Semua Bab Pernikahan Tak Sempurna : Bab 31 - Bab 40

117 Bab

31. Drama pagi

***Naima tidak pernah menyangka. Kehidupannya yang dia pikir baik-baik saja. Pernikahannya yang dianggap sangat sempurna. Serta suami yang begitu setia dan selalu membahagiakannya. Berbanding terbalik dengan kenyataan saat ini. Ada kalanya pikiran manusia tidak sejalan dengan kemauan Tuhan. Dalam tahap pemulihan ini, Naima harus dihadapkan dengan masalah berat. Sebenarnya dia bisa sangat bersyukur dalam keadaan seperti dia tidak tinggal sendirian. Untung saja mamanya mengajak dia tinggal bersama. Jika tidak, mungkin semakin berat yang akan dia rasakan saat ini. Naima berdiri di depan pintu, mengantar Helmi yang hendak pergi ke kantor. Tak lupa dia memberikan senyuman termanis. Rinjani berada tidak jauh darinya, sedang memperhatikan. Tentu saja saat ini Naima sedang berusaha menghindari kecurigaan."Sayang, abang pergi dulu." Helmi mengecup kening istrinya.Dengan berbisik Naima berkata, "aku bersikap baik padamu hanya karena ada mama yang memperhatikan kita, jangan mengira aku mela
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-04
Baca selengkapnya

32. Mulai berkurang

***Suasana di dalam kamar yang berukuran lumayan besar itu terasa sedikit suram. Bukan karena pencahayaannya atau dekorasi yang gelap. Namun, wanita yang tengah duduk di pinggir ranjang, sedang tertunduk menatap ponsel di tangannya. Raut wajahnyalah yang terlihat suram.Pada layar ponsel itu terdapat sebaris pesan dari sang suami, balasan pesan yang dia kirim sebelumnya. Kata-kata yang tertulis di sana, membuatnya terdiam. "Abang, hari ini makan siang di mana. Apa perlu aku mengirimkan makanan?""Tidak usah, Sayang. Hari ini abang ada janji makan siang dengan klien."Satu jam yang lalu, dia baru saja diberitahu bahwa suaminya telah pulang ke rumah. Dan beberapa waktu setelahnya, Naima langsung menelpon ke rumah. Salah seorang asisten rumah tangganya yang mengangkat, dan ternyata Helmi sama sekali tidak pulang.Seketika itu, hatinya kembali teriris. Dia tau, dari awal suaminya memang tidak berniat untuk meninggalkan wanita itu. Percuma saja Naima bersikeras untuk memisahkan mereka, n
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-04
Baca selengkapnya

33. Aku belum bisa

***Ketika seseorang mengalami masa-masa yang sulit. Masa dimana dia berada di titik terendah dalam hidupnya. Bisa jadi kesulitan itu akan membawanya menjadi orang yang berbeda. Mungkin akan ke arah yang negatif atau ke arah yang lebih positif. Di sanalah peran orang terdekat sangat diperlukan. Memberi pengertian agar jangan tenggelam dalam pikiran sendiri. Berbagilah, supaya tidak terlalu berat.Beberapa orang sudah mengetahui tentang masalah yang Naima hadapi. Tau akan beban berat yang Naima rasakan saat ini. Namun, Naima sendiri tidak tahu siapa saja yang telah mengetahui semuanya. Disinilah peran Nara diperlukan, sebagai sahabat dan juga teman bicara. Sebagai penguat bagi Naima, karena beberapa orang yang tau tentang masalah ini, belum waktunya untuk muncul.Sewaktu tadi Nara makan malam dengan sakti, Nara kembali diingatkan untuk menjaga rahasia, hingga semua rencana telah disusun secara matang. Sebelumnya juga dia sempat berdebat dengan Maharani, yang tidak diberitahu tentang ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-05
Baca selengkapnya

