Home / Pernikahan / Pernikahan Tak Sempurna / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pernikahan Tak Sempurna : Chapter 21 - Chapter 30

117 Chapters

21. Lakukan!

***Dokter sedang melakukan pemeriksaan. Helmi yang mondar mandir di depan ruang UGD, kelihatan sangat takut. Berkali-kali dia mengusap wajahnya, menengadah ke langit-langit. Duduk tak tenang, berdiri juga tak mau diam. Dalam hatinya dia terus berdoa, agar tidak terjadi apa-apa dengan istri dan anaknya. Pintu ruang UGD tiba-tiba terbuka, Helmi lantas berhambur ke depan pintu. Tepat saat seorang dokter keluar, Helmi mendesaknya."Dokter, bagaimana istri saya?" tanya Helmi khawatir. Wajahnya sudah terlihat pucat, cemas akan jawaban yang akan Dokter itu sampaikan. "Anak dalam kandungan istri saya bagaimana, Dokter?""Saya langsung saja ke intinya, Pak. Kami harus segera melakukan operasi caesar pada istri bapak. Istri bapak mengalami pendarahan cukup banyak, dan kondisi janin bisa tidak tertolong jika kami tidak melakukan operasi tersebut. Kami harus meminta persetujuan terlebih dahulu pada, Bapak.""Lakukan saja, Dokter. Tolong selamatkan istri dan anak saya." Dokter menghela napas pa
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

22. Kemarahan Sakti

***Semua orang telah diam di tempat duduknya masing-masing. Tidak ada lagi keributan. Mereka hanya saling menguatkan. Saling mengucapkan kata-kata agar tetap tenang. Rinjani yang sedari tadi berpelukan dengan Andita. Bara dan Radit duduk berdampingan, tepat di sebelah Jani duduk. Sakti yang bersandar tepat di dekat pintu ruang operasi. Sedangkan Helmi juga duduk bersandar di pintu itu, tapi di sisi yang lainnya. Mereka dengan sabar menunggu. Berharap semua baik-baik saja dan Naima keluar dengan selamat. Begitupun juga dengan bayinya.Sesekali Sakti menatap tajam ke arah Helmi yang tertunduk. Dia benar-benar tidak bisa menahan diri lagi. Sakti harus mencari tahu kebenaran yang sebenarnya. Informasi terakhir, sudah sangat membuatnya yakin bahwa ada yang tidak beres dengan Helmi dan adiknya.Kemudian dia teringat Nara dan langsung mengirim pesan pada wanita itu. Hanya pengakuan Nara yang dia butuhkan, kali ini Sakti harus memaksa, agar kekasihnya itu mau membagi informasi. Karena, suda
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

23. Gunakan kelemahannya

***"Tolong!" Kepanikan terjadi, dia terus berteriak dan menangis.Nara sangat ketakutan, dia tidak tahu harus berbuat apa. Tidak ada tanda-tanda orang berlalu lalang di luar sana. Nara bersandar dan menangis di depan pintu. Sesekali dia masih memukul pintu itu, dengan lemah."Tolong! Siapa pun, tolong!" Lalu Nara terkejut mendengar suara dari arah atas. Tempat itu sedikit gelap, dia tidak dapat melihat dengan jelas. Nara semakin ketakutan, dia menggigil, menyembunyikan wajah, memangku tubuhnya.Hingga akhirnya, pintu itu tiba-tiba terbuka. Dan seseorang merengkuhnya. "Aaaaa … Aaaa!" Nara yang sudah ketakutan berteriak sekencang mungkin. Mendorong tubuh orang yang memeluknya."Sssttt, Ra … Nara! Ini aku!" Teriakan orang itu hingga membuat Nara diam. Sesaat wanita itu melihat wajah pria yang memeluknya. Nara pun merasa lega, karena ternyata Sakti yang datang, dia lantas merangkul, mengeratkan pelukan itu. Meluapkan rasa ketakutan yang tadi sempat membuatnya nyaris pingsan. Dia menan
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

