"Maksudmu apa, Nak?* Vaya bertanya kebingungan."Selama ini aku sudah membohongi Bunda," jawab Langit lemah."Membohongi apa maksudmu?""Semua cerita buruk tentang Karina yang aku ceritakan itu hanyalah kebohonganku saja. Karina tidak mungkin berbuat buruk seperti apa yang aku ceritakan," ungkap Langit sambil menunduk, tak berani menatap wajah ibunya.Vaya terdiam yang membuat ruangan menjadi hening. Vaya menjadi teringat saat ia bertemu Karina di mansion keluarga Adam lalu mempermalukan Karina hingga Karina mengundurkan diri dari pekerjaannya.Flashback onKarina bangkit dengan tangan mengepal. Bibirnya bergetar menahan tangis. Seumur-umur, ini adalah pertama kalinya ia mendapat perlakuan seperti sampah. Ia mencengkram kerah baju langit dan berucap, "Lo mau hancurin hidup gue kayak apa lagi, hah? Lo mau gue sehancur apa? Mau bunuh gue? Ayo bunuh! Lo adalah laki-laki terbangs*t yang pernah gue temui. Lo hancurin segalanya di hidup gue. Lo fitnah gue, lo berkali-kali melecehkan dan ham
Setelah menyusui Tania sampai tertidur, Aurel pun menidurkannya di box bayi yang ada di sebelah ranjangnya. Setelah mempertimbangkan, akhirnya Aurel dan Andrew setuju untuk meletakkan box bayi di kamar mereka untuk tempat tidur Tania.Hal itu akan membuat mereka lebih mudah mengawasi Tania. Aurel tersenyum menatap Tania yang tertidur pulas. Tangannya terulur untuk mengusap paha Tania yang membiru.Sebulir air mata lolos dadi mata Aurel. "Maaafkan Ibu, Nak… Ibu telah lalai menjagamu."Aurel mendekatkan wajahnya dan mengecup dahi Tania beberapa saat. Aurel menikmatinya, aura keibuannya begitu besar melebur dengan kasih sayang yang seperti tidak ada batasnya. Aurel menjauhkan wajahnya sambil berkata, "Ibu akan berusaha terus berada di sisimu."Andrew yang melihat itu tersenyum tipis namun ia raut wajahnya kembali datar saat Aurel menoleh dan berjalan ke kasur. Saat hendak mendudukkan dirinya di kasur, terdengar ponsel Aurel yang berdering. Saat melihat layar ponselnya, Aurel berdecak mala
Karina bergeming, sorot matanya kian datar saat perkataan Langit memicu munculnya kenangan-kenangan yang susah payah Karina pendam dan lupakan. Langit menghela nafas lelah, ia sadar kesalahannya sefatal itu. Vaya mengusap punggung Langit yang membuat Langit mendongak dan menatap wajah Vaya.Vaya mengangguk seolah memberi dukungan kepada Langit. Langit kembali menarik nafas lalu berkata, "Aku tahu pasti sulit untukmu memaafkan segala kesalahanku. Maaf karena sudah menorehkan luka, maaf karena sudah merusak mentalmu, maaf karena telah menuduh dan memfitnahmu, maaf karena mengancurkan hidupmu, maaf-""Stop!" Karina mengangkat tangannya. "Aku memaafkanmu." Ia berucap tanpa melihat Langit sama sekali.Binar bahagia tercetak jelas dari sorot mata Langit yang berkaca-kaca. "Kamu serius?"Karina mengangguk masih dengan tatapan yang tidak menatap Langit. Dua bulir air mata turun membasahi pipi Langit. Ia menatap Vaya yang dibalas senyuman oleh Vaya.Tatapan Vaya lalu beralih kepada Karina. "Ka
Hari spesial yang ditunggu-tunggu Felliska pun tiba. Hari ini, ia akan mengucap janji suci dengan Davin lalu bersanding di pelaminan. Pukul empat pagi, Felliska sudah bangun dan mandi.Ia luluran dan memakai serangkaian body care. Ia lalu dirias oleh perias pengantin. Make up yang agak tebal pun membubuhi wajah cantiknya.Selanjutnya, ia memakai gaun panjang yang membentuk lekuk tubuhnya jika dipakai. "Akhirnya hari-hari yang ku tunggu tiba. Sebentar lagi, aku akan menjadi nyonya muda Adam." Felliska tersenyum menang.Di lain tempat, Davin bersiap-siap dengan malas-malasan. Ia baru saja keluar dari kamar mandi setelah mandi. Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk."Tuan Davin, saya baru saja mensterilkan dan menyetrika pakaian anda untuk acara pernikahan nanti." Terdengar suara Veti."Masuk!" sahut Davin.Veti pun membuka kamar Davin yang tidak dikunci. Saat masuk ke dalam, ia langsung disambut dengan senyuman menggoda dari Davin. Veti hanya membalasnya dengan tatapan datar.Veti masih tid