34. Semua terjawab

***Sakti kembali berbisik. "Mau dicium?" "Hah?" Nara tiba-tiba menoleh, dan tanpa sengaja bibir mereka bersentuhan.Sakti yang tidak siap pun mematung. Mata keduanya sama-sama membola. Sedetik, dua detik, tiga detik. Hingga kedua mata itu saling berkedip, barulah mereka tersadar dan memundurkan tubuh. Momen beberapa detik itu berhasil membuat keduanya salah tingkah. Pandangan mereka lurus ke depan. Debaran jantung tak dapat dikendalikan lagi. Tubuh rasanya panas, seperti oksigen di sekitar mereka tak cukup untuk dihirup. Sakti membuka jendela di sebelahnya, Nara melakukan hal yang sama, secara bersamaan. Kemudian mereka saling pandang, karena sadar melakukan hal yang sama. Dan bibir keduanya tersenyum, canggung. "Panas?" tanya Sakti kemudian.Nara juga salah tingkah. "Hehehe, iya panas." "Sebaiknya, kita tunggu sebentar, sampai udaranya sejuk lagi."Padahal AC di dalam kabin mobil itu sudah cukup dingin. Akibat situasi yang yang tiba-tiba tadi, penyejuk udara di sana seakan tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-06
Baca selengkapnya

35. Tidak tepat waktu

***Seminggu kemudian.Naima tampak marah sambil mandangi layar ponsel yang tidak menandakan ada pesan masuk. Lalu dia kembali mengetik sebuah pesan lagi. Dia sudah menunggu hingga satu jam. Namun, orang yang ditunggu tak kunjung datang. Apakah orang itu lupa akan jadwal yang Naima berikan padanya? Hari dimana jadwal dia harus check up ke dokter. Padahal Helmi sudah diingatkan sebelumnya. Sedangkan Naima sudah bersemangat sejak pagi. Pasalnya hanya hari ini dia bisa datang ke rumah sakit, sekaligus untuk melihat putranya di sana. Selama masa pemulihan, Naima memang tidak diperbolehkan untuk bergerak terlalu banyak. Sangat berisiko untuk proses penyembuhannya.Naima sudah kelihatan bosan menunggu. Bantal sandaran untuk sofa itu pun telah menjadi sasaran kekesalannya. Hingga Rinjani datang menghampiri, dan duduk di sebelahnya. "Naima.""Hah? Iya, Ma." Naima yang sedang termenung, terkejut dengan kehadiran mamanya. "Mana suami kamu? Sudah lebih satu jam loh, kenapa belum datang?" tany
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-07
Baca selengkapnya

36. Ikatan batin

***Dokter telah selesai melakukan pemeriksaan. Naima kembali merapikan pakaiannya, dan turun dari tempat tidur. Saat dia hendak keluar dari ruang periksa, notifikasi pada ponselnya berbunyi. Naima melihatnya sejenak, ternyata pesan dari sang suami.Setelah membaca pesan tersebut, Naima menyunggingkan senyum pahit. Sebuah kebohongan lagi, setelah banyak kebohongan yang dia dapat. "Terserah kamulah, Bang," guamam Naima dalam hati.Naima pun tidak terlalu mempedulikan. Dia mulai mencoba berdamai dengan keadaan, tapi sikap Helmi semakin hari semakin berubah. Naima juga sudah lelah menangisi suami yang tidak pernah mengerti dengan keadaannya.Setelah semuanya selesai, Naima melangkah keluar dari ruangan periksa. Sudah jelas dia merasa tidak senang, walaupun dokter mengatakan bahwa kondisinya sudah membaik dengan cepat. Naima membuka pintu, dan di depan ruangan ada Sakti yang duduk menunggu. Naima langsung merubah ekspresi wajahnya, dia tersenyum."Sudah selesai?" tanya Sakti berdiri samb
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-07
Baca selengkapnya

37. Kangen kalian

***Ketika di perjalanan pulang ke rumah. Naima terlihat senang melihat foto-foto serta video Arthur dari galeri ponselnya. Tadi dia sempat meminta salah satu suster untuk mengabadikan momennya bersama sang buah hati. Dia tak berhenti tersenyum. Rasa haru dan bahagia bercampur aduk di dirinya. Sesekali dia mengurai air mata yang akan jatuh ke pipi. Selalu saja seperti ini, saat mengingat putranya, Naima pasti akan menangis."Mana sih, Abang juga mau lihat." Sakti yang dari tadi hanya memperhatikan, jadi penasaran dengan foto itu.Kemudian Naima mendekatkan layar ponselnya ke dekat wajah Sakti. Menggeser satu persatu foto itu. Sakti yang sesekali fokus pada jalanan, melihat secara sekilas. "Sudah mulai terlihat besar ya?" tanya Sakti, dan Naima mengangguk."Beratnya sudah bertambah 50 gram, dari berat terakhirnya." Naima menjauhkan ponselnya dari wajah Sakti. "Syukurlah, berarti perkembangannya sudah terlihat sekarang," ucap Sakti lagi."Iya, Bang. Jika perkembangan semakin bagus, le
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-10
Baca selengkapnya