24. Bayi yang tampan

***Keesokan harinya, Naima sudah sadarkan diri. Dan dia juga telah dipindahkan ke kamar yang lebih besar. Semua anggota keluarga juga telah datang mengunjungi Naima. Perasaan sedih dan bahagia bercampur dalam setiap ekspresi wajah mereka. Bahagia karena melihat Naima dan bayinya selamat. Sedih karena Naima harus melahirkan dengan kondisi seperti ini.Walaupun begitu, semua orang masih memperlihatkan senyum di hadapan Naima. Memeluk dan memberi selamat, serta ucapan terima kasih karena sudah kuat dan bertahan. Radit dan Rinjani yang berdiri di sisi kanan Naima. Bara dan Andita di sisi kirinya. Sakti, Nara dan Maharani berdiri di depan Naima. Mereka menunjukan senyum terbaik, melihat Naima sibuk menciumi Kiran, putri yang sangat dirindukan.Sedangkan Helmi, dia duduk sendirian di sofa kamar itu. Dia seperti terabaikan, tak dipedulikan oleh siapa pun yang ada di sana. Tentu saja karena mereka masih marah, dan satu alasan lagi, karena Helmi sendiri juga merasa bersalah. Dia lebih memilih
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

25. Rencana

***Setelah keluar dari gedung rumah sakit tempat Naima dirawat. Helmi langsung menuju ke parkiran dan masuk ke dalam mobil. Tetapi dia tidak segera menyalakan mesin mobilnya. Helmi terlebih dulu melihat ponsel dan membaca semua pesan yang masuk. Begitu banyak pesan dari semalam. Dia membaca dan membalas pesan yang penting saja.Pertama pesan dari asistennya di kantor, Rafka. Hanya beberapa masalah pekerjaan yang dilaporkan padanya. Kemudian dia membalas dan akan ke kantor besok saja. Untuk sekarang dia ingin beristirahat. Jika ada hal penting Rafka diminta datang saja ke rumah.Kemudian Helmi membuka pesan dari Sherra, istri keduanya. Dan itu ada di ponselnya yang lain, khusus dipakainya untuk menghubungi Sherra, sebab itulah dia bisa menyimpan rahasianya dengan rapi. Naima tidak pernah tahu bahwa Helmi mempunyai ponsel khusus.Ada banyak panggilan tak terjawab dari kemarin, dan juga beberapa pesan singkat dari istri keduanya itu.Sherra my love'Mas, kamu ada di mana? Beneran mau ce
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

26. Sudah jalan takdir

***Sesampainya di rumah, Helmi hanya membersihkan dirinya dan berganti pakai. Lalu segera pergi lagi menuju ke rumah Sherra. Penampilannya sudah rapi dan wangi. Wajahnya juga sudah terlihat sedikit lebih segar. Sesampainya di kediaman Sherra, Helmi langsung memarkirkan mobilnya di garasi. Layaknya seorang tuan rumah, Helmi masuk sedikit tergesa tanpa mengetuk pintu. Begitu dia masuk Sherra telah menyambutnya. Dengan senyuman yang manis seperti biasa. Helmi tampak membuang napas lega. Melihat wajah wanita terkasihnya membuat perasaan lebih tenang. Helmi mendekat ke wanita itu dan langsung memeluknya. Lalu mengecup kening dan bibir wanita itu sekilas."Selamat malam, Sayang. Kamu apa kabar?""Baik, Mas. Terima kasih sudah mau pulang ke sini, Mas. Aku kangen banget sama kamu. Dan anak kita sepertinya juga kangen ayahnya," ucap Sherra seraya mengelus perutnya yang sudah terlihat membesar. Helmi pun tersenyum dan berjongkok di depan Sherra. Lalu dia mengecup perut istrinya itu dan meng
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

27. Pulang ke rumah

***Melihat wajah cantik wanita di hadapan, membuat Helmi ingin terus memanjakan. Sherra begitu lembut dan pengertian. Selalu menurut dengan ap apun yang dia katakan. Tidak pernah membantah apalagi berkata kasar. Selalu sabar menanti kepulangan dirinya, yang kadang tak pasti akan jadwalnya. Sherra juga tak pernah mengeluh jika Helmi kesulitan membagi waktu antara pekerjaan, bersama Naima dan bersamanya. Mungkin hal ini yang membuat Helmi ingin terus bersama wanita itu. Dia merasa sangat nyaman, dan diperlakukan sangat baik. Sama halnya dengan Naima, yang selalu memberi perhatian kepadanya. Hidup Helmi terasa sempurna, ketika mendapatkan kasih sayang yang sama dari wanita yang berbeda. Malam ini, Helmi mencurahkan kasih sayangnya itu pada wanitanya ini. Memberi kehangatan dan cintanya. Melepaskan rindu yang selama beberapa hari ini dia pendam. Tubuhnya memang lelah, tapi tidak dengan hasratnya. Senyuman manis Sherra menanti sang suami untuk membelainya. Dia merentangkan tangan memin
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