Di atas panggung, sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan akad pernikahan tampak menyalami para tamu dengan senyum bahagia. Karina, Alard, dan Aland berjalan depan belakang dengan posisi Aland di depan dan Elard di belakang. Kini Vai sedang digendong Karina atas permintaannya sendiri.Masing-masing dari mereka membawa kado untuk Felliska. Saat Aland menyerahkan sekotak kado berukuran lumayan besar, Felliska langsung menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih banyak, Pak Aland. Semoga segera mendapatkan menantu," ujar Felliska."Terima kasih doanya," balas Aland singkat.Senyuman ramah Felliska berganti senyuman dan tatapan sinis ketika melihat Karina yang baru saja menyalami Davin. Davin tampak terpesona dengan kecantikan Karina hingga menatapnya beberapa saat. Bahkan pundaknya harus ditepuk oleh Elard untuk menyadarkannya dari lamunannya.Karina tersenyum ramah dan menyerahkan sebuah kado kepada Felliska. Felliska menerima kado tersebut lalu mengamatinya sebentar. Dengan s
Sekarang Felliska dan Davin membelakangi semua orang."1… 2… 3…." Semuanya berhitung sampai tiga lalu Felliska melemparkan buket bunganya ke belakang.Terdengar riuh orang-orang yang berseru sambil berusaha menangkap buket bunga itu. Hingga tanpa diduga sebuah tangan lentik dan cantik menangkap bunga itu dengan posisi yang lebih tinggi dari yang lainnya. Wanita itu adalah Karina, ia berhasil menangkap buket bunga tersebut dengan cara digendong oleh Elard.Para tamu bersorak riang dan bersiul. Felliska memperlihatkan raut kecewanya. "Karina lagi, Karina lagi. Kenapa dia seolah menjadi ratu di acara pernikahanku?" Felliska berucap kesal dalam hati.Sama dengan Felliska, Davin pun menunjukkan raut wajah yang kecewa tapi bercampur dengan perasaan tidak suka. Bukan dengan alasan yang sama dengan Felliska, tapi ia masih tidak rela Karina berdekatan bahkan menjalin hubungan dengan pria lain. Davin memang egois dan serakah, ia tidak akan berhenti mengejar sesuatu sebelum mendapatkannya."Aku
"Davin, ayo kita lakukan sekarang!" desak Felliska."Hm, bentar.""Sekarang atau tidak." Felliska berucap dengan nada mengancam.Davin menarik nafas lelah lalu berdiri. Felliska pun tersenyum senang semakin bergelayut manja di lengan Davin. Dari kejauhan, Veti tersenyum senang melihatnya."Silahkan kalian bermesraan dulu. Tapi nanti kalian akan menjerit saat terpeleset dan tertusuk duri mawar," ucap Veti pelan.Sesampainya di kamar pengantin yang telah disiapkan untuk mereka, Davin pun menguncir pintu. Setelah itu, ia segera mencium Felliska dengan agresif. Felliska pun dengan senang hati menerima dan membalas ciuman tersebut.Bagi Felliska, ini adalah permulaan yang baik. Mereka terus berjalan ke arah kasur dengan posisi masih berciuman. Namun naasnya, Felliska terpeleset dan pantatnya terbentur lantai dengan sangat keras. "Aw," pekik Felliska.Davin yang kaget pun segera membantu Felliska berdiri. Felliska meraba-raba pantatnya untuk menghilangkan rasa sakit. Namun yang ia dapati ma
Setelah menghabiskan malam pertama, keesokan harinya Davin dan Felliska langsung pulang ke mansion keluarga Adam untuk mengemasi pakaian dan barang-barang Davin. Mereka akan pindah ke rumah baru yang dihadiahkan oleh Prapto sesuai janjinya yang akan memberikan rumah mewah dan anak perusahaannya kepada Davin jika Davin mau menikah dengan Felliska. Mobil mewah Davin pun terparkir di halaman mansion keluarga Adam lalu mereka berdua turun dari mobil.Mereka pun memasuki mansion keluarga Adam. Agatha dan Aurel yang melihat kondisi Felliska penuh luka pun memekik kaget. "Ya ampun, Felliska. Kenapa kamu bisa seperti ini?" Agatha bertanya dengan nada panik dan terkejut sambil memindai tubuh Felliska."Ada orang iseng dan iri yang menabur duri mawar di atas kasur tempat aku dan Davin akan bermalam setelah pesta pernikahan. Tapi untungnya aku udah gak apa-apa," jawab Felliska."Kalau Mami tahu siapa orang itu bakal Mami ulek-ulek jadi sambal," ujar Agatha yang membuat Veti meneguk ludahnya send