38. Seorang pria

***"Kiran udah tidur, Sayang?" Helmi yang duduk di sofa sedang memeriksa pekerjaannya, bertanya pada Naima.Ima yang baru masuk setelah menidurkan Kiran, langsung menuju tempat tidur. "Udah, Bang," jawab Naima singkat, lalu dia membaringkan tubuhnya.Helmi pun berdiri dan menghampiri istrinya yang tidur miring membelakanginya. "Kamu sudah mau tidur?" "Eemm …."Dia memandangi tubuh istrinya yang tengah terbaring. Tubuh Naima sudah tampak kembali seperti semula. Saat sebelum perutnya membesar. Hanya saja buah dada istrinya itu membesar dipenuhi oleh ASI. Helmi kemudian duduk di pinggir ranjang, tepat di belakang Naima. "Abang mau bicara sebentar," ucapnya menyentuh lengan istrinya. "Bicara apa? Kalau tidak penting, sebaiknya tidak usah dibicarakan." Naima terlihat sangat cuek."Besok kita pulang ke rumah ya? Rumah sepi gak ada kamu dan Kiran."Pria itu mencoba membujuk istrinya. Tidak melihat wajah Naima dan Kiran beberapa hari ini, membuatnya merasakan ada yang berbeda. "Aku masih
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-14
Baca selengkapnya

39. Sadar akan sesuatu

***Jarinya dijentikkan sekali lagi. "Mas, Alfian ...!" Panggil Naima, kali ini seikit lebih keras.Alfian tersentak. "Ahhhh, iya?"Naima mencubit dress tersebut dan membentangkannya, sehingga kain bagian bawahnya mengembang. "Bagaimana dengan yang Ini?"Dengan meletakkan telapak tangannya di dagu, Alfian berpikir. "Emmm, semua terlihat bagus. Sangat pas dan cocok dengan badan kamu. Sepertinya saya akan ambil semuanya." Lalu dia memanggil Tuti dan meminta untuk segera membungkuskan semua pakaian itu. Setelah Naima kembali dari Menganti pakainya semula, dia mendatangi Alfian lagi. Dia mendudukkan diri di sofa berseberangan dengan Alfian, menemaninya menunggu pembayaran. "Mas Alfian. Istrinya pasti akan senang, dibelikan begitu banyak pakaian." Naima memulai obrolan.Pria itu mengerutkan keningnya. "Hahaha, saya hanya akan mengambil tiga saja, dua lagi saya akan berikan untuk kamu." Alfian mengarahkan telunjuknya pada Naima. "Dan saya belum menikah, Ima," tambahnya lagi.Naima terlih
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-17
Baca selengkapnya

40. Mendapat kembali

***Saat ini Naima berada di dalam rumah yang telah lama ditinggalkan. Dua asisten rumah tangga pun menyambut kedatangannya. Dengan terburu-buru Naima menaiki tangga, langsung menuju kamarnya. Naima membuka lemari pakaiannya sedikit kasar. Menyibakkan satu persatu baju yang tergantung di sana. Dia terus mencari salah satu dress yang pernah dikenakan saat hamil dulu. Naima terlihat tidak sabar. Setelah menemukannya, Naima mengeluarkan dan membentangkan di atas tempat tidur. Dress berwarna coklat muda polos, tanpa lengan yang Helmi hadiahkan untuknya, saat kehamilan Naima berusia tiga bulan. Waktu itu Helmi pulang dari luar kota dan baju itu adalah oleh-olehnya. Naima sangat menyukai dan dia kerap mengenakan, walau perutnya belum terlalu besar saat itu. Hal yang membuatnya terkejut adalah, dress itu sama persis seperti yang Sherra kenakan tadi sewaktu di mall. Penampilan Sherra sangat persis dengan dirinya. Di mulai dari gayanya berjalan, gerak tubuhnya, senyumnya. Serta wajah wanita
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status