28. Lemah tak berdaya

***"Hooreee! Bunda pulang ...!"Kanaya berlarian dari ruang tengah hingga ke pintu depan. Dia sangat senang begitu mendengar bundanya akan pulang hari ini. Semalaman dia terus merengek ingin bertemu dengan Naima. Selama tiga hari Kiran hanya sekali dibawa mengunjungi sang bunda. Dia melompat kegirangan begitu diberitahu omanya dari telepon bahwa Naima akan pulang ke rumah besar, bukan ke rumahnya."Mbak, Ita! Ayokkk, cepat!" rengek gadis itu meminta segera membukakan pintu. Kiran yang bersemangat selalu membuat orang lain kewalahan. Ita, sang baby sister, menggeleng sesaat. "Iya … sabar dong, Kiran. Ini mbak bukain pintu, Kiran mundur sedikit, ya," ucapnya memundurkan Kiran sedikit ke belakang, karena posisi gadis itu terlalu dekat dengan pintu.Kiran pun menyengir. "Hehehe," tawanya lucu memperlihatkan barisan gigi putihnya.Saat pintu itu dibuka. Sebuah mobil sudah terparkir tepat di pelataran depan teras rumah. Kiran langsung berlari keluar. Tapi langkahnya terhenti begitu sampai
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

29. Bagian dari keluarga

***Sementara itu, di kamar lain. Sakti yang sedang bersandar di kepala ranjang, terlihat beberapa kali membuang napas kasar. Dia sedang berpikir tentang sesuatu. Sakti memandangi map coklat yang berada di meja. Kemudian dia bangun dan menghampiri map itu. Sakti mengambil, lalu membukanya.Dari dalam map coklat tersebut, terdapat beberapa lembar berkas, dan foto. Semua itu dia baru dapat dari Daffa, teman sekaligus asisten pribadinya di kantor. Sakti meminta asistennya itu untuk membayar seseorang untuk membuntuti Helmi selama dua hari ini, dan inilah hasil dari penguntitan tersebut.Kertas dan foto itu diletakkan lagi secara kasar di atas meja. Ada kemarahan terlihat dari wajahnya. Kemudian dia kembali ke tempat tidur dan menyandarkan tubuhnya. Sakti Teringat lagi bagaimana obrolannya dengan Daffa tadi sore. Setelah Daffa menyerahkan map itu, Sakti menjadi sangat marah. "Apa yang akan kamu lakukan, Sak?" tanya Daffa yang duduk di hadapannya."Tentu saja akan memberinya pelajaran.B
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

30. Janji Sakti

***Beberapa hari kemudian, ketika harinya tiba. Sakti terlihat tidak sabar, dia terus mondar mandir di dalam kamar. Dialah yang paling bersemangat di banding mama dan papanya. Sakti bahkan secara khusus menyiapkan kamar. Mendekorasi, memilih perabotan dan barang-barang yang diperlukan. Ya, Naima akan dibawa pulang hari ini. Sekali lagi Sakti membuka kamar yang akan Naima tempati. Dia memandangi lagi hasil pekerjaannya. Dinding merah muda yang dipadukan dengan warna putih, berbentuk mozaik yang cantik. Dinding itu bahkan dia yang mengecat sendiri. Tempat tidur dengan warna yang senada dengan dinding. Berbagai hiasan dinding, dan macam-macam bentuk boneka telah tertata rapi di atas tempat tidur. Sambil tersenyum dia menutup pintu kamar itu, berharap Naima akan menyukainya."Bi … Sari …!" Tiba-tiba Sakti berteriak, dia berlari ke arah dapur.Suara Sakti yang keras membuat pembantunya itu latah. "Aaaa … ya, ya, yaaa … astaghfirullah, Si Aden!" Wanita itu mengelus dadanya. "Kenapa, Bi?"
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status