“Sar. Saya mau tanya sama kamu. Tapi tolong dijawab dengan jujur,” kataku pelan serta hati-hati, takut nanti menyinggung perasaan Sari.“Ada apa, Bu?” Kini wajah Sari terlihat menegang menatapku.“Apa kamu punya pacar?”“Emm ... ada, Bu.” Dia menundukkan kepala menyembunyikan semburat merah di wajahnya.“Siapa namanya? Dan, tolong kenalkan dia ke saya, supaya bisa mengontrol kamu dan pacar kamu.”“Tapi, Bu?” “Selama kamu kerja dengan saya, kamu itu tanggung jawab saya, Sari. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa juga saya yang ikut kena imbasnya.”“Tapi saya tidak mungkin memperkenalkan pacar saya sama Ibu.” “Kenapa? Apa jangan-jangan kamu pacaran sama suami orang?”Kontan Sari mengangkat wajahnya menatapku dengan pindaian aneh. Aku mencoba mengatur napas supaya tidak terbawa emosi, tidak mau gegabah juga salah mengira. Nanti jatuhnya menjadi fitnah juga permusuhan. Aku benci keributan, apalagi dengan orang-orang terdekat. Cukup keluarga suami saja yang memusuhi, tidak mau menambah musuh
Baca selengkapnya