All Chapters of Sang Desainer: Chapter 61 - Chapter 70
120 Chapters
Bab 61
Aurel dan Andrew pulang dengan raut wajah bahagia. Sampai-sampai orang-orang rumah yang melihatnya kebingungan."Wanita itu kenapa senyum-senyum, sih? Apa dia lupa tentang foto itu? Huh, kenapa juga Tuan Andrew juga terlihat bahagia? Benar-benar membuat mood-ku rusak," batin Marta yang sedang menyajikan teh hangat untuk Agatha.Aurel langsung memeluk Agatha dan menangis di pundak ibunya. "Mi, foto-foto itu beneran palsu. Aku sudah minta temanku untuk membuktikannya. Mami mau lihat? Lebih baik semuanya lihat agar tidak lagi menuduhku sembarangan termasuk kamu, Marta." Aurel menatap Marta dengan tajam disertai senyuman miring.Marta berusaha menampilkan senyum manis. "Ah, tentu saja, Nona. Semoga saja foto-foto itu benar-benar palsu jadi anda bebas dari segala tuduhan.""Ambilkan laptopku di kamar!" titah Aurel.Marta pun mengangguk dan bergegas menuju kamar Aurel. Wajahnya yang sedari tadi menampilkan senyum manis langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Sepanjang jalan ia mendu
Read more
Bab 62
"Acara selanjutnya, yaitu lelang gaun oleh desainer muda bernama Radina. Mari kita sambut, Radinaaa!" MC menyambut Karina diiringi tepuk tangan dan antusias dari para penonton.Karina pun menaiki panggung dengan sangat anggun bahkan sampai mengalahkan para model. Ia memakai topeng mata dengan motif dan warna yang sama dengan gaunnya. Setelah berdiri di depan mic, Karina melambaikan tangan yang disertai senyum manis membuat para penonton kembali bertepuk tangan dengan riuh."Hallo, everyone. Perkenalkan saya adalah Radina, seorang desainer pemula. Saya disini akan mengadakan lelang untuk sebuah gaun rancangan saya. Gaun ini hanya ada satu di dunia dan desainnya murni dari ide saya sendiri di setiap bagiannya yang menjadikan gaun ini sangat spesial. Gaun ini dibuat dari serat kain pilihan yang membuatnya premium dan sangat nyaman digunakan. Saya akan memulai lelang dengan harga lima belas juta.""Tujuh belas juta." Seorang pria menyahut disertai binar bahagia dari pasangannya."Sembilan
Read more
Bab 63
Veti segera mengambil sapu lalu membersihkan pecahan piring yang berceceran di lantai. Marta pun ikut masuk ke dapur dan mengernyit ketika melihat pecahan kaca bertebaran di mana-mana. "Apa yang sudah terjadi?" tanyanya pelan."Em, saat aku mencuci piring tanganku terasa sangat licin jadi piring yang ku pegang jatuh dan pecah," jawab Veti gugup sambil sesekali mencuri pandang ke arah Rara berharap gadis itu tidak curiga.Sedangkan Davin terlihat cuek. Ia mengambil dua kaleng soda dari kulkas lalu melangkah pergi meninggalkan dapur. Setelah Davin pergi, Veti mendengus lalu melepaskan sapu dengan kasar. Ia mengusap keringat di dahinya lalu menatap Rara yang membersihkan pecahan piring di wastafel dan lantai."Kamu tidak melihat apa-apa 'kan Rara?* tanya Veti memastikan."Melihat apa maksudmu? Memangnya ada apa?" Rara balik bertanya, pura-pura tidak tahu.Veti mengusap dadanya, merasa lega. "Lupakan saja! Sekarang kamu yang bersihkan dapur dan mencuci piring. Aku lelah, ingin beristiraha
Read more
Bab 64
