkan, Intan baru ingat jika dia tak tahu nama kantor ataupun lokasi di mana Aditya bekerja. Selama ini, dia hanya percaya saj
last updateLast Updated : 2023-07-11
Read more

41a

Sarah menatap kertas di tangannya tak percaya. Sementara, Mita tak berani merebutnya takut robek. Mita heran, selama ini tak ada pegawai yang lancang mengambil berkas pegawai lain saat dia sedang mengerjakannya. Itu adalah berkas laporan status perkawinan Aditya yang sedang dibukukan oleh Mita. Aditya baru saja memberikan copy buku nikah untuk mengubah status administrasinya di kantor, setelah menimbang kebenaran apa yang dikatakan Intan. Bahwa menikah itu tak boleh di sembunyikan, meski dia masih enggan juga membuka statusnya pada teman kantornya. Dengan bergetar, Sarah meletakkan kembali kertas itu ke meja Mita. “Aku nitip ini buat Pak Hanafi,” ujar Sarah sambil meletakkan berkas dokumen miliknya di meja Mita. Ia segera cepat berlalu. Hatinya kacau. Sarah benar-benar tak menyangka jika Aditya telah menikah. Bahkan, tanggal pernikahannya lebih dulu dari tanggal pernikahannya. Yang lebih Sarah tak habis mengerti, mengapa gadis ingusan itu yang lebih dipilih Aditya dibandin
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

41b

Bu Handoyo menghela napasnya.  “Kenapa Mbak Sarah, Ma?” tanya Intan kemudian. Meskipun hatinya kesal, namun di hadapan mertuanya, Intan tak ingin menunjukkan kemarahan. Karena Sarah pun juga menantu Bu Handoyo. Posisinya sama. Apalagi akhir-akhir ini, Bu Handoyo sudah menampakkan penerimaannya terhadap Sarah. Itupun juga atas andil Intan.  “Entahlah, Ndhuk. Mungkin ada salah paham dengan Mas Dimas. Biar saja,” tukas Bu Handoyo. Wanita yang sudah makan asam garam kehidupan, tidak heran dengan perlakuan orang kaya yang suka menuduh, bersahabat hanya karena harta. Itu pula yang membuatnya dulu keberatan saat Aditya dekat dengan Sarah. Takut kalau kelak di kemudian hari, Sarah hanya akan mengungkit kontribusi hartanya dalam rumah tangga mereka.  “Ya sudah, kamu jadi ke tempat Masmu atau tidak?” Bu Handoyo tiba-tiba mengingatkan menantunya saat sebuah taksi yang dipesan Intan sudah berhenti di depan rumah.  Meski dada wanita puruh baya
last updateLast Updated : 2023-07-13
Read more

42

Akhirnya bergegas Intan mengetuk pintu. Belum ujung buku jarinya menyentuh pintu, tiba-tiba pintu terbuka. Tampak pemuda dengan baju yang kancingnya tak beraturan sedang membuka pintu. Intan menatap Aditya penuh curiga, seraya mengerutkan dahinya.“Aku lagi mau mandi. Baru buka baju sudah ada orang ngebel nggak sabar,” gerutu Aditya sambil melebarkan pintu, menyuruh Intan masuk.  Lelaki itu lalu bergegas kembali ke dalam, sementara Intan menutup kembali pintu. Intan menarik nafas lega. Senyum mengembang di bibirnya. Ternyata Mas Adit sendirian. Benarkan apa kataku, dia tak akan berani macam-macam, guman Intan dalam hati. “Kenapa sih, pake nyusul segala? Kan Aku sudah bilang, kalau weekend nanti aku pulang,” ujar Aditya kesal seraya masuk kembali ke kamar mandi. Intan mengerutkan keningnya lagi. Berpikir keras. Bukannya tempo hari dia bilang, kal
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more

43a

“Mas, tahu nggak sih. Mbak Sarah kemarin marah-marah ke mama.” Intan membuka percakapan seraya membuat omelet di dapur mini milik Aditya. Untungnya Intan ingat membeli telor di supermarket sekalian roti tawar. Biasanya Aditya hanya akan makan di kantin kantornya sembari minum kopi. Pantas saja dapur bersih. Bahkan, perlengkapan perang saja hanya ada pan buat bikin omelet dan pan untuk mie instan. Itupun masih kinclong karena jarang digunakan. Aditya duduk di kursi yang ada di minibar, yang posisinya bersebalahan dengan Intan yang tengah memasak omelet. Lelaki itu menyesap kopi buatan Intan. Sejak pindah ke apartemen, dia sudah tak lagi minum kopi buatan rumah. Tak dipungkiri, kopi buatan Intan memang istimewa. Takaran kreamer, kopi dan gulanya yang pas, meski tidak dibuat dengan coffeemaker seperti di salah satu stand di kantinnya. “Kenapa marah?” timpal Aditya seraya meletakkan sendok bekas adukan kopi di piring kecil yang menjadi alas cangkir kopinya. Intan meletakkan piring
last updateLast Updated : 2023-07-16
Read more

43b

Pagi itu Sarah sudah duduk di kursi kerja Aditya. Dia sengaja datang sebelum Aditya datang. Banyak rencana ada di kepalanya. Salah satunya, yang akan dikerjakan hari itu. Rahasia besar Aditya harus terbongkar di depan teman-temannya. Sarah ingin, kepercayaan teman-teman Aditya mulai pudar. Hari itu adalah hari terakhir bagi Sarah ke kantor sebelum dia pindah ke kerja di kantor milik keluarganya. Keputusannya sudah bulat. Dia tak ingin kehilangan apa yang telah menjadi miliknya. Dan ini adalah saat yang tepat untuk menemui Aditya. “Sarah?” Mata melebar Aditya saat masuk ke ruangannya. Bibirnya bergumam saat menyadari siapa yang tengah duduk di kursi kerjanya. Hampir semua mata menatap ke arah Aditya. Sebagian dari mereka menanti apa yang akan terjadi. Sarah yang terlihat tak sabaran, dan Aditya yang baru masuk ruangan. Tak seperti biasanya, pemuda itu datang lebih siang. Hari itu, dia harus mengantar Intan ke stasiun, meski sebenarnya Intan bisa disuruh berangkat sendiri. Jika bi
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

44

“Kena kamu, Mas!” guman Sarah sambil berjalan mendekat ke posisi Dimas yang sedang berdiri sambil bersedekap di meja kerja Hana, salah seorang staf keuangan. Sesekali badannya condong ke arah computer di depan Hanna dan telunjuknya menunjuk ke layar computer itu. “Mas….!” panggil Sarah saat posisinya sudah dekat di meja Hana. Dimas hampir saja terlonjak kaget karena tak menyadari kedatangan Sarah. Namun, segera di dapat mengendalikan dirinya. Begitu juga dengan Hana. Gadis itu tak tahu siapa yang tiba-tiba mendekati atasannya. “Kamu datang?” tanya Dimas retoris. Sarah menatap Dimas dan Hana bergantian. Pandangannya tajam, seolah penuh selidik. Namun, Dimas segera menyadari situasi. Agar tidak menimbulkan kehebohan, buru-buru dia ajak Sarah ke ruangannya. “Hana, ikut kami,” perintah Dimas pada stafnya. Dimas tak ingin ada prasangka antara Sarah dan Hana. 
last updateLast Updated : 2023-07-29
Read more

45a

Baru hari ketiga menginap di apartemen Aditya, rasa capek karena jarak yang jauh antara kampus dan rumah sudah sangat terasa. Namun, Intan memilih pura-pura kuat. Kalau tidak, pasti dia akan dipulangkan oleh Aditya ke rumah mertuanya. Padahal misi dia belum terlaksana. Minimal, Intan harus merasa lega, bahwa Aditya memang tidak melakukan hal yang mencurigakan. “Mas, baju kotor nyucinya gimana?” tanya Intan. Mata gadis itu mencari-cari benda yang sekiranya dapat digunakakan untuk merendam dan membilas pakaiannya. Intan baru sadar kalau di apartemen Aditya, jangankan ember, mesin cuci pun tak ada. Adanya hanya kantong baju kotor. Bahkan, sejak dia menginap, Intan harus ekstra mencari cara untuk mencuci dalamannya. Itu pun untungnya dia membawa sabun ditergen ukuran saset. Bahkan, sikat cucian pun Aditya tak punya. Dasar!“Laundry aja, Dik. Sini taruh di kantong." Aditya menunjukkan kantong laundry yang teronggok di depan kamar mandi. "Ntar habis makan aku taruh di laundry bawah,” sa
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

45b

Dada Intan bergemuruh. Meski dia sudah mematikan lampu kamarnya. Sedikit celah di pintu yang sedikit terbuka, membuatnya dapat melihat jelas apa yang dilakukan Aditya di luar kamarnya.  Pelan Intan beranjak dari ranjang, lalu mendekatkan diri ke celah pintu.  Dilihatnya Aditya dengan baju yang dia pakai untuk di rumah seperti biasa meninggalkan unit apartemennya. Dia pergi tanpa berganti baju terlebih dahulu. Bahkan, Intan menduga, lelaki itu hanya mengenakan sendal, dari bunyi langkah kaki yang didengarnya.  Pikiran Intan mengembara. Malam-malam begini. Bahkan tengah malam. Bukan masih sore lagi. “Kemana Mas Adit pergi?” batin Intan.  Apakah ada kaitannya dengan mbak-mbak yang disapanya dengan manis kala itu? bukannya selera Aditya memang selalu wanita yang usianya lebih matang darinya? Seperti Sarah?   Tanpa sadar, Intan segera menyambar jilbabnya tatkala mendengar Aditya mengunci pintu. Untungnya, ada dua buah kunci
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

46a

Seorang laki-laki seumuran Aditya sedang membuka pintu. Terdengar di dalam unit apartmen itu hinggar-binggar. Suara pria-pria berisik pun terdengar hingga luar tatkala pintu terbuka. Pria yang berdiri di ambang pintu itu terlihat kaget dengan kehadiran Intan. Begitu juga gadis itu. Dia tak menyangka dengan pemandangan yang dilihatnya. Dia pikir, dia akan menunggu hingga beberapa kali memencet bel, baru akan dibukakan pintu. Bahkan, imajinasi Intan tergambar, akan ada kisah drama karena memergoki seseorang yang sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, yang dilihatnya malah bertolak belakang. Beruntung hari masih belum terlalu malam. Sehingga tak terlalu mencurigakan kehadiran Intan di depan rumah itu. Otak Intan berusaha mencari alasan yang masuk akal. “Ya, Mbak? Ada yang bisa dibantu?” tanya lelaki itu sembari melihat jam di dinding tak jauh dari tempatnya berdiri. Hampir pukul 10 malam, dan ada wanita mengetuk pintu unit apartemennya? “Mbak?” ulang lelaki itu karena melihat I
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status