"Maksudmu apa, Nak?* Vaya bertanya kebingungan."Selama ini aku sudah membohongi Bunda," jawab Langit lemah."Membohongi apa maksudmu?""Semua cerita buruk tentang Karina yang aku ceritakan itu hanyalah kebohonganku saja. Karina tidak mungkin berbuat buruk seperti apa yang aku ceritakan," ungkap Langit sambil menunduk, tak berani menatap wajah ibunya.Vaya terdiam yang membuat ruangan menjadi hening. Vaya menjadi teringat saat ia bertemu Karina di mansion keluarga Adam lalu mempermalukan Karina hingga Karina mengundurkan diri dari pekerjaannya.Flashback onKarina bangkit dengan tangan mengepal. Bibirnya bergetar menahan tangis. Seumur-umur, ini adalah pertama kalinya ia mendapat perlakuan seperti sampah. Ia mencengkram kerah baju langit dan berucap, "Lo mau hancurin hidup gue kayak apa lagi, hah? Lo mau gue sehancur apa? Mau bunuh gue? Ayo bunuh! Lo adalah laki-laki terbangs*t yang pernah gue temui. Lo hancurin segalanya di hidup gue. Lo fitnah gue, lo berkali-kali melecehkan dan ham
Read more
Bab 65
Setelah menyusui Tania sampai tertidur, Aurel pun menidurkannya di box bayi yang ada di sebelah ranjangnya. Setelah mempertimbangkan, akhirnya Aurel dan Andrew setuju untuk meletakkan box bayi di kamar mereka untuk tempat tidur Tania.Hal itu akan membuat mereka lebih mudah mengawasi Tania. Aurel tersenyum menatap Tania yang tertidur pulas. Tangannya terulur untuk mengusap paha Tania yang membiru.Sebulir air mata lolos dadi mata Aurel. "Maaafkan Ibu, Nak… Ibu telah lalai menjagamu."Aurel mendekatkan wajahnya dan mengecup dahi Tania beberapa saat. Aurel menikmatinya, aura keibuannya begitu besar melebur dengan kasih sayang yang seperti tidak ada batasnya. Aurel menjauhkan wajahnya sambil berkata, "Ibu akan berusaha terus berada di sisimu."Andrew yang melihat itu tersenyum tipis namun ia raut wajahnya kembali datar saat Aurel menoleh dan berjalan ke kasur. Saat hendak mendudukkan dirinya di kasur, terdengar ponsel Aurel yang berdering. Saat melihat layar ponselnya, Aurel berdecak mala
Read more
Bab 66
Karina bergeming, sorot matanya kian datar saat perkataan Langit memicu munculnya kenangan-kenangan yang susah payah Karina pendam dan lupakan. Langit menghela nafas lelah, ia sadar kesalahannya sefatal itu. Vaya mengusap punggung Langit yang membuat Langit mendongak dan menatap wajah Vaya.Vaya mengangguk seolah memberi dukungan kepada Langit. Langit kembali menarik nafas lalu berkata, "Aku tahu pasti sulit untukmu memaafkan segala kesalahanku. Maaf karena sudah menorehkan luka, maaf karena sudah merusak mentalmu, maaf karena telah menuduh dan memfitnahmu, maaf karena mengancurkan hidupmu, maaf-""Stop!" Karina mengangkat tangannya. "Aku memaafkanmu." Ia berucap tanpa melihat Langit sama sekali.Binar bahagia tercetak jelas dari sorot mata Langit yang berkaca-kaca. "Kamu serius?"Karina mengangguk masih dengan tatapan yang tidak menatap Langit. Dua bulir air mata turun membasahi pipi Langit. Ia menatap Vaya yang dibalas senyuman oleh Vaya.Tatapan Vaya lalu beralih kepada Karina. "Ka
Read more
Bab 67
Hari spesial yang ditunggu-tunggu Felliska pun tiba. Hari ini, ia akan mengucap janji suci dengan Davin lalu bersanding di pelaminan. Pukul empat pagi, Felliska sudah bangun dan mandi.Ia luluran dan memakai serangkaian body care. Ia lalu dirias oleh perias pengantin. Make up yang agak tebal pun membubuhi wajah cantiknya.Selanjutnya, ia memakai gaun panjang yang membentuk lekuk tubuhnya jika dipakai. "Akhirnya hari-hari yang ku tunggu tiba. Sebentar lagi, aku akan menjadi nyonya muda Adam." Felliska tersenyum menang.Di lain tempat, Davin bersiap-siap dengan malas-malasan. Ia baru saja keluar dari kamar mandi setelah mandi. Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk."Tuan Davin, saya baru saja mensterilkan dan menyetrika pakaian anda untuk acara pernikahan nanti." Terdengar suara Veti."Masuk!" sahut Davin.Veti pun membuka kamar Davin yang tidak dikunci. Saat masuk ke dalam, ia langsung disambut dengan senyuman menggoda dari Davin. Veti hanya membalasnya dengan tatapan datar.Veti masih tid
Read more
Bab 68
Di atas panggung, sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan akad pernikahan tampak menyalami para tamu dengan senyum bahagia. Karina, Alard, dan Aland berjalan depan belakang dengan posisi Aland di depan dan Elard di belakang. Kini Vai sedang digendong Karina atas permintaannya sendiri.Masing-masing dari mereka membawa kado untuk Felliska. Saat Aland menyerahkan sekotak kado berukuran lumayan besar, Felliska langsung menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih banyak, Pak Aland. Semoga segera mendapatkan menantu," ujar Felliska."Terima kasih doanya," balas Aland singkat.Senyuman ramah Felliska berganti senyuman dan tatapan sinis ketika melihat Karina yang baru saja menyalami Davin. Davin tampak terpesona dengan kecantikan Karina hingga menatapnya beberapa saat. Bahkan pundaknya harus ditepuk oleh Elard untuk menyadarkannya dari lamunannya.Karina tersenyum ramah dan menyerahkan sebuah kado kepada Felliska. Felliska menerima kado tersebut lalu mengamatinya sebentar. Dengan s
Read more
Bab 69
Sekarang Felliska dan Davin membelakangi semua orang."1… 2… 3…." Semuanya berhitung sampai tiga lalu Felliska melemparkan buket bunganya ke belakang.Terdengar riuh orang-orang yang berseru sambil berusaha menangkap buket bunga itu. Hingga tanpa diduga sebuah tangan lentik dan cantik menangkap bunga itu dengan posisi yang lebih tinggi dari yang lainnya. Wanita itu adalah Karina, ia berhasil menangkap buket bunga tersebut dengan cara digendong oleh Elard.Para tamu bersorak riang dan bersiul. Felliska memperlihatkan raut kecewanya. "Karina lagi, Karina lagi. Kenapa dia seolah menjadi ratu di acara pernikahanku?" Felliska berucap kesal dalam hati.Sama dengan Felliska, Davin pun menunjukkan raut wajah yang kecewa tapi bercampur dengan perasaan tidak suka. Bukan dengan alasan yang sama dengan Felliska, tapi ia masih tidak rela Karina berdekatan bahkan menjalin hubungan dengan pria lain. Davin memang egois dan serakah, ia tidak akan berhenti mengejar sesuatu sebelum mendapatkannya."Aku
Read more
Bab 70
"Davin, ayo kita lakukan sekarang!" desak Felliska."Hm, bentar.""Sekarang atau tidak." Felliska berucap dengan nada mengancam.Davin menarik nafas lelah lalu berdiri. Felliska pun tersenyum senang semakin bergelayut manja di lengan Davin. Dari kejauhan, Veti tersenyum senang melihatnya."Silahkan kalian bermesraan dulu. Tapi nanti kalian akan menjerit saat terpeleset dan tertusuk duri mawar," ucap Veti pelan.Sesampainya di kamar pengantin yang telah disiapkan untuk mereka, Davin pun menguncir pintu. Setelah itu, ia segera mencium Felliska dengan agresif. Felliska pun dengan senang hati menerima dan membalas ciuman tersebut.Bagi Felliska, ini adalah permulaan yang baik. Mereka terus berjalan ke arah kasur dengan posisi masih berciuman. Namun naasnya, Felliska terpeleset dan pantatnya terbentur lantai dengan sangat keras. "Aw," pekik Felliska.Davin yang kaget pun segera membantu Felliska berdiri. Felliska meraba-raba pantatnya untuk menghilangkan rasa sakit. Namun yang ia dapati ma